Liputan6.com, Pyongyang - Kakak Kim Jong-un, Kim Jong-nam, terbunuh secara mengejutkan di Kuala Lumpur. Insiden ini menimbulkan dugaan adanya operasi intelijen tersembunyi yang dilakukan Korut di luar negeri.
Diduga operasi tersebut tak hanya dilakukan warga Korut, tetapi turut melibatkan warga asing. Pasalnya, dua terduga pelaku berasal dari Indonesia dan Vietnam.
Seperti dikutip dari South China Morning Post, Jumat (24/2/2017), Korea Selatan bahkan menuduh para terduga pembunuh Kim Hong-nam dikendalikan oleh badan intelijen Reconnaissance General Bureau (RGB).
Advertisement
RGB merupakan badan intelijen utama di Korut. Kelompok ini pernah disanksi PBB karena terlibat dalam perdagangan senjata.
Dijelskan seorang peneliti Korut, Michale Madden, berdasarkan tinjauannya, ada kemungkinan aksi pembunuhan ini merupakan operasi gabungan antar badan intelijen.
"RGB mungkin satu dari banyak kemungkinan. Butuh waktu membuktikan keterlibatan badan intelijen lain," ucap Madden.
Madden tak menyebutkan lebih lanjut apakah badan intelijen yang ia maksud terkait satu negara tertentu atau badan mandiri yang tak terkait dengan pemerintah mana pun.
Namun, berdasarkan pengamatannya, operasi Korut ini menggunakan seorang agen bebas yang tidak bekerja di bawah RGB.
Mantan Wakil Duta Besar Korut untuk Inggris, Thae Yong-ha, pada awal bulan ini mengatakan negaranya pasti menempatkan seorang anggota Departemen Keamanan Negara di misi luar negerinya.
Baca Juga
Mereka biasanya ditugaskan untuk menjadi penyambung langsung para pejabat Korut di luar negeri dengan Pyongyang untuk urusan keamanan.
Kemungkinan tersebut, menurut pengamat, semakin memperkuat dugaan bahwa otak dan juga "otot" pembunuhan Jong-nam adalah RGB.
Rekam jejak RGB pun sangat mentereng dalam menjalankan misi di luar negeri. Mereka biasanya menyasar orang-orang Korea Selatan.
Pada 1968, disebut-sebut hampir saja membunuh Presiden Korsel Park Chung-hee. Sebab, sejumlah anggota mereka sudah berada hanya beberapa ratus meter dari istana kepresidenan.
"Kejadian itu sudah lima dekade lalu, tapi banyak operasi bersejarah yang sudah mereka lakukan," ucap Madden.
"Mereka belajar dengan keras di bawah pimpinan ahli intelijen dan kepala operasi," tambah dia.
Madden menambahkan, sebenarnya, menggunakan orang asing untuk membantu operasinya seperti yang dilakukan saat mengeksekusi Jong-nam, tidak lazim dilakukan Korut.
Ia menambahkan ada kemungkinan, operasi ini merupakan pola baru intelijen Korut dalam menjalankan aksinya.