Kala Cinta Bersemi di Hati Pengungsi Irak dan Polisi Perbatasan

Hati Bobi Dodevski terpikat gadis pengungsi Irak yang ingin menyeberangi perbatasan Makedonia yang ia jaga.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 04 Jan 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2017, 07:21 WIB

Liputan6.com, Kumanovo - Bobi Dodevski seharusnya tak bertugas mengawasi pengungsi kala itu, pada suatu hari di Bulan Maret 2016 yang basah oleh guyuran hujan. Pria 35 tahun tersebut menggantikan rekannya yang tak bisa datang.

Siapa sangka, di perbatasan Makedonia yang ia jaga, pria itu menemukan cinta yang dinanti.

Di antara ribuan pengungsi yang berharap bisa menyeberangi perbatasan, ada Noora Arkavazi. Gadis berusia 20 tahun itu lari bersama keluarganya dari Irak.

Kampung halaman mereka di Diyala dilanda kekerasan pada awal 2016. Bersama orangtua, serta saudara-saudaranya, Noora menempuh kabur ke arah barat -- melintasi perbatasan Irak ke Turki, naik kapal ke Pulau Lesbos di Yunani, dan akhirnya mendekati Makedonia.

Keluarga itu harus menanti untuk bisa menyeberangi perbatasan Makedonia menuju Serbia, lalu Jerman.

Saat itulah Bobi bertemu Noora. Matanya menangkap sesuatu yang istimewa dalam diri perempuan tersebut. "Itu adalah takdir," kata pria itu kepada BBC, seperti dikutip Liputan6.com, Selasa (3/1/2016).

Mereka bertemu dalam suasana yang pelik. Nasib para pengungsi di Makedonia terkatung-katung. Sebab, negara-negara Balkan menutup pintu untuk para pengungsi.

Noora bisa berkomunikasi dalam enam bahasa. Saat tiba di perbatasan dalam kondisi sakit, ia diarahkan ke Bobi yang bisa bicara Inggris.

"Saat itu aku demam berat dan beberapa kali ambruk. Bobi segera mengirim petugas palang merah untuk menyelamatkanku," kata Noora.

Bobi Dodevski kala itu berusaha tetap profesional. Namun, rekan-rekan perempuannya sudah menaruh curiga.

"Kupikir kau sedang jatuh cinta. Seseorang mencuri otakmu di sini, di perbatasan," kata Bobi, menirukan ucapan rekannya.

Pria itu sudah biasa melihat dan bertemu gadis-gadis cantik. Namun, dalam diri Noora ia merasakan sesuatu yang istimewa.

"Aku melihat sesuatu yang istimewa di matanya," kata Bobi. "Aku merasa harus memperistrinya."

10 Kali Lamaran

Saat sembuh dari sakitnya, Noora membantu petugas palang merah. Ia dan pengungsi lain tinggal di kamp transit Tabanovce -- menanti kabar soal status mereka.

Saat itulah, ia dan Bobi Dodevski menjadi dekat dan kian mengenal satu sama lain.

Pria itu mengajak gadis yang ia taksir, juga ibunya, ke pasar membeli pakaian dan makanan. Noora pun kagum dengan cara Bobi bermain dengan anak-anak pengungsi.

Penjaga perbatasan itu tak seserius dan segalak rekan-rekannya yang lain.

Suatu hari di bulan April, pasangan itu makan malam di sebuah restoran. Bobi sudah menunjukkan gelagat aneh. Ia gelisah, tubuhnya bergetar, dan minum air banyak-banyak.

Setelah menenangkan diri, pria itu melamar Noora. Kalimat, 'Maukah kau menikah denganku' diucapkan hingga 10 kali.

Lamarannya bersambut. Noora Arkavazi bersedia menjadi Nyonya Dodevski.

Meski beda agama -- Noora adalah muslimah dari suku Kurdi dan Bobi memeluk Kristen Ortodoks -- kedianya menikah di Kota Kumanovo, Makedonia pada Juli 2016. Baru empat bulan mengenal, sejoli itu mengikat janji.

Sebanyak 120 tamu dengan berbagai latar belakang keyakinan, termasuk sejumlah teman dari palang merah datang.

Noora mengaku jatuh cinta pada Bobi pada pandangan pertama. "Itulah yang terjadi pada kami," kata dia.

Meski keluarganya akhirnya bisa tinggal di Jerman -- sesuai keinginan mereka -- Noora tetap di Makedonia. Ia tinggal bersama sang suami dan tiga anak dari perkawinan Bobi sebelumnya.

Tak lama lagi, anggota keluarga mereka akan bertambah. "Aku hamil empat bulan," kata Noora, tertawa bahagia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya