Detik-Detik Pemimpin Oposisi Venezuela Diciduk Aparat

Pasca-pemungutan suara legislatif yang kontroversial untuk majelis konstitusional, 2 pemimpin oposisi Venezuela ditangkap.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 01 Agu 2017, 15:33 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2017, 15:33 WIB
Unjuk rasa di Venezuela
Sejumlah pengunjuk rasa berjalan di tengah gas air mata yang ditembakkan Bolivarian National Guards (21/7/2017). (AP Photo/Fernando Llano)

Liputan6.com, Caracas - Dua pemimpin oposisi Venezuela, Leopoldo Lopez dan Antonio Ledezma kembali 'diseret' oleh pemerintah. Kerabat keduanya mengatakan bahwa mereka ditangkap pihak berwenang. 

Seperti diberitakan BBC, Selasa (1/8/2017), penangkapan tersebut dilakukan selang dua hari setelah kekerasan terjadi pasca-pemungutan suara legislatif yang kontroversial untuk majelis konstitusional.

Beberapa hari sebelum pemungutan suara, Lopez diketahui merilis sebuah tayangan di salah satu situs berbagi video. Isinya meminta orang-orang Venezuela untuk turun ke jalan berdemonstrasi.

Istri Lopez, Lilian Tintori, menulis di Twitter bahwa suaminya ditangkap di rumah pukul 12.27 waktu setempat. Ia juga menyatakan akan meminta Presiden Nicolas Maduro bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada suaminya.

Sementara putri oposisi Ledezma, Vanessa Ledezma, mengunggah video ayahnya yang mengenakan piyama, dibawa oleh petugas Dinas Intelijen Venezuela, Sebin.

Dalam video yang beredar, terdengar seorang wanita berteriak "Mereka membawa Ledezma, mereka membawa Ledezma, ini adalah kediktatoran!".

Leopoldo Lopez dan Antonio Ledezma sebelumnya berada dalam tahanan rumah, atas tuduhan menghasut kekerasan selama demonstrasi anti-pemerintah pada tahun 2014.

Lopez dipindahkan dari sebuah penjara militer ke tahanan rumah pada tanggal 8 Juli setelah menghabiskan lebih dari tiga tahun di penjara.

Klaim Memenangkan Pemilihan Kontroversial

Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengklaim kemenangan dalam pemilu legislatif yang diselenggarakan untuk membentuk Majelis Konstituante.

Pemilu akan memungkinkan Maduro menggantikan Majelis Nasional yang ada dengan Majelis Konstituante. Lembaga baru tersebut nantinya memiliki kekuatan untuk menulis ulang konstitusi negara, yang memungkinkan sang presiden berkuasa lebih lama.

Majelis Konstituante akan terdiri dari 545 anggota di mana semuanya dicalonkan oleh rezim Maduro. Demikian seperti dikutip dari CNN pada Senin 31 Juli 2017.

Bentrokan mematikan antara pengunjuk rasa anti-pemerintah dan polisi pun mewarnai pemilu yang berlangsung pada Minggu waktu setempat. Sejumlah orang terluka dan teranyar, kekerasan dilaporkan menelan sembilan korban jiwa dalam 24 jam terakhir.

Menurut Dewan Pemilihan Nasional Venezuela, lebih dari 8.089.000 jiwa atau sekitar 41,53 persen pemilih Venezuela memberikan suaranya dalam pemilu.

Pada Minggu malam, Maduro mengucapkan terima kasih atas 'keberanian' rakyat Venezuela. "Dengan lebih dari 8 juta, ini merupakan jumlah pemilih terbesar yang dimiliki Revolusi Bolivarian dalam sejarah 18 tahun terakhir".

Berikut ini video detik-detik saat salah satu politisi diseret dari rumah oleh pihak berwenang Venezuela:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya