Suhu Global Pecah Rekor Terpanas di Tahun 2024, Apa Artinya bagi Masa Depan Kita?

Laporan terbaru Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengungkap bahwa suhu global pada 2024 mencapai rekor tertinggi, 1,55 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

oleh Benedikta Miranti T.V Diperbarui 21 Mar 2025, 18:32 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2025, 18:32 WIB
Suhu Panas Tak Biasa Landa Indonesia Beberapa Hari Terakhir
Warga menggunakan payung saat berjalan di tengah cuaca terik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (24/4/2023). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan dinamika atmosfer yang tidak biasa menjadi salah satu penyebab Indonesia mengalami suhu panas dalam bebrapa hari terakhir. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tingkat gas rumah kaca yang mencapai rekor tertinggi telah mendorong suhu global ke level terpanas sepanjang sejarah pada 2024, mempercepat pencairan es, meningkatkan permukaan laut, dan membawa dunia semakin dekat ke batas pemanasan yang mengkhawatirkan. Hal ini diungkapkan dalam laporan tahunan World Meteorological Organization (WMO) atau Organisasi Meteorologi Dunia yang dirilis Rabu (19/3).

Mengutip Malay Mail, Jumat (21/3/2025), menurut laporan tersebut suhu rata-rata global pada 2024 mencapai 1,55 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri (1850–1900). Angka ini melampaui rekor tahun 2023 yang sebelumnya tercatat lebih tinggi 1,45 derajat Celcius, menandai kenaikan sebesar 0,1 derajat Celcius hanya dalam satu tahun.

Sebagai informasi, kesepakatan Perjanjian Paris 2015 menetapkan target untuk membatasi kenaikan suhu global hingga maksimal 1,5 derajat Celcius guna menghindari dampak terburuk perubahan iklim.

Meskipun angka tahunan 2024 telah melampaui batas, WMO menegaskan bahwa satu tahun di atas 1,5 derajat Celcius belum berarti target Perjanjian Paris sepenuhnya gagal.

"Satu tahun di atas 1,5 derajat tidak serta-merta berarti ambang batas Perjanjian Paris telah terlampaui secara resmi," ujar John Kennedy, koordinator ilmiah WMO dan penulis utama laporan tersebut.

Namun, John Kennedy menambahkan bahwa kisaran ketidakpastian dalam data membuat kemungkinan melewati batas ini tetap ada.

Promosi 1

Faktor Pemicu Kenaikan Suhu Global

Cuaca panas kembali menyengat wilayah Jakarta dan sekitarnya
BMKG, melalui akun Instagramnya, mengungkap cuaca di Jabodetabek dalam beberapa hari ke depan didominasi kondisi cerah berawan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)... Selengkapnya

Selain peningkatan gas rumah kaca, laporan WMO menyebut beberapa faktor lain yang turut memicu pemanasan global pada 2024, di antaranya:

  • Perubahan siklus matahari yang meningkatkan radiasi ke Bumi 
  • Letusan gunung berapi besar yang berdampak pada atmosfer
  • Penurunan jumlah aerosol pendingin yang biasanya membantu menurunkan suhu

Pemanasan ini telah memicu berbagai bencana cuaca ekstrem di seluruh dunia. WMO mencatat:

  • Gelombang panas, kekeringan, dan krisis pangan terjadi di berbagai negara 
  • Banjir dan kebakaran hutan menyebabkan 800.000 orang mengungsi, tertinggi sejak 2008
  • Suhu laut mencapai rekor tertinggi, meningkatkan keasaman laut akibat peningkatan CO₂

Selain itu, pencairan gletser dan es laut berlangsung dalam kecepatan mengkhawatirkan, mendorong kenaikan permukaan laut ke titik tertinggi baru.

Kenaikan rata-rata permukaan laut per tahun: 

  • 2015–2024: 4,7 mm per tahun 
  • 1993–2002: 2,1 mm per tahun

Peningkatan ini menunjukkan bahwa laju kenaikan permukaan laut telah lebih dari dua kali lipat dalam dua dekade terakhir. 

Kennedy memperingatkan bahwa pencairan es di Arktik dan Antartika bukan hanya berdampak lokal, tetapi juga dapat mengubah pola sirkulasi samudra global, yang pada akhirnya mempengaruhi iklim di seluruh dunia.

"Apa yang terjadi di kutub tidak hanya berhenti di sana," imbuh Kennedy.

Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim
Infografis Bencana-Bencana Akibat Perubahan Iklim. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya