Presiden Duterte Minta Eks Separatis Moro Bantu Warga Marawi

Duterte meminta kelompok MILF untuk membantu warga sipil di Marawi.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 31 Mei 2017, 17:32 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2017, 17:32 WIB
20170529- Selamatkan Diri Warga Marawi Pasang Bendera Putih-AP-0
Rombongan warga Marawi yang menyelamatkan diri dari pertempuran antara pasukan pemerintah dengan kelompok Maute, Filipina, Senin (29/5). Bendera putih dipasang agar mereka tidak diserang oleh pasukan pemerintah. (AP Photo / Bullit Marquez)

Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte melakukan pertemuan dengan pemimpin Moro Islamic Liberation Front (MILF) atau Front Pembebasan Islam Moro. Diskusi tersebut ditujukan untuk membahas pertempuran antara tentara pemerintah dan milisi ekstremis di Marawi.

Kepala MILF Murad Ebrahim menyatakan, setuju dengan permintaan Duterte, yaitu meminta tentara MILF memberikan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil yang terjebak di Marawi.

"Modal dari kerjasama dengan pemerintah akan segera kami bentuk," sebut Murad seperti dikutip dari Inquirer, Rabu (31/5/2017).

Murad menyebut, untuk menjalankan rencana tersebut nantinya akan dibentuk Komite Koordinator Penghentian Permusuhan (CCHS). Badan tersebut merupakan gabungan beberapa organisasi termasuk MILF dan Pemerintah Filipina.

"Mereka (CCHS) akan digunakan untuk membuat perencanaan dan implementasi mengenai bagaimana sesegera mungkin mengirim bantuan kemanusiaan," sebut Murad.

"Presiden juga memastikan kepada pemimpin MILF bahwa darurat militer bukan ditujukan untuk kelompok MILF. Ini untuk membasmi kelompok Maute dan kelompok lain yang terinspirasi teroris ISIS," ucap dia.

MILF dulunya dianggap sebagai pemberontak paling berbahaya di Filipina. Mereka punya tujuan untuk memerdekakan wilayah Filipina Selatan yang sebagian besar dihuni etnis Moro yang beragama Islam.

Sementara itu, kekerasan di Marawi pecah saat puluhan anggota kelompok militan menyerbu kota itu, setelah aparat keamanan berusaha menangkap Isnilon Hapilon, veteran militan Filipina yang diyakini sebagai pemimpin ISIS di kawasan itu.

Segera setelahnya, bendera hitam ISIS berkibar dan kelompok militan dilaporkan menculik seorang pendeta dan 14 jemaat gereja. Mereka juga membakar sejumlah bangunan.

Dari total 85 korban tewas, terdapat 51 anggota kelompok militan dan 13 tentara. Sementara itu, sebagian besar penduduk Marawi memutuskan mengungsi.

"Penolakan mereka untuk menyerah membuat kota tersandera. Oleh karena itu, semakin penting untuk menggunakan lebih banyak serangan udara demi membersihkan kota dan mengakhiri pemberontakan ini," kata juru bicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla.

Presiden Duterte dan pimpinan militer mengatakan, sebagian besar militan berasal dari kelompok Maute yang diperkirakan memiliki sekitar 260 pengikut. Maute telah berikrar setia kepada ISIS.

Duterte menambahkan, penjahat lokal juga turut mendukung kelompok Maute di Marawi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya