Menlu AS: Iran Berpotensi Jadi Seperti Korea Utara

Tillerson menuding Iran tengah melancarkan provokasi yang bertujuan untuk mendestabilisasi Timur Tengah dan merongrong kepentingan AS.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 20 Apr 2017, 15:06 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2017, 15:06 WIB
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson (AP/Manuel Balce Ceneta)

Liputan6.com, Washington, DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson menuding Iran tengah melancarkan provokasi mengkhawatirkan yang bertujuan untuk mendestabilisasi Timur Tengah dan merongrong kepentingan Washington di kawasan tersebut.

"Iran yang tidak terkendali memiliki potensi untuk menjadi layaknya Korea Utara...," ujar Tillerson seperti dilansir BBC, Kamis (20/4/2017).

Presiden Donald Trump sebelumnya telah memerintahkan untuk meninjau kembali kesepakatan nuklir Iran. Namun bagaimanapun, AS mengakui bahwa selama ini Negeri Para Mullah tersebut mematuhi kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2015.

Pada kesempatan yang sama, Tillerson menjelaskan bahwa dalam tinjauannya yang disampaikan kepada Kongres, ia tidak hanya akan melihat kepatuhan Iran atas kesepakatan nuklir, namun juga perilaku negara itu di Timur Tengah.

Menurutnya, Iran meruntuhkan kepentingan AS di Lebanon, Irak, Suriah, dan Yaman. Dan Tillerson juga khawatir atas posisi Iran sebagai "negara sponsor terorisme."

"Kebijakan Iran yang komprehensif mengharuskan kita untuk mengatasi semua ancaman yang ditimbulkan oleh mereka dan jelas jumlahnya banyak," kata Tillerson.

Iran sejauh ini belum memberikan pernyataan mengenai perkembangan terakhir terkait kesepakatan nuklir tersebut. Teheran telah berulang kali membantah tuduan Barat yang menyebut, mereka pernah mencoba untuk mengembangkan senjata nuklir.

Pada Selasa lalu, Washington menuduh Korut berusaha untuk "memprovokasi sesuatu" setelah negara pimpinan Kim Jong-un itu gagal melakukan uji coba rudal akhir pekan lalu.

Menanggapi pernyataan AS tersebut, Korut mengatakan, pihaknya dapat melakukan uji coba rudal setiap minggu. Pyongyang juga memperingatkan siap "berperang habis-habisan" jika AS melancarkan serangan.

Semasa kampanye pilpres AS 2016, Trump menegaskan bahwa kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada era Barack Obama merupakan "perjanjian terburuk yang pernah ada." Sementara itu, bagi Obama dan sejumlah negara lain seperti China, Rusia, dan Inggris kesepakatan nuklir merupakan cara terbaik demi mencegah Iran memiliki senjata nuklir.

Sanksi AS atas Iran telah dihapus sejak Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menjamin Teheran membatasi aktivitas nuklirnya yang sensitif.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya