Liputan6.com, Jakarta - Sejak 22 Januari 1960, Indonesia dan Kuba, membuka hubungan bilateral. Pembukaan hubungan tersebut dimulai saat Presiden pertama Sukarno melakukan lawatan bersejarah ke Havana.
Lawatan tersebut membuka pintu gerbang hubungan kedua negara beda benua ini. Selama lebih dari setengah abad Kuba dan RI menjalin relasi begitu harmonis.
Terjalin baiknya hubungan tersebut semakin diperkuat saat Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid mengunjungi Havana pada 11-14 April 2000 untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara berkembang anggota G77.
Meski melihat hubungan negaranya dan Indonesia sudah seperti saudara dekat Duta Besar Kuba untuk Indonesia Nirsia Castro Guevara, mengaku kurang puas. Dia menyatakan, masih ada celah besar yang harus diperbaiki.
Baca Juga
"Mengenai hubungan Kuba dan Indonesia kita mempunyai sejarah hubungan yang panjang, kesempatan membangun hubungan sangat terbuka. Tapi hubungan ekonomi masih sangat lemah," sebut Guevara di Pusat Kebudayaan Rusia di Jakarta, Selasa (16/5/2017).
Selama kurang lebih satu tahun bertugas di Tanah Air, Guevara mengatakan, mematok target memperbaiki lemahnya hubungan ekonomi yang ada.
Caranya pun sangat sederhana. Pemerintah Kuba membuka tangan lebar untuk investasi asing terutama dari Indonesia.
Ia memastikan, RI sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar dunia, saat ini harus melirik investasi di negaranya. Pasalnya, ada pasar besar nan potensial yang bisa digarap investor Tanah Air.
"(Investasi yang bisa dilakukan di Kuba) di sektor pariwisata, ini merupakan suatu kesempatan besar menanamkan investasi di Kuba, secara khusus yang bisa diinvestasi ada di bidang perhotelan," jelasnya.
"Perkembangan terbaru yang baru saja pemerintah kami luncurkan kami menambah project untuk investasi asing. Total ada 395 project, di sektor pariwisata ada 114 project," kata Guevara.
Untuk menanamkan investasi di Kuba, investor publik atau pemerintah tak perlu cemas. Pasalnya, lingkungan bisnis di negara eks jajahan Spanyol sangat sehat dan sesuai kebutuhan investor.
"(Di Kuba iklim investasinya) aman dan legal framework transparan. Serta secara politik sosial dan hukum stabil dan lokasi geografis kami ada di pusat (Karibia dan pintu masuk Amerika Tengah) sehingga sangat mungkin diperluas (ke negara lain), tegas dia.
Advertisement