China Dikabarkan Imbau Warganya Hengkang dari Korea Utara

China dikabarkan meminta seluruh warganya untuk kembali dari Korea Utara secepat mungkin. Benarkah?

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 04 Mei 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2017, 16:00 WIB
Peringati Pembentukan Tentara Korut Latihan Militer- AFP-20170426
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un saat memantau pasukan jelang upacara untuk peringatan 85 tahun pembentukan Tentara Rakyat Korea (KPA) di Korea Utara (26/4). (AFP FOTO / KCNA / STR)

Liputan6.com, Seoul - China dikabarkan meminta seluruh warganya untuk kembali ke Korea Utara (2940534 "") secepat mungkin. 

Menurut media Korsel, The Korea Times, himbauan tersebut dikeluarkan terkait penahanan warga negara Amerika Serikat atas kasus pencobaan penggulingan rezim Kim Jong-un.

Namun, seorang warga Korut keturunan China, kepada Radio Asia gratis mengaku, ia hanya menghimbau untuk 'tinggal sebentar di Tiongkok'. 

"Kedutaan tidak pernah memberikan peringatan semacam itu. Tapi saya merasa takut dan memilih balik ke Tiongkok" ujar dia.

Ia menambahkan, sebagian besar warga Tiongkok di Korut tetap tinggal dan tidak mempedulikan peringatan tersebut.

Belum ada konfirmasi dari pihak Tiongkok soal kebenaran kabar tersebut. 

Informasi soal peringatan dari China muncul setelah Korut mengkonfirmasi, telah menahan seorang warga negara Amerika atas dugaan menggulingkan pemerintahan.

Kim Sang-dok atau Tony Kim, pengajar akuntansi di Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang 'dicegat' di Bandara International Pyongyang pada 22 April 2017. Demikian yang dikabarkan oleh kantor berita Korea.

Saat ini tersangka sedang ditahan. Aparat Korut sedang menggelar penyelidikan mengenai dugaan kejahatan yang dilakukannya.

Penahanan Kim Sang-dok awalnya diketahui oleh pihak Universitas tempat tersangka mengajar, Park Chan-mo dan Kedutaan Besar Swedia di Pyongyang. Namun, keduanya tak menyebut alasan penahanan sang dosen. 

Kim Sang-dok alias Tony Kim adalah orang Amerika ketiga yang ditahan pihak Korut.

Tahanan AS lainnya adalah Otto Warmbier yang menjalani hukuman penjara dan kerja paksa selama 15 tahun atas tuduhan aksi anti-Pemerintah.

Sementara, Kim Dong-chul yang menjalani masa hukuman 10 tahun dan kerja paksa ditahan atas tuduhan spionase.

Uji Coba Senjata Nuklir Ke enam?

Sementara itu, hasil pantauan satelit dan analis AS pada Selasa kemarin memicu kekhawatiran, Korut akan melakukan uji coba senjata nuklir ke enam.

Gambar satelit situs Punggye-ri diambil pada 25 April 2017 menunjukkan ada aktivitas memompa air di sebuah terowongan yang  disiapkan untuk uji coba nuklir. Demikian diungkap kelompok pemantauan 38 di utara.

Sebagian besar pekerja melakukan aktivitas di sana. Namun, ada juga diketahui sedang bermain voli, yang diduga bagian dari propaganda Kim Jong-un.

"Belum jelas apakah aktivitas tersebut berarti uji coba nuklir dihentikan. Fasilitas tersebut dalam kondisi siap dan tes bisa dilakukan sewaktu-waktu," kata para peneliti dari Johns Hopkins University.

Uji coba nuklir ke enam belum terjadi, namun peluncuran rudal balistik Korut yang gagal pekan lalu, memicu respons dari Amerika Serikat.

Belakangan, Presiden AS Donald Trump sempat menyatakan, dia akan "merasa terhormat" jika bisa bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam situasi yang tepat. Untuk mencegah konflik terbuka antar-dua negara.

Washington sekarang menjajaki opsi di Dewan Keamanan PBB untuk meningkatkan tekanan terhadap Korut.

Diplomat AS juga mengatakan bahwa pihaknya sedang berdiskusi dengan China mengenai kemungkinan sanksi baru atas Pyongyang.

Selama 11 tahun terakhir, Dewan Keamanan telah memberlakukan 6 poin sanksi terhadap Korea Utara(2932247 "") termasuk pembatasan izin ekspor pada bulan November. (*)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya