Liputan6.com, Nusa Dua - Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir secara resmi menutup Bali Democracy Forum IX. Forum diskusi yang mengusung tema Religion, Democracy, and Pluralism diskusi internasional itu telah berlangsung selama dua di Bali International Convention Center.
Menurur Fachir, dari general debate dan diskusi panel yang telah dilakukan, dipenuhi berbagai macam gagasan dan pemikiran, termasuk pengalaman-pengalaman oleh masing-masing negara terkait tema yang dibahas.
Dalam penutupan itu, Wamenlu Fachir menyebutkan tiga poin yang didapat dari Bali Democracy Forum IX.
Advertisement
"Pertama, pemerintah dan pemimpin internasional mempunyai peran sangat besar dan penting untuk menciptakan sinergi untuk memberdayakan semua pemangku kepentingan di dalam mempromosikan demokrasi, menampilkan toleransi moderasi, dan penghormatan keberagaman."
"Yang kedua, memelihara dan menyuburkan demokrasi, toleransi, dan good governance perlu di dalam pendidikan termasuk kesadaran publik, terutama di sosial media."
"Poin terakhir, kita akan terus melakukan berbagai upaya berbagi mengenai isu-isu yang dibahas tentang demokrasi dalam upaya mempromosikan nilai-nilai demokrasi," ujar Fachir.
Menurut pria kelahiran Banjarmasin itu, penyelenggara merasa senang karena tingginya tingkat partisipasi dalam BDF IX, yakni 95 negara dan 6 organisasi internasional.
"Karena itu kita mempunyai tanggung jawab untuk melanjutkan upaya-upaya yang sudah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional ini," ujar Fachir.
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia sekaligus ketua panel diskusi kedua BDF IX, Dino Patti Djalal, menyebut bahwa BDF tahun ini mempunyai arti penting, karena dilakukan saat demokrasi berada di bawah tekanan.
"Mungkin juga karena ini berhubungan dengan Pemilu di Amerika, situasi di Eropa seperti Brexit, di mana perasaan cemas terhadap pendatang dari luar semakin terlihat dalam politk berbagai negara. Jadi itu yang menurut saya mewarnai Bali Democracy Forum tahun ini," ujar Djalal kepad awak media.