Liputan6.com, Jakarta - Kadang-kadang sulit mencari seseorang yang istimewa dalam kehidupan. Ternyata, sudah ada beberapa pengalaman sejarah yang dapat membantu dalam pencarian.
Mulai dari bahasa rahasia hingga pertukaran hadiah, ada berbagai cara untuk memikat lawan jenis.
Advertisement
Baca Juga
Selain penggunaan aplikasi di masa kini, dikutip dari listverse.com pada Rabu (25/1/2017), berikut ini adalah sejumlah cara pendekatan di masa lalu yang mungkin masih dapat dicoba sekarang:
1. Gunakan Kipas
Kipas sudah ada selama ribuan tahun, tapi menjadi aksesori heboh di Eropa abad ke-18. Kaum wanita saat itu bahkan mengembangkan isyarat-isyarat rahasia untuk menggoda lawan jenis menggunakan kipas.
Terdengar sepele, tapi ada 30 isyarat dalam "bahasa" kipas tersebut. Misalnya, menyembunyikan mata di belakang kipas terbuka berarti "Saya cinta kamu".
Kipas terbuka di tangan kiri berarti keinginan untuk mengobrol, sedangkan mengibas kipas di tangan kiri menjadi peringatan kepada pria dekatnya bahwa mereka sedang diperhatikan.
Advertisement
2. Bahasa Rahasia
Privasi selalu menjadi masalah bagi pasangan baru. Di masa lalu, pasangan baru kerap ingin menghindar dari pengawasan ketat oleh orangtua.
Salah satu cara kencan dan saling merayu sambil berada dekat orangtua adalah dengan menciptakan "bahasa" rahasia. Thomas Edison bahkan mempelajari kode Morse ketika merayu calon istrinya yang kedua, Mina Miller, yang 19 tahun lebih muda.
Thomas Edison, duda berusia 39 tahun yang ditinggal mati oleh istri pertamanya itu, masih canggung berada dekat ayah Mina. Sehingga ia mengajari sandi Morse kepada kekasihnya dan bahkan melamar menggunakan sandi Morse.
3. Jangan Mabuk Sembarangan
Memberikan kesan baik kepada orangtua pacar yang dikasihi merupakan hal penting di masa kini. Di masa lalu, kesan itu bisa menjadi penentu jadi atau tidak jadi menikah, karena keperluan mendapat ijin orangtua.
Yang jelas, jangan mabuk di hadapan orangtua kekasih. Di Abad ke-6 SM, seorang tiran bernama Cleisthenes dari Sycon mencarikan calon suami untuk putrinya, Agariste.
Caranya, ia mengadakan pertandingan yang diikuti 12 bujang paling menarik di Yunani Kuno. Para calon, misalnya, berlomba kereta kuda dan beradu gulat.
Akhirnya, Hippocleides menjadi pemenang. Tapi, saat pesta penghormatan pemenang, Hippocleides mabuk hingga ugal-ugalan. Tamatlah kesempatannya, dan Agariste kemudian malah menikah dengan pria lain, Megacles.
Advertisement
4. Praktis
Kadang-kadang, orang mendapatkan hasil karena berpikir yang praktis. Ini suatu hal yang langka dalam masyarakat Mesir Kuno yang memiliki ritual dan upacara rumit.
Jika seorang wanita mengambil barang-barangnya dari rumah orangtua dan membawanya ke rumah seorang pria, maka mereka bermaksud menikah. Lalu, ada perjanjian pranikah antara suami dengan mertua lekainya terkait urusan gono-gini seandainya hubungan itu usai.
Perceraian juga cukup sederhana untuk masa itu. Pasangan memang diharapkan terus bersama hingga akhir hayat, tapi, seandainya berpisah, mereka berbagi harta dan anak ikut ibunya.
Tapi hal itu tidak berlaku dalam hal perzinahan yang dipandang rendah dan dihukum berat, bahkan hingga hukuman mati.
Perdana Menteri menulis sekumpulan pesan bijak yang diteruskan turun temurun. Di dalamnya, ia menasehati para suami untuk "mencintai istri, memberi nafkah dan memberi pakaian pantas, membuatnya bahagia."
Beberapa contoh pertama sastra romantis berasal dari ukiran-ukiran Mesir tentang pujaan kaum pria pada kecantikan istri-istri mereka.
5. Waktu Bermutu Bersama
Banyak tulisan sejarah mencatat tentang peran wanita di rumah, merawat rumah tangga ketika suamiya di luar dan berkegiatan. Tapi, kaum wanita Teutonik ikut ke manapun suami mereka pergi, bahkan ketika berperang.
Mereka bertugas menyiapkan makan kaum pria dan merawat yang luka, tapi tidak ragu angkat senjat kalau diperlukan.
Penulis Plutarch mencatat tentang legion Romawi yang menyerbu perkemahan Teutonic dan dihadang oleh kaum wanita yang mengayunkan pedang dan kapak.
Keberanian itu menimbulkan munculnya istilah Latin, Teutonicus, yang mengacu kepada kegarangan berperang dalam diri kaum pria dan wanita Teutonic. Kesederhanaan dan pengabdian kaum wanita Teutonic menjadi catatan para ahli sejarah.
Bangsa Teuton akhirnya habis dibantai Romawi dalam Perang Aquae Sextie pada 102 SM. Valerius Maximus menuliskan bahwa kaum wanita Teuton memohon menjadi pelayan suci Vesta, daripada jadi budak. Ketika permohonan mereka ditolak, terjadilah bunuh diri massal.
Advertisement
6. Ramuan Cinta
Orang yang gagal mendapatkan kekasih bisa mencoba bantuan zat kimia dalam bentuk obat pemikat cinta. Dalam setiap budaya ada makanan atau minuman untuk peningkatan syahwat, membuat jatuh cinta, atau bahkan mengatasi impotensi.
Beberapa bahan yang dipakai memang benar memiliki dampak positif. Bahkan yang tidak benar-benar manjur memberikan perbaikan melalui dampak plasebo.
Melalui buku kuno tentang tanaman dan hewan, Albertus Magnus menuliskan tentang tumbukan campuran bunga periwinkle dengan daun bawang dan cacing tanah, lalu ditebar di atas makanan agar memberi kekuatan cinta kepada suami dan istri. Tapi, ia memperingatkan bahwa campuran yang sama dapat membunuh ikan di danau.
Bunga marigold menjadi bahan populer di Abad Pertengahan. Beberapa suku pribumi Amerika lebih suka columbine liar. Sebagian besar India menggunakan jimsonweed yang sebenarnya merupakan tanaman beracun.
7. Tuliskan Perasaan
Ada orang yang sulit menumpahkan perasaan dalam bentuk tulisan, tapi bangsa Viking bisa dikatakan yang sebagai peradaban paling romantis dalam sejarah.
Kita kerap mendengar bangsa Viking sebagai penyerbu, tapi puisi dan sajak mereka penuh dengan kisah cinta sejati, khususnya cinta pasangan hingga akhir hayat.
Misalnya kisah Njal. Istrinya memilih untuk meninggal di sisi Njal demi janjinya yang terucap ketika mereka menikah.
Dalam Gesta Danorum, Saxo Grammaticus menuliskan tentang senandung cinta Hagbaror sebelum digantung dan mendengar bahwa istrinya telah terlebih dulu bunuh diri agar mereka bisa bersama.
Berbeda dengan kisah pasangan menikah, kencan dengan gadis lajang bisa berbahaya. Sebuah sajak berkisah tentang penulisnya yang diduga mengetahui tentang seorang gadis yang menodai dirinya dan menurunkan derajatnya sebagai istri.
Hal itu bisa berbahaya, karena ayah atau saudara lelaki gadis itu bisa merasa wajib membunuhnya demi kehormatan nama mereka.
Advertisement
8. Bertukar Hadiah
Salah satu cara menarik perhatian seseorang adalah melalui hadiah yang dipikirkan matang. Sepanjang sejarah, kepemilikan benda hampir selalu ada di tengah pernikahan.
Beberapa budaya mematok harga pengantin wanita sehingga pengantin pria harus membayar uang, tanah, atau kekayaan kepada keluarga calon istri. Sejumlah budaya lain memiliki mahar. Ayah calon pengantin wanita harus memberi kontribusi kepada keluarga calon pengantin pria.
Ada pernikahan sedikit melonggar, dan hadiah antara dua kekasih menjadi lebih lazim dan sensual, tanpa harus ada komitmen untuk pernikahan.