Liputan6.com, New York - Para kaisar China pada masa lalu memiliki kekuasaan yang luar biasa besarnya.
Mereka yang menjadi Kaisar di China bahkan mendapat gelar 'putra-putra surgawi'.
Para pria itu dimuliakan sedemikian rupa sehingga semua titahnya wajib ditaati tanpa syarat. Seluruh kerajaan wajib melaksanakannya.
Advertisement
Baca Juga
Dengan keadaan demikian, seseorang mudah menjadi manja dan gila kuasa. Seperti disarikan dari Listverse.com pada Jumat (13/1/2017), berikut ini sejumlah kelakuan tak biasa oleh para penguasa masa lalu di China:
1. Danau Wine Kaisar Zhou
Sebagai bagian dari dinasti besar, Raja Zhou tidak menyia-nyiakan untuk menikmati status itu dengan cara yang luar biasa. Ia memerintahkan pembangunan Kolam Wine dan Hutan Daging.
Danau luas buatan manusia itu diisi dengan arak dan cukup luas untuk dijelajahi menggunakan beberapa sampan. Di tengahnya ada pulau kecil dengan sejumlah pohon yang cabang-cabangnya digelantungi aneka daging panggang.
Sang Raja dan para selirnya bertamasya dengan sampan sambil minum arak dan menyantap daging. Dengan ketamakan itu, jangan heran kalau ia tidak terlalu disukai rakyat.
Ketika menyadari rakyat melakukan pemberontakan, ia bunuh diri dengan cara membakar diri. Danau arak itu dihancurkan dan penerusnya pun melarang alkohol di seantero kerajaan.
Advertisement
2. Kambing Penentu Selir
Salah satu manfaat menjadi kaisar adalah keberadaan harem. Ia punya banyak selir.
Kaisar Wu dari Jin meluangkan banyak waktu untuk harem-haremnya. Ia bisa begitu saja memilih wanita cantik sambil pulang menuju ke kediamannya, terutama putri-putri anak buahnya.
Kaisar Wu memandang penting hal itu, sehingga seseorang dapat dipidana jika menikah sebelum ia selesai memilih selir. Pada akhirnya, Kaisar Wu memiliki 10.000 selir.
Untuk memilih teman tidurnya pada malam hari, ia mengendarai pedati yang ditarik kambing-kambing. Ketika hewan-hewan itu berhenti, ia akan tidur dengan wanita manapun yang 'ditunjuk' hewan peliharaannya.
3. Kaisar Xuanzong dan 40.000 Selir
Secara tradisi, di masa Xuanzong, para kaisar membebaskan selir-selir mereka pada akhir kekuasaan. Karena seringnya pembunuhan penguasa, maka keberadaan sebagai selir bersifat sementara.
Lain ceritanya dengan Kaisar Xuanzong yang berumur panjang dan berkuasa selama 44 tahun. Dengan demikian, jumlah selirnya pun membengkak hingga 40.000 orang.
Tentu saja Xuanzong tidak punya waktu bermesraan dengan semua selirnya, tapi hal itu tidak menghentikannya untuk terus menambah jumlah selir.
Bukan hanya itu. Ketika berusia 60 tahun, ia memaksa putranya menceraikan istrinya dan menjadikan mantan menantu perempuan itu menjadi salah satu selirnya.
Advertisement
4. Pusar Jenderal Jadi Sasaran Panah
Kaisar Houfei masih berusia 9 tahun ketika naik takhta, dan ia pun menjadi tergila-gila kekuasaan secara kekanak-kanakan, sesuai dengan usianya.
Ia hanya berkuasa selama 5 tahun hingga akhirnya rakyat kesal dengannya dan membunuh kaisar muda itu.
Awal kekesalan dimulai ketika ia melihat jenderalnya, Xiao Daocheng, tidur tanpa busana. Houfei tercengang melihat perut bulat jenderal yang tambun tersebut.
Ia malah menempelkan sasaran bidik di perut sang jenderal dan menggunakannya untuk latihan membidik panah. Ia ingin menggunakan panah sungguhan, namun dibujuk untuk menggunakan anak panah yang tumpul.
Lalu, kalau sang jenderal tetap hidup, kaisar boleh memanah perut itu setiap hari.
Jenderal Xiao pun balas dendam. Ia mengirim utusan ke kamar Houfei sewaktu sang kaisar sedang tidur dan memenggal kepalanya. Xiao kemudian mengambil alih kekuasaan.
5. Kaisar Jing dan Permainan Papan
Pernah melakukan permainan papan dan seseorang marah ketika kalah? Begitulah Kaisar Jing ketika ia lepas kendali saat melakukan permainan Liubo, suatu permainan kuno China yang dilakukan pada papan batu berat.
Kaisar Jing sedang kalah dan perasaannya tersakiti. Ia kemudian melempar papan permainan yang terbuat dari batu itu ke arah kepala lawan mainnya hingga meninggal.
Masalahnya, lawan main itu adalah pangeran dan penerus takhta Kekaisaran Wu.
Urusan jadi panjang, Kaisar Wu kemudian menyatukan 7 kerajaan dan berontak melawan Jing. Hebatnya, Kaisar Jing berhasil meredam pemberontakan tersebut.
Advertisement
6. Kaisar Wenxuan dan Tata Rias Wajah
Kekuasaan Kaisar Wenxuan diawali dengan hal baik, tapi kemudian ia mulai acuh dengan urusan pemerintahan dan sibuk bermabuk-mabukan. Bahkan hingga ia kemudian kehilangan kendali diri.
Ia memiliki kebiasaan membuka seluruh pakaiannya, memasang riasan wajah, dan berkeliling kamar-kamar tidurnya, bahkan saat musim dingin.
Yang paling parah, ia terbiasa mabuk dan kemudian membunuhi orang. Suatu saat ia menghentikan seorang wanita di jalan dan bertanya, "Seperti apakah Putra Surgawi itu?"
Wanita itu menjawab, "Terlalu gila sehingga ia tidak pantas disebut Putra Surgawi". Perempuan itupun dipenggalnya dan itu bukan peristiwa sesekali saja.
Karena terlalu sering membunuh orang ketika mabuk, para menteri membawa terpidana mati kepadanya agar tidak jatuh korban orang tak bersalah.
7. Kaisar Zhengde dan Permainan Dongeng Anak
Kaisar Zhengde naik takhta pada usia 13 tahun dan masih belum puas dengan masa kecilnya. Ia masih suka bermain sandiwara ala dongeng. Karena ia telah menjadi seorang kaisar, orang-orang di sekitarnya pun wajib ikut serta.
Ia memaksa para menterinya berpakaian seperti para pedagang dan berpura-pura menjadi rakyat jelata yang mendatangi toko-toko. Bagi sang Kaisar, hal itu menjadi tugas kenegaraan sehingga yang tidak mau ikut main akan dipecat.
Ia bahkan mendirikan suatu bangunan 200 kamar yang dinamai Kuartet Macan Tutul yang terletak bersebelahan dengan kebun binatang kerajaan. Lalu ia mengajak teman-temannya minum bersama dan berburu hewan-hewan di kebun binatang, seakan-akan sedang berburu hewan liar di hutan.
Zhengde juga mengatakan kepada rakyatnya bahwa ia memiliki tiruan identik bernama Jenderal Zhu Shou. Ia kerap memberikan pesan kepada rakyat agar disampaikan kepada sang Jenderal. Seteleh memberikan pesan, ia masuk berganti pakaian dan keluar lagi serta meminta semua orang memanggilnya Zhu Shou.
Para bawahannya harus menceritakan ulang perintah yang telah diberikan, dan "jenderal" itu pun pura-pura kaget. Tapi, ia sangat menghayati peran demikian.
Ia memegang kekuasaan hingga berusia 29 tahun dan meninggal dalam keadaan mabuk. Ketika mabuk, ia terjatuh dari perahu dan tenggelam.
Advertisement