Sempat Jadi Kelompok Teroris Terkaya, Kini ISIS Nyaris Bangkrut?

Mantan Menteri Keuangan Irak Hoshyar Zebari mengatakan, dalam sehari lazimnya ISIS dapat menghabiskan uang Rp 39 miliar hingga Rp 66 miliar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 28 Mar 2017, 10:26 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2017, 10:26 WIB
Pada masa jayanya, ISIS merupakan kelompok teroris terkaya
Pada masa jayanya, ISIS merupakan kelompok teroris terkaya (Welayat Salahuddin/AFP)

Liputan6.com, Baghdad - Mantan Menteri Keuangan Irak Hoshyar Zebari mengklaim, teroris ISIS nyaris bangkrut dan kehabisan uang untuk membayar anggota kelompoknya.

Pada masa keemasannya, ISIS merupakan organisasi teroris terkaya di dunia dengan jaringan kriminal sangat besar untuk membiayai operasionalnya.

Beberapa waktu lalu, sejumlah ladang minyak di Irak utara sempat dikuasai ISIS sebelum akhirnya dibakar ketika mereka terdesak. Peristiwa itu mengakibatkan asap hitam pekat membumbung tinggi.

Tindakan itu dilakukan untuk menciptakan perisai asap sehingga menyulitkan pasukan koalisi untuk melancarkan serangan udara.

Penyelundupan minyak diyakini sebagai sumber pendapatan terbesar kelompok teroris itu. ISIS juga diketahui memungut pajak dan melakukan aksi pemerasan terhadap penduduk di wilayah yang mereka kuasai.

Zebari memperkirakan, ISIS merogoh kocek sekitar US$ 3 juta atau setara dengan dengan Rp 39 miliar hingga US$ 5 juta atau senilai dengan Rp 66 miliar setiap harinya.

"Mereka memungut pajak dari setiap bisnis, setiap toko, setiap apotek, setiap aktivitas -- belum lagi uang yang mereka curi dari bank-bank Irak," terang Zebari kepada Sky News, Selasa, (28/3/2017).

"Mereka adalah organisasi yang sangat, sangat kaya. Sekarang, mereka tengah mengalami kemunduran dan bangkrut. Mereka juga kalah di medan pertempuran, jadi perang di Mosul sangat menentukan untuk mengakhiri kekhalifahan mereka," pungkasnya.

Kerusakan yang dipicu ISIS di Irak tidak hanya melahirkan bencana pada sisi kemanusiaan dan ekonomi, namun juga kebudayaan. Kelompok teroris brutal itu dengan bangga mempertontonkan perusakan terhadap simbol-simbol warisan budaya Irak.

Dalam ideologi mereka yang menyesatkan, benda-benda peninggalan sejarah tersebut sama saja dengan penyembahan terhadap berhala. Meski demikian, ISIS tahu persis "nilai" barang-barang antik tersebut.

Saat ini di bawah kendali militer Irak, para arkeolog telah menemukan jaringan terowongan yang digali ISIS di bawah makam Nabi Yunus. Penggalian terowongan itu disebut tidak berupaya untuk menghancurkan artefak kuno, melainkan agar mereka dapat leluasa mencuri benda-benda peninggalan sejarah untuk dijual di pasar gelap.

Tidak diketahui berapa banyak benda yang telah dicuri, namun jumlahnya diperkirakan signifikan.

Kepala barang antik untuk Provinsi Nineveh, Layla Salih mengatakan bahwa apa yang dilakukan ISIS adalah penghancuran. Salih menerangkan, pihaknya tidak pernah dihadapkan pada kondisi ini sebelumnya, namun kini tantangan besar terbentang di hadapan mereka.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya