Liputan6.com, Jakarta - Tak pelak bahwa sejarah kerap kali dimodifikasi demi kepentingan sekelompok pihak. Sejumlah kenyataan, informasi, dan peristiwa dalam sebuah riwayat terkadang difabrikasi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh si penulis sejarah, atau pada beberapa kasus, rezim penguasa.
Baca Juga
Advertisement
Tengok Amerika Serikat dan noktah hitam sejarahnya tentang pembunuhan Presiden John F. Kennedy yang hingga kini, masih misteri.
Lagipula seperti yang Winston Churchill katakan, 'Sejarah ditulis oleh para pemenang'. Maka sejumlah fakta dan informasi sejarah, ditulis ulang oleh 'para pemenang' (pemenang perang, pemenang kudeta, misalnya), demi keuntungan pribadi mereka.
Dari beberapa kejadian yang ada, berikut 3 fakta sejarah dunia yang terlupakan, seperti yang Liputan6.com rangkum dari Listverse.com, Minggu (18/6/2017).
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
1. Fakta Terlupakan Pendaratan Pertama di Bulan
Pendaratan pertama di Bulan mungkin merupakan peristiwa paling diingat dalam sejarah manusia. Mulai dari astronot yang mendarat, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin, hingga NASA yang didanai pemerintah Amerika Serikat.
Termasuk John F. Kennedy yang saat itu menjadi Presiden AS, tak lekang dari ingatan.
Namun tak dinyana, bahwa di balik gegap-gempita sejarah pendaratan bulan, sejumlah orang melupakan maksud dari misi luar biasa itu. Bahwa misi itu ditujukan demi kepentingan politik AS yang saat itu tengah intens melakukan perang kebijakan (proxy wars) dengan Uni Soviet, atau lebih dikenal dengan sebutan Perang Dingin.
Dalam percakapan dengan James Webb, direktur NASA saat itu, Kennedy mengatakan;
"Segala sesuatu yang kita lakukan harus benar-benar dipastikan mampu mendahului Rusia untuk mendarat pertama kali di Bulan. Jika tidak, uang yang kita habiskan tidak akan berguna. Karena sesungguhnya aku tidak peduli dengan angkasa luar. Satu-satunya justifikasi mengeluarkan uang sebanyak itu adalah untuk mengalahkan Uni Soviet, menunjukkan bahwa kita melebihi mereka."
Demi tujuan itu, Presiden Kennedy memerintahkan agar seluruh anggaran NASA dikucurkan ke program pendaratan ke Bulan.
Â
Advertisement
2. Fakta Terpinggirkan Menyerahnya Jepang di PD II
Ketika orang-orang diminta menghubungkan korelasi antara Perang Dunia II dan Jepang, yang terlintas di benak mereka pastilah tentang bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang berujung pada menyerahnya Nippon ke AS.
Namun, sebagian besar orang cenderung lupa atau tidak mengetahui tentang Humanity Declaration atau Nigen-sengen. Naskah itu ditulis oleh Kaisar Hirohito untuk menyatakan kepada publik bahwa dirinya bukanlah dewa atau keturunan dewa.
Pernyataan yang bertentangan dengan Shintoisme bangsa Jepang itu ternyata dibuat atas tuntuan Dewan Komandan Luar Biasa Sekutu yang dipimpin oleh Jenderal Douglas MacArthur dari Amerika Serikat.
Tujuannya --meski implisit-- adalah untuk 'merendahkan' Kekaisaran Jepang yang kalah dalam Perang Dunia II demi sebuah proses demokratisasi Nippon yang diinginkan oleh pihak Sekutu.
Akan tetapi, naskah yang ditulis dalam bahasa dan aksara kuno Jepang itu sengaja dibuat dengan pemaknaan yang multi-tafsir. Naskah multi-tafsir itu terdengar seperti apa yang Sekutu mau, namun juga memiliki makna ganda yang justru bertentangan dengan kemauan AS.
Sejarawan menilai bahwa naskah bermakna ganda itu ditujukan untuk 'menyenangkan hati' Sekutu dan tetap menjaga martabat Kaisar Hirohito.
Â
3. Penyanderaan di Teater Moskow
Peristiwa itu terjadi pada 23 hingga 26 Oktober 2002 ketika 40 hingga 50 militan Chechen menyerbu Teater Dubrovka di tengah pertunjukan yang sedang berlangsung. Saat itu sekitar 850 orang yang berada di dalam teater dijadikan sandera.
Penyanderaan itu dilakukan karena militan Chechen meminta agar pemerintah Rusia menarik militernya mundur dari wilayah yang diduduki oleh militan separatis Chechnya.
Di akhir insiden, sekitar 170 orang tewas terbunuh dalam peristiwa tersebut. Termasuk sekitar 40 pelaku penyanderaan.
Namun, ada kisah tragis yang dilupakan dari peristiwa yang sangat menggemparkan Moskow itu. Kisah yang kerap dilupakan itu adalah aksi heroik Olga Romanova.
Ketika Romanova, seorang pegawai parfum berusia 26 tahun, mendengar krisis penyanderaan tersebut, dia pergi keluar rumah dan berjalan ke teater seorang diri. Ia yakin bahwa dirinya mampu meyakinkan para teroris untuk membebaskan para sandera.
Entah bagaimana, Romanova berhasil melewati pengamanan dan tiba di dalam teater, tepat di jantung penyanderaan terjadi. Dia kemudian menghadapi pemberontak dan memohon agar segera membebaskan para sandera.
Romanova dicurigai oleh para penyandera sebagai agen Intelijen Rusia. Dalam hitungan detik, teroris Chechen kemudian menangkapnya, membawanya ke sebuah ruangan kosong, dan mengeksekusi perempuan 26 tahun itu dengan timah panas ke kepala.
Advertisement