TNI Antara Australia dan Pancagila

Gatot mengaku, sebagai negara yang telah menjalankan kerja sama pertahanan, harusnya kedua negara saling menghormati.

oleh Ilyas Istianur PradityaDevira PrastiwiAndreas Gerry Tuwo diperbarui 06 Jan 2017, 06:49 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2017, 06:49 WIB
20160330-Panglima-TNI-Serahkan-SPT-Pajak-HEL
Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (tengah) memberikan keterangan usai mengisi SPT Tahunan secara online di Mabes TNI, Jakarta, Rabu (30/3/2016). Sebelumnya Panglima TNI mengisi SPT Tahunan menggunakan E Filling. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan Indonesia dengan Australia kembali memanas. Memang, relasi Indonesia dengan Australia pasang surut. Sementara tema panas hubungan Indonesia-Australia adalah terkait kerja sama militer.

Kedua negara telah melakukan kerja sama latihan militer dalam beberapa tahun terakhir. Komando Pasukan Khusus (Kopassus) diketahui sering berlatih bersama Special Air Service Australia di Perth.

Sementara untuk pembekuan kerja sama militer Indonesia-Australia bukanlah yang pertama. Hal serupa pernah dilakukan pada 2013 lalu. Saat itu, penghentian kerja sama dilakukan karena Intelijen Australia dituduh memata-matai Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Saat ini, TNI menghentikan sementara kerja sama militer dengan Australia. Permintaan penghentian kerja sama itu sudah dilayangkan TNI kepada militer Australia pada pertengahan Desember 2016.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menjelaskan, selama kerja sama itu dijalankan, Indonesia telah mengirimkan pasukan khusus Angkatan Darat (AD) ke Australia untuk mengajar para prajurit militer Australia. Namun, ternyata kurikulum yang diterapkan dan perilaku militer Australia menunjukkan sikap yang mendiskreditkan.

"Kurikulumnya dan pelajarannya, pekerjaan dari siswanya pun sama. Terlalu menyakitkan sehingga tidak perlu dijelaskan," kata Gatot di Menara Bidakara, Jakarta, Kamis 5 Januari 2016.

‎Gatot mengaku dia dengan Marsekal Angkatan Udara Australia Mark Binskin bersahabat lama. Namun mengingat ideologi masing-masing negara harus dijunjung tinggi dan tidak boleh ikut campur, terpaksa Panglima TNI mengirimkan surat pemberhentian sementara tersebut.

Dengan adanya surat itu, pihak Militer Australia juga menyatakan permintaan maaf atas berbagai hal yang sudah diperbuat. Untuk menghormati kerja sama ini, Australia akan mengirim Chief of Army ke Indonesia untuk meminta maaf.

‎"Setiap tentara itu dalam pendidikan ada doktrin. Doktrinnya agar sangat mencintai ideologinya, ideologi bangsanya. Dengan demikian, dia siap untuk mengorbankan jiwa raga untuk menghadapi apapun juga," tegas Gatot.

Australia

20160606- Menhan Silaturahmi dengan Warga NU-Jakarta- Johan Tallo
Menhan Ryamizard Ryacudu memberikan pemaparan saat menghadiri silaturahmi bersama warga NU di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Senin (6/6). Acara tersebut dalam rangka menyongsong 1 Abad Nahdlatul Ulama.(Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu mengaku sudah dihubungi oleh Menhan Australia Marise Payne. Ryamizard menyebut kepala sekolah bahasa di Perth, Australia yang memelesetkan kata Pancasila menjadi Pancagila bahkan sudah diberikan hukuman.

"Pada prinsipnya ini bukan kebijakan mereka, mereka menyesali apa yang terjadi dan menindak tegas sampai tuntas, jadi kepala sekolah bahasanya diskorsing. Dia minta maaf, sudah menghukum kepala sekolah dengan diskors, tegas itu tindakannya," ungkap Ryamizard di Kantor Kemenhan Jalan Medan Merdeka Barat, Kamis 5 Januari 2017.

Ia mengatakan, Menhan Australia meminta maaf atas apa yang terjadi. Ryamizard pun meminta agar kejadian ini jangan sampai terulang kembali.

"Saya bilang apa tugas kita ke depan tugas kita tetap bersahabat, latihan dan yang lainnya tetap dilakukan, tugas kita terbesar adalah memberikan pengertian kepada prajurit, Menhan Australia memberitahukan ke prajuritnya kita bersabahat. Jadi jangan menyinggung hal-hal yang sensitif dan akan menimbulkan kebencian negara, ke depan hal itu tidak boleh terjadi," papar dia.

Ryamizard mengaku Menhan Australia menerima apa yang diminta oleh Indonesia agar kejadian tersebut tidak kembali terulang.

"Mereka terima itu, kita akan buktikan itu ke depan. Kita perang mati untuk negara ya, tapi kalau karena kecil-kecil mau perang itu untuk apa gunanya. Yang penting kita perbaiki, mereka sudah meminta maaf dan sudah menghukum kepala sekolahnya," ucap dia.

Ryamizard menjelaskan, kasus ini sudah dalam penyelidikan tahap akhir. Dan perwira Australia juga sudah diberikan sanksi.

"Penyelidikan terhadap kasus ini sudah memasuki tahap akhir dan oknum pertama perwira Australia yang terlibat akan diberikan sanksi yang berat terutama masalah administrasi (oleh pihak Australia)," kata dia.

"Kemudian menghentikan sementara pelatihan dan pendidikan bahasa di sekolah bahasa pangkalan militer di Perth sambil dilakukan investigasi secara lengkap serta komandan sekolah itu diskorsing, kepala sekolah diskorsing, berat itu. Jadi kita hormatilah apa yang dilakukan," pungkas Ryamizard.

Pancagila

20161030-Panglima-TNI-HA3
Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo memasuki lapangan Kopassus grup 1, Serang, Banten, Minggu (30/10). Gatot memberikan pernyataan kepada TNI agar para prajuritnya tidak tersekat-sekat dalam suku, agama dan golongan. (Liputan6.com/Helmi Affandi)

Panglima TNI Gatot Numantyo mengirimkan surat penghentian sementara kerja sama pertahanan dengan Australia. Keputusan ini juga sudah dilaporkan ke Presiden Jokowi.

Gatot mengaku banyak hal yang dialami pasukan khusus yang dikirim Indonesia untuk mengajar prajurit Australia. Salah satunya mendiskreditkan Indonesia, termasuk ideologi Pancasila.

"Kurikulum dan pelajarannya, begitu juga siswanya‎, banyak yang didiskreditkan, tentang tentara yang dulu, Timor Leste, Papua juga harus merdeka, dan tentang Pancasila yang dipelesetkan jadi Pancagila. Dari situ maka saya tarik guru tersebut dan saya hentikan dulu," tegas Panglima di Menara Bidakara, Jakarta, Kamis 5 Januari 2017.

Gatot mengaku, sebagai negara yang telah menjalankan kerja sama pertahanan, harusnya kedua negara saling menghormati, bukan justru memperlakukan seperti saat ini. Militer Australia saat ini langsung melakukan investigasi.

"Jadi sampai kapan penghentian sementara ini, ya tergantung Australia, kan mereka yang mau investigasi," tegas Gatot.

Untuk menyelesaikan ketegangan ini, Gatot mengaku tidak akan pergi ke Australia. "‎Ngapain saya ke Australia. Saya tidak akan ke sana. Yang punya masalah sana (Australia) masa kita ke sana. Jadi jangan berbuat aneh-aneh. Kita tunggu saja hasil investigasinya," Gatot menegaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya