Liputan6.com, New York - Berbicara soal fesyen dan tren, tentu tak ada habisnya. Baik laki-laki maupun wanita, hal itu sudah dianggap seperti kebutuhan utama.
Baca Juga
Advertisement
Jika ingin berpergian, ada ritual dan hal khusus lain yang harus dipersiapkan. Mulai dari perawatan kulit, rambut, tangan, kaki, kuku bahkan aksesoris.
Hal ini dilakukan agar seseorang dianggap mampu diterima dengan baik oleh lingkungan. Selain itu juga menambah rasa percaya diri ketika tengah bepergian dan mengunjungi suatu tempat.
Tapi tahukah Anda bahwa ritual, tren fesyen dan cara berbusana yang tengah diminati saat ini ternyata sudah ada sejak zaman dahulu kala. Beberapa hal seputar fesyen modern yang kian digandrungi oleh kaum muda tersebut bahkan sudah ada sebelum Masehi.
Berikut 5 asal muasal tren fesyen yang mungkin belum Anda ketahui, seperti dikutip dari laman Listverse.com, Selasa (26/9/2017):
1. Asal Mula Mencukur Bulu Kaki
Kebiasaan para wanita mencukur bulu kaki bukan hanya sekedar tren fesyen belaka. Ada kisah masa dan makna di balik kebiasaan tersebut.
Rutinitas seperti ini juga sudah ada sejak beberapa puluh tahun lalu.
Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, sudah berlaku aturan bahwa wanita diharapkan untuk tak menunjukkan atau mengeluarkan rambut atau bulu pada tubuhnya -- kecuali rambut pada kepala.
Untuk itu, kebanyakan dari wanita sengaja memanjangkan bagian rambut depan agar bagian alis tak telihat jelas. Pada bagian kaki yang ditumbuhi bulu kaki, pemakaian stoking jadi alternatif utama untuk menyembunyikannya.
Namun, sebuah permasalahan muncul pada saat Perang Dunia II.
Kala itu, wilayah Eropa mengalami penurunan jumlah produksi stoking dari Amerika Serikat. Untuk itu satu-satunya jalan adalah mencukur bulu pada kaki agar rambut-rambut halus itu tak terlihat.
Advertisement
2. Anak Perempuan Pakai Merah, Laki-Laki Pakai Biru
Tentu Anda pernah mengalami masa-masa di mana anak perempuan identik dengan pakaian warna merah dan laki-laki identik dengan biru.
Tak cuma anak-anak, orang dewasa yang akan melamar pekerjaan pun diharapkan untuk membawa map dengan warna masing-masing.
Sebetulnya, pada awal tahun 1900-an, warna merah muda identik dengan laki-laki dan biru pada perempuan. Merah dianggap sebagai warna yang berani dan kuat sehingga cocok dengan laki-laki.
Sedangkan, biru yang lebih lembut cocok bagi anak perempuan. Namun, tren semacam ini mulai bergeser dan hilang drastis setelah muncul produk-produk pakaian yang memasang baju anak perempuan dengan warna merah dan laki-laki biru.
Hal tersebut pun mulai berlaku hingga sekarang.
3. Kancing Wanita Sebelah Kiri, Laki-Laki di Kanan
Sadarkah Anda dengan perbedaan posisi kancing baju pada laki-laki dan perempuan. Jika belum, maka cobalah periksa.
Anda akan menemui posisi kancing perempuan di sebelah kiri dan laki-laki sebelah kanan.
Ada cerita sejarah di balik itu semua. Pada Abad ke-13 seorang perancang busana Melanie M.Moore sengaja memposisikan kancing baju perempuan di sebelah kiri karena alasan penggunaannya.
Kaum hawa tak pernah mengenakan pakaian sendirian, selalu dibantu oleh orang lain ataupun asisten. Untuk mempermudah tangan orang lain dalam pemasangan kancing, maka posisi kancing diletakkan di sebelah kiri.
Beda halnya dengan laki-laki yang memasang pakaiannya secara mandiri. Maka dari itu, posisi kancing selalu di letakkan di sebelah kanan.
Advertisement
4. Alasan Perempuan Mengecat Kuku
Jika Anda mengira budaya manicure adalah fenomena baru, maka Anda salah. Tahukah Anda bahwa kebiasaan ini telah terjadi pada tahun 3200 SM dengan menggunakan bahan yang berasal dari emas.
Pada zaman dahulu, kaum hawa menciptakan set manicure sebagai upaya mereka untuk merawat kuku.
Pada era Dinasti Ming contohnya, para wanita akan mengecat kuku mereka dari bahan putih telur, gelatin dan karet yang dicampurkan. Kebanyakan dari warna yang dihasilkan adalah merah dan hitam.
Kini, aktivitas merawat kuku dianggap sebagai bentuk seseorang agar dapat diakui statusnya. Baik di lingkungan kerja maupun di komunitas.
5. Dasi Pria
Perkembangan dan penggunaan dasi bagi seorang pria memang punya sejarah panjang.
Sejak zaman dahulu, aksesori yang digunakan di leher sudah ada. Khususnya untuk memberi ciri pada kelompok pria dari strata tinggi.
Bahkan pada masa Romawi Kuno, dasi sudah dipakai untuk melindungi leher dan tenggorokan, khususnya oleh para juru bicara.
Dahulu, dasi hanya sebatas selembar kain yang dipasang pada leher. Kini, perkembangan dasi sudah berkembang. Sudah banyak model-model aksesoris pria tersebut yang dijual di pasaran.
Advertisement