Miliarder Ini Bangun Kekaisaran Rusia di Pulau Kosong Kiribati

Miliarder itu ingin membangun kembali Kekaisaran Romanov di tiga pulau tak berpenghuni di negara Kiribati, sebuah negara di Pasifik selatan.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 07 Feb 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2017, 13:00 WIB
Miliarder Rusia Ingin Bangun Kerajaan di Pulau Kosong di Pasifik
Miliarder Rusia Anton Bakov bersama anggota perlemen Kiribati, Emil Schutz (Maria Bakov/The Guardian)

Liputan6.com, South Tarawa- Kekuasaan Dinasti Romanov di Rusia berakhir setelah Tsar Nicholas II digulingkan paksa oleh Revolusi Bolshevik pada 1917. 

Sang penguasa dan seluruh keluarganya kemudian dibantai di gudang penyimpanan anggur di Gedung Ipatiev, Yekaterinburg, Rusia, pada tanggal 17 Juli 1918.

Kini, seorang miliarder Rusia berniat menghidupkan kembali Kekaisaran Rusia yang dipimpin Dinasti Romanov. Letaknya bukan di wilayah Negeri Beruang Merah, melainkan di sejumlah pulau kosong di Kiribati. 

Miliarder Rusia itu bernama Anton Bakov. Bersama istrinya, mereka ingin membangun kembali Kekaisaran Romanov di tiga pulau tak berpenghuni di negara Kiribati, sebuah negara di Pasifik selatan. Tak hanya itu, pasangan tersebut akan menginvestasi jutaan dolar untuk meningkatkan kondisi ekonomi negara kepulauan itu. Demikian dikutip dari The Guardian, Selasa (7/2/2017).

Dinasti Romanov memimpin Rusia dari tahun 1613 hingga terjadi Revolusi Bolshevik pada Februari 1917.

Sementara Kiribati adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di Samudara Pasifik.

Bakov, seorang pengusaha dan mantan anggota parlemen Rusia, sudah lama berniat membangun kembali Kekaisaran Romanov.

Selama bertahun-tahun ia mencari wilayah, termasuk mengeksplorasi calon kerajaannya di Montenegro dan Cook Islands.

Tiga pulau yang diincarnya adalah Malden, Starbuck dan Millennium. Wilayah yang tak berpenghuni itu kelak akan digunakan sebagai negara "alternatif Rusia". Infrastruktur pariwisata dan bisnis juga akan dibangun. 

Ia menawarkan skema investasi terbesar yang pernah diterima Kiribati. 

"Kami tertarik pada Kiribati karena iklim yang indah. Negara kepulauan itu memiliki populasi kecil, yang jelas akan mendapat manfaat dari bantuan keuangan kami," kata Bakov melalui email.

Putra pertama Bakov, Mikhail mendekati pemerintah Kiribati pada akhir tahun 2015 dengan membawa rencana investasi ayahnya.

Setelah bertemu dengan Bakov awal tahun ini, Presiden Kiribati, Taneti Mamau, bersama dengan sejumlah menteri memeriksa tiga pulau itu secara pribadi.

Inspeksi tiga pulau itu diperkirakan memakan waktu hingga satu bulan dan keputusan untuk menerima rencana itu baru akan diambil pada akhir Februari.

"Kami berencana untuk membangun bandara dan pelabuhan, stasiun tenaga surya, pertanian, rumah sakit, sekolah dan pemukiman bagi karyawan," kata Bakov.

"Perekonomian pulau-pulau itu akan ditopang dari pendapatan hotel dan pabrik pengelolaan ikan yang ramah lingkungan. Kami juga akan mengembangkan pertanian tropis dan membangun Russian Imperial University," beber Bakov.

Menurut perkiraan Bakov, pengembangan pulau-pulau akan memakan waktu antara 10 sampai 15 tahun.

Mereka berencana mempekerjakan seribu warga I-Kiribati --demikian julukan penduduk asli setempat. Juga akan ada kemungkinan merekrut penduduk di Pulau Chirstmas yang jauhnya 670 km dari lokasi itu.

Salah satu atol di Karibati (Britanica)

Langkah awal proyek, pihak miliarder itu akan memberi suntikan dana sebesar US$ 120 juta kepada pemerintah Karibati. Dilanjutkan US$230 juta untuk membangun infrastruktur di Pulau Maden, ditambah dengan pajak dan bea cukai kepada pemerintah Karibati.

Meskipun pulau-pulau itu kelak menjadi pusat 'Kekaisaran Romanov', Bakov tidak berencana mengundang banyak orang Rusia pindah dan menjadi warga permanen Kiribati. Sebab, iklim di sana terlalu panas dan jaraknya terlalu jauh.

"Cuaca katulistiwa tidak cocok bagi warga Rusia, kami justru mempertimbangkan imigrasi datang dari Australia dan Selandia Baru, yang mungkin lebih cocok dengan mereka," ujar Bakov.

"Kami perkirakan warga Rusia yang bakal tinggal sini hanya 2 persen," lanjutnya.

Emil Schutz, anggota parlemen Kiribati yang selama ini dekat dengan projek Bakov mengatakan negaranya butuh waktu berpuluh-puluh tahun agar mendapatkan perhatian internasional. Ia mengatakan, negerinya menghadapi ancaman naiknya permukaan laut, dan perubahaan iklim .

Schutz mengklaim Pulau Malden -- salah satu yang diincar miliarder Rusia -- memiliki topografi jauh lebih tinggi daripada pulau utama. Itu berarti, kata dia, efek dari perubahan iklim akan terjadi dalam jangka waktu lama.

Schutz mengatakan, investasi Bakov dalam bidang infrastruktur menjadi prioritas utama pemerintahnya. Perkara membangun kekaisaran, adalah urusan belakangan. Demikian pula dengan dampak yang terjadi jika kekaisaran jadi dibangun.

"Pulau-pulau itu jauh sekali dari pulau utama, dan jika pemerintah ingin membangunnya butuh jutaan dolar, yang sekarang jelas tak jadi prioritas kami. Jadi, ketika ada investor untuk membangunnya mengapa tidak kami terima?" kata Schutz.

Meski demikian proposal Bakov kini tengah diteliti oleh Foreign Investment Commission.

"Pemerintah kami sudah mencari investor semenjak merdeka. Tak satupun yang tertarik. Jadi, akan sangat baik jika ada yang mau melakukannya," ujar anggota parlemen itu.

Menurutnya, tiga pulau kosong itu sedikit memiliki sumber daya alam. Keadaan tanahnya telah kering kerontang karena pernah ditambang besar-besaran untuk mencari fosfat oleh perusahaan tambang kaya dari Australia beberapa dekade lalu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya