Salman Abedi, Tersangka Bomber Bunuh Diri Ledakan Manchester

Salman Abedi adalah pemuda berusia 23 tahun berkebangsaan Inggris dan merupakan mahasiswa dropout dari Salford University.

oleh Citra Dewi diperbarui 24 Mei 2017, 10:19 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2017, 10:19 WIB
Salman Abedi, pelaku bom bunuh diri ledakan Manchester
Salman Abedi, pelaku bom bunuh diri ledakan Manchester yang menewaskan 22 orang (handout)

Liputan6.com, Fallowfield - Polisi telah mengeluarkan nama tersangka pelaku bom bunuh diri ledakan Manchester yang menewaskan 22 orang dan melukai 59 lainnya. Pemuda yang turut tewas dalam ledakan itu adalah Salman Abedi.

Abedi adalah pemuda berusia 23 tahun berkebangsaan Inggris dan merupakan keturunan Libya. Ia lahir di Manchester dan tumbuh dengan tiga saudaranya.

Menurut laporan The Sun, badan intelijen Inggris menyelidiki laporan bahwa Abedi pernah menyelinap ke Suriah saat mengunjungi sejumlah kerabat di Libya dalam beberapa tahun terakhir.

Rumahnya yang berada di pinggiran Manchester, yakni Fallowfield, adalah satu dari dua rumah yang digerebek polisi sehubungan dengan ledakan Manchester.

Dikutip dari News.com.au, Rabu (24/5/2017), bagi orang luar, Abedi dipandang sebagai orang yang pendiam di keluarganya. Menurut Daily Beast, kakaknya Ismael dikenal lebih suka berbicara. Sementara itu saudara perempuannya, Jomana, dikenal karena akun sosial medianya yang glamor.

Tetangganya menyebut bahwa Abedi yang belajar bisnis dan manajemen di Salford University sebelum di dropout, telah memanjangkan jenggotnya dalam 12 bulan terakhir dan bertingkah aneh.

"Beberapa bulan lalu ia (Abedi) melantunkan kalimat tauhid sangat nyaring di jalan dalam Bahasa Arab," ujar tentangganya, Lina Ahmed, kepada The Sun.

Sementara itu tetangga lainnya, Leon Hall, mengatakan bahwa Abedi memiliki masalah dengan perilakunya.

Ledakan Manchester yang terjadi sekitar pukul 22.30 pada 22 Mei 2017, terjadi di tengah konser Ariana Grande yang digelar di Manchester Arena.

Usai ledakan Manchester, tingkat ancaman teror di Inggris telah dinaikkan ke level tertinggi menjadi 'kritis'. Menurut Perdana Menteri Theresa May, hal tersebut berarti, terdapat kemungkinan serangan lanjutan mungkin sudah dekat.

Langkah tersebut dilakukan setelah penyidik tak dapat memutuskan apakah tersangka ledakan Manchester, Salman Abedi, bertindak sendiri atau tidak. Ini merupakan ketiga kalinya Inggris memberlakukan tingkat ancaman teror pada level kritis.

Sementara itu kelompok radikal ISIS mengklaim pihaknya yang berada di balik ledakan Manchester. Namun, hal tersebut belum dapat diverifikasi.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya