Apple Kian Bergantung pada China, Kucurkan Investasi Baru Senilai Rp 1.681 Triliun

Pada Maret 2025, Apple mengucurkan dana investasi baru senilai 720 juta yuan atau setara dengan USD 99 (sekitar Rp 1.681 triliun) di China.

oleh Dinda Ariyani Diperbarui 11 Apr 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 16:00 WIB
Logo Apple
Ilustrasi: Selain menjadi toko ritel pertama di Asia Tenggara, Apple Store ini juga menjadi toko pertama yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan (sumber : bgr.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Sejak lama, China sudah menjadi rumah bagi pabrik raksasa seperti Apple. Walau isu diversifikasi rantai pasokan terus bergulir, keterikataan Apple dengan China masih kuat.

Meskipun angka pasti investasi Apple di China tidak mudah diungkap secara gamblang, berbagai laporan dan pernyataan petinggi perusahaan memberikan indikasi besarnya komitmen finansial mereka. 

Sejak tahun 2016, Apple diperkirakan telah menginvestasikan ratusan miliar dolar AS di China melalui berbagai lini bisnis. Terbaru, Apple menunjukkan keseriusannya dalam mendukung keberlanjutan di China. 

Pada Maret 2025, mengutip China Daily, Jumat (11/4/2025), Apple mengucurkan dana investasi baru senilai 720 juta yuan atau setara dengan 99 juta dolar (sekitar Rp 1.681 triliun/asumsi Rp 16.990 per 1 USD) untuk memperluas produksi energi bersih di China, memperkuat komitmennya untuk mengubah rantai pasokan globalnya menjadi 100 persen energi terbarukan pada tahun 2030.

Dana ini diharapkan dapat menambah kapasitas energi angin dan surya secara signifikan setiap tahunnya. Tidak hanya itu, kemitraan erat Apple dengan ratusan pemasok lokal di China juga melibatkan investasi yang tidak sedikit.

Dalam beberapa tahun terakhir, Apple dilaporkan telah menggelontorkan dana puluhan miliar dolar AS untuk memajukan manufaktur pintar dan ramah lingkungan bersama para mitranya.

Komitmen jangka panjang ini ditegaskan langsung oleh CEO Apple Tim Cook, yang berulang kali menyatakan niat perusahaan untuk terus berinvestasi "dalam skala besar" di China.

Kota-Kota Industri di Balik iPhone dan MacBook

Logo pada Kantor Apple
Logo pada Kantor Apple. (Unsplash/Trac Vu)... Selengkapnya

Sebagian besar proses perakitan produk-produk andalan Apple dipercayakan kepada perusahaan manufaktur kontrak asal Taiwan, seperti Foxconn dan Pegatron. 

Pabrik-pabrik mereka tersebar di berbagai penjuru China. Kota-kota seperti Shenzhen dan Zhengzhou menjadi rumah bagi kompleks pabrik raksasa yang memproduksi jutaan unit iPhone dan perangkat Apple lainnya.

Bahkan, sebagaimana dilansir Times of India, sebagian kepemilikan pabrik Pegatron di Kunshan baru-baru ini diakuisisi oleh pemasok Apple asal China, Luxshare, menunjukkan dinamika yang terus berkembang dalam rantai pasokan Apple.

Antara Ketergantungan dan Upaya Diversifikasi

Meskipun China masih menjadi fondasi penting bagi Apple, isu geopolitik dan pandemi global mendorong Apple untuk secara bertahap mencari alternatif rantai pasokan di negara lain. 

Tapi, skala dan efisiensi produksi di China masih sulit ditandingi. Artinya, meskipun ada upaya untuk mengurangi ketergantungan, sebagian besar perakitan produk Apple diperkirakan akan tetap berpusat di China dalam beberapa waktu ke depan.

Harga Saham Apple Melonjak Tajam Usai Presiden AS Donald Trump Tunda Tarif Impor

iPhone 12
Para pembeli pertama iPhone 12 memamerkan perangkat yang baru dibelinya di Apple Store Orchard Road Singapura (Foto: Apple Newsroom)... Selengkapnya

Di sisi lain, saham Apple dilaporkan mengalami lonjakan signifikan pada 10 April 2025, setelah Presiden Trump mengumumkan penundaan sebagian besar tarif impor selama 90 hari.

Kenaikan harga saham Apple ini disebut beragam, seperti dikutip dari MacRumors, Kamis (10/4/2025). Awalnya, peningkatan itu mencapai 15 persen pada tanggal 9 April 2025 dan 4,43 persen dalam 24 jam terakhir. 

 Hingga berita ini ditayangkan, harga saham perusahaan itu disebut mencapai USD 178,61. Untuk diketahui, lonjakan ini terjadi setelah saham Apple sempat terjun bebas, kehilangan hampir USD 800 miliar dalam kapitalisasi pasar. 

Untuk itu, penundaan tarif impor ini disebut memberikan dampak positif bagi Apple. Alasannya, perusahaan tersebut memang memproduksi perangkatnya di negara-negara lain seperti India, Vietnam, dan Taiwan. 

Kendati demikian, penundaan tarif impor ini tidak berlaku untuk China. Padahal, China juga salah satu produsen besar untuk perangkat Apple. 

Disebutkan, tarif impor dari China ke Amerika Serikat tetap tinggi, mencapai 125 persen. Hal ini tentu masih menjadi tantangan bagi Apple. 

Selain penundaan tarif, lonjakan saham Apple dilaporkan juga didorong beberapa faktor lain. Optimisme investor terhadap kemajuan perusahaan dalam hal AI disebut jadi salah satu pendorong utama. 

Selain itu, integrasi ChatGPT dan pengembangan Apple Intelligence diyakini akan meningkatkan penjualan iPhone dan produk Apple lainnya di masa mendatang. Karenanya, saham Apple saat ini masih mendapatkan sentimen positif. 

Infografis 7 Gelagat Pria Ketika Selingkuh via Ponsel. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)

Infografis 7 Gelagat Pria Ketika Selingkuh via Ponsel
Infografis 7 Gelagat Pria Ketika Selingkuh via Ponsel. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya