Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda merasa bergidik saat mendengar suara tertentu, seperti suara kresek-kresek dari kantong plastik atau gesekan sendok dan piring? Atau gigi merasa ngilu saat mendengar seseorang menggoreskan kukunya di papan tulis?
Kebanyakan orang mungkin hanya merasa sedikit terganggu, tapi itu merupakan masalah serius bagi para pengidap misofonia, istilah dari bahasa Yunani yang berarti kebencian terhadap suara.
Ada juga yang mungkin merasa tidak nyaman apabila seseorang yang duduk dekat kita di sebuah bioskop yang tenang, membuka kantong keripik dan mengunyah makanan ringan itu dengan berisik.
Advertisement
Tapi bagi sebagian orang, yang mengidap misofonia, suara tertentu yang berulang bisa terdengar tak tertahankan.
Will Sedley dari Universitas Newcastle menjelaskan, "Suara-suara itu pada umumnya diucapkan oleh mulut orang atau suara orang bernapas. Misalnya ucapan tertentu, orang mengunyah atau suara basah berisik lain dari mulut, dan napas yang berisik. Suara lain termasuk hal-hal seperti suara yang berulang, bolpen dipencet, kaki beradu, kibor komputer, gemerisik plastik, dan lain-lain."
Para ilmuwan di Universitas Newcastle ingin mempelajari apakah ada bukti fisik mengenai sensitivitas ini. Para relawan diminta untuk menilai tingkat ketidaknyamanan dari berbagai suara, mulai dari yang netral, seperti hujan atau air mendidih, sampai yang menjengkelkan, seperti seseorang yang mengunyah makanan dengan berisik, napas yang keras atau bayi menangis.
Pemindaian otak mereka menunjukkan, bahwa misofonia terkait dengan satu bagian dalam otak yang mengatur respons emosi.
"Bagian otak itu lebih kecil dan kurang berkembang pada orang-orang yang mengidap misofonia. Itu menandai mungkin ada perubahan struktur otak," tambah Sedley seperti dikutip dari VOA News, Rabu (5/4/2017),
Tetapi temuan itu menimbulkan pertanyaan baru.
Sedley mengatakan, "Sulit untuk mengetahui apa menyebabkan apa. Apakah itu yang menyebabkan misofonia atau sebagian di antaranya, atau apakah itu merupakan konsekuensi karena mengidap kondisi ini atau dampak negatif dari kondisi seperti ini dan bagaimana itu berdampak pada otak dalam jangka panjang."
Para ilmuwan mengatakan mereka juga ingin mempelajari apakah misofonia yang parah bisa disembuhkan, tetapi mereka mengatakan semua orang harus sadar bahwa sebagian orang benar-benar merasa sensitif akan suara tertentu.