Ratusan Tahun Dicari, Cacing Langka Raksasa Ditemukan di Filipina

Cacing langka raksasa yang telah dicari selama ratusan tahun akhirnya ditemukan di Filipina oleh peneliti melalui sebuah kebetulan.

oleh Citra Dewi diperbarui 19 Apr 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2017, 12:00 WIB
Cacing langka raksasa
Cacing langka raksasa yang ditemukan di Filipina (PNAS.ORG)

Liputan6.com, Mindanao - Ilmuwan menemukan cacing langka raksasa untuk pertama kali di Filipina. Makhluk yang sebelumnya didokumentasikan pada Abad ke-18 itu, dapat mencapai panjang hingga 1,55 meter dengan diameter 6 sentimeter.

Cacing raksasa menghabiskan hidupnya di dalam cangkang, dengan kepala berada di bawah yang membuatnya dapat mengambil makanan di dalam lumpur. Meski dijuluki cacing, hewan tersebut sebenarnya adalah bivalvia, yang merupakan satu kelompok dengan kerang-kerangan.

Menurut studi yang dipublikasi di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) Amerika Serikat, hewan dengan nama latin Kuphus polythamia itu merupakan bivalvia yang dapat hidup terlama.

Ketua penulis laporan, Daniel Distel, menemukan keberadaan cacing raksasa ketika timnya bekerja di Filipina.

"Salah satu murid kami datang dan berkata, 'lihat ini' -- ia menemukan video luar biasa di situs berbagi video. Kami mencari literatur dan sumber ilmiah selama bertahun-tahun...ini adalah keajaiban media sosial," ujar Distel.

Penemuan lewat situs berbagi video itu membuat ilmuwan dari AS, Filipina, dan Prancis menemukan dan mengumpulkan lima cacing raksasa di Mindanao. Bagi Distel yang bekerja dalam kelompok riset dan 'bank gen' yang menyimpan genetik makhluk laut langka, itu adalah penemuan besar.

Cangkang cacing raksasa itu dihargai dengan nilai tinggi oleh kolektor cangkang. Para peneliti pun berhati-hati dan tak memberi tahu lokasi persis tempat ditemukannya hewan tersebut.

Dikutip dari BBC, Rabu (19/4/2017), sebuah video memperlihatkan para ilmwan memotong salah satu ujung cangkang cacing raksasa, sebelum menggoyangkannya. Makhluk hitam panjang dan berlendir pun keluar dari cangkang berbentuk tabung itu.

Tim peneliti tersebut terkejut dengan warna hitam bivalvia itu, karena biasanya hewan tersebut berwarna putih kekuningan cerah. Makhluk itu juga sangat berotot, meski mereka tinggal di dalam cangkang.

Hewan tersebut termasuk ke dalam keluarga shipworm atau dikenal dengan kampang yang biasanya berukuran kecil. Mereka biasanya menggali dan mengonsumsi kayu yang membusuk.

Cacing raksasa itu tak hanya unik karena ukurannya. Ia memakan lumpur dan sedimen laut dengan menggunakan bakteri, serta memiliki sistem pencernaan yang lebih kecil.

Meski penemuan tersebut merupakan hal menarik, penelitian tim mengungkap ada ekosistem yang tersembunyi. Cacing itu memiliki bakteri di dalam cangkangnya yang mengubah kimia dari kayu busuk di dekatnya menjadi energi dan nutrisi, mirip dengan tanaman dan Matahari.

Ditsel berkata, hal tersebut akan menjadi bagian besar penelitian mereka terhadap spesimen langka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya