Liputan6.com, Washington, DC - Firma analis dan pemantau aktivitas Korea Utara, North 38, yang berafiliasi dengan John Hopkins University, menguak lokasi stok bahan baku dan penyimpanan nuklir milik negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un tersebut. Hasil pantauan juga menunjukkan bahwa Korut tampak melakukan pemrosesan bahan baku --untuk nuklir-- lebih banyak dari biasanya.
Informasi itu diperoleh North 38 dari sebuah penginderaan satelit termal jarak jauh pada kompleks nuklir Yongbyon, 90 km utara Pyongyang. Demikian seperti diwartakan oleh News.com.au, Minggu (16/7/2017).
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan analisis penginderaan tersebut, North 38 menyimpulkan bahwa kompleks tersebut tampak melakukan pemrosesan bahan baku --yang diduga plutonium, untuk membuat nuklir-- dua kali lebih banyak sepanjang September 2016 hingga Juni 2017 lalu dibanding dengan hari-hari biasa.
"Laboratorium itu beroperasi lebih sering dan tampak ada dua pemrosesan bahan baku yang diduga untuk menghasilkan plutonium dalam jumlah yang belum dapat ditentukan. Proses itu dapat meningkatkan cadangan nuklir Korea Utara," jelas analisis North 38.
Peningkatan aktivitas termal di fasilitas --yang sempat ditutup pada 2007 dan dibuka kembali pada 2013-- itu dapat menjadi indikasi bahwa Korea Utara bertendensi untuk meningkatkan stok nuklir yang diduga akan dijadikan senjata rudal.
Hasil pemantauan juga menunjukkan bahwa, bahan baku yang digunakan Korut untuk membuat nuklir mengindikasikan komposisi yang sedikit ketinggalan zaman. North 38 menjelaskan, pola termal di Yongbyon hanya konsisten dengan indikasi plutonium (bahan baku nuklir tradisional), bukan isotop/tritium --bahan baku nuklir moderen dan dianggap memiliki hasil olahan yang jauh lebih mumpuni jika dibandingkan dengan plutonium.
Sejak 2006, Korea Utara telah melakukan uji coba nuklir di bawah tanah sebanyak enam kali. Hingga Juli 2017, Pyongyang telah melakukan tes peluncuran rudal jarak menengah dan jauh sampai 11 kali.
Saksikan juga video berikut ini