Dubes Grigson: Hubungan Indonesia-Australia Mirip Kisah Cinta

Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson mengatakan hubungan bermasyarakat RI dan Australia tidak terpengaruh konflik politik

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 21 Mar 2017, 07:21 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2017, 07:21 WIB
20161017- Supermentor Bahas Ketimpangan Ekonomi di Dunia-Jakarta- Herman Zakharia
Dubes Australia Paul Grigson saat menjadi pembicara Supermentor bertema "End Poverty" di Jakarta, Senin (17/10). Tema tersebut diangkat untuk memperingati Hari Pengentasan Kemiskinan Dunia yang jatuh pada 17 Oktober. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan Indonesia dan Australia dalam beberapa tahun belakangan mengalami pasang surut. Kedua negara bertetangga ini kerap terlibat dalam sejumlah konflik politik dan perbedaan pendapat.

Yang paling muktahir adalah masalah penghinaan Pancasila yang dilakukan di militer Negeri Kanguru. Akibat persoalan tersebut Indonesia memutuskan menghentikan sementara kerjasama militer.

Meski demikian, Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson menyebut masalah-masalah yang pernah hinggap dalam hubungan antar pemerintah, sama sekali tidak pengaruh terhadap hubungan antar masyarakat.

"Koneksi hubungan antar bermasyarakat antara Indonesia dan Australia lebih besar dari konflik-konflik politik ," sebut Grigson di Hotel Atlet Century, Senin (20/3/2017).

"Mereka (Masyarakat Indonesia dan Australia) mengenal satu sama lain dengan sangat baik," sambung Grigson.

Dia menegaskan, bukti bahwa hubungan bermasyarakat Indonesia dan Australia tetap baik terlihat dengan makin meningkatnya kunjungan wisatawan asal Tanah Air ke Negeri Kanguru.

Tahun lalu Kedutaan Besar Australia menerbitkan 100 ribu visa. Jumlah ini meningkat sepertiga dari waktu yang sama pada 2015.

Jika dipersentasikan, Grigson mengenybut peningkatan wisatawan Indonesia mencapai 40 persen.

Dia melihat ada banyak alasan, kenapa banyak turis dari Indonesia memilih liburan ke Australia. Di antaranya, turis Tanah Air terpikat dengan keaneka ragaman makanan, budaya kopi yang melegenda dan pengalaman berbelanja serta gaya hidup luar ruangan di Australia.

"Sekarang banyak orang telah menemukan ada nilai lebih untuk uang yang mereka miliki (untuk mengujungi Australia). Dengan jarak yang sangat dekat, di mana penerbangan ke Perth hanya empat jam dari Jakarta," sambung dia.

Bukan hanya itu. Satu hal yang membuat berbangga diri warga Indonesia yang melancong ke negaranya sudah tidak lagi terfokus di dua kota besar, Sydney dan Melbourne.

"Sekarang sudah meluas ke beberapa kota seperti Perth, Brisbane Adelaide dan Hobart," sebutnya.

Didasari fakta-fakta tersebut ia berharap jumlah tersebut bisa terus bertambah di tahun mendatang. Hal tersebut demi membuktikan kalau masyarakat Indonesia dan Australia selalu harmonis setiap saat.

"Jadi hubungan Indonesia dan Australia seperti hubungan cinta," kata Grigson.


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya