Liputan6.com, Guwahati Pada 31 Maret 1959, sejarah mencatat pemimpin spritual Tibet, Dalai Lama, melakukan perjalanan bersejarah untuk kabur ke India dari pemeritah China.
Perjalanan Dalai Lama bersama 20 pengikut dan enam menterinya sangat berat karena dilalui dengan berjalan kaki. Butuh 15 hari untuk sampai ke India.
Saat sampai perbatasan India itulah, Dalai Lama disambut penjaga paramiliter bernama Naren Chandra Das.
Advertisement
Das dilarang berbicara sepatah kata pun. Prajurit muda itu mengawal Dalai Lama dalam sebuah misi rahasia.
 "Penjaga dari Assam Rifles Platoon No 9 membawa Dalai Lama dari Zuthangbo dan menyerahkan dia kepada kami berlima di Shakti (negara bagian Arunachal Pradesh yang berbatasan antara China dan Bhutan)", kata Das seperti dikutip dari BBC, Selasa (4/4/2017).
"Kami membawanya ke Lungla di mana dia telah dikawal selama perjalanannya ke Tawang oleh kelompok penjaga lainnya," ujar Das.
"Para tentara dilarang berbicara kepada pemimpin spiritual Tibet itu. Tugas kami hanya menjaga dan mengawalnya selama perjalanan," kenang Das lagi.
Kini, nyaris 60 tahun berlalu, keduanya kembali bertemu. Dalai Lama menemui Das saat ia tengah mengunjungi utara India, kota Guwahati.Â
"Melihat wajah Anda, aku sadar, aku pasti juga telah sangat tua," kata Dalai Lama ketika pertama kali bertemu dan memeluk Das.
Dalai Lama mengucapkan banyak terima kasih kepada mantan pengawalnya itu. Ia mengatakan sangat bahagia bertemu dengan sebagian tim yang telah mengawalnya ke India.
Setelah berhasil kabur, Dalai Lama tinggal sementara di kuil Tawang sebelum akhirnya menetap di Dharamsala.
China Geram
Kunjungan napak tilas Dalai Lama ke perbatasan itu membuat China geram. Beijing mengatakan Arunachal Pradesh merupakan bagian dari kawasannya.
Sebelum rencana Dalai Lama dimulai, juru bicara Kementerian Luar Negeri China telah meminta India untuk menghindari langkah apa pun yang justru akan memperkeruh urusan perbatasan. Mereka juga menyatakan tidak akan memberikan panggung kepada Dalai ke-14 yang terkait dengan aktivitas separatisme.
Sementara itu, Dalai Lama dalam kunjungannya tersebut mengatakan, "Rasanya seperti reuni."
"Saat saya mengunjungi Tawang, saya ingat rasanya kebebasan yang saya rasakan pertama kali pada 1959. Itulah awal mula kehidupan baru saya dimulai," kata Dalai Lama, seperti dikutip dari Associated Press.