Liputan6.com, Wellington - Sebuah benua kuno seluas 4,6 juta kilometer persegi terungkap keberadaannya pada Februari 2017. Sejak saat itu, sejumlah ilmuwan berusaha mengungkap fakta Zealandia, yang lempengannya meliputi Selandia Baru, Kaledonia Baru, beberapa teritorial, dan kepulauan itu.
Pada Juli 2017, mereka memutuskan melakukan ekspedisi menantang, yakni dengan mengebor lapisan teratas. Ekspedisi itu bertujuan untuk mencari tahu penyebab hilangnya Zealandia di Samudra Pasifik sekitar 50 juta tahun lalu.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Setelah 2,5 bulan melakukan ekspedisi, ilmuwan menemukan fakta bahwa Zealandia terletak jauh lebih dekat ke daratan dibanding perkiraan sebelumnya. Kondisi itu memungkinkan hewan dan tumbuhan untuk "menyeberangi" benua itu pada 80 juta tahun lalu.
Pada Rabu, 27 September 2017, sejumlah ilmuwan mengungkap temuan dari ekspedisi tersebut. Mereka mengungkap adanya penemuan fosil dan bukti gerakan tektonik berskala besar.
"Penemuan kerang mikroskopis organisme yang hidup di perairan dangkal yang hangat, dan spora serta serbuk sari dari tanaman darat, mengungkap bahwa geografi dan iklim Zealandia berbeda secara dramatis pada masa lalu," ujar Profesor Gerald Dickens dari Rice Univeristy, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (28/9/2017).
Dalam ekspedisi itu, para peneliti mengebor dasar laut lebih dari 860 meter di enam lokasi berbeda di Zealandia. Inti sedimen itu kemudian dikumpulkan untuk menunjukkan bukti tektonik dan perubahan ekologi selama jutaan tahun.
"Inti sedimen bagaikan mesin waktu bagi kami, mengizinkan kami untuk kembali ke masa lalu," ujar peneliti yang berada di kapal pengebor, Stephen Pekar.
Â
Â
Penemuan Besar
Profesor Rupert Sutherland dari Victoria Univeristy mengatakan, ekspedisi itu telah menemukan perubahan geografis yang besar.
"(Penelitian ini) berdampak besar untuk memahami sejumlah pertanyaan, seperti bagaimana tanaman dan hewan menyebar dan berkembang di Pasifik Selatan?" ujar Sutherland.
"Penemuan adanya daratan dan laut dangkal telah memberi penjelasan (dari pertanyaan tersebut), yakni adanya jalur bagi hewan dan tumbuhan untuk bergerak," jelas dia.
Sebenarnya keberadaan Zealandia telah menjadi perdebatan sejumlah ilmuwan dalam 20 tahun terakhir. Nama itu diciptakan oleh ahli geofisika dan kelautan, Bruce Luyendyk, pada 1995.
Namun, saat Zealandia dipublikasikan di Geological Society of America (GSA), dunia mulai mengenal benua kecil itu. Rekan penulis Nick Mortimer mengatakan, diterbitkannya jurnal itu pada Februari lalu memang yang pertama, tapi bukan hal baru bagi banyak ahli geologi.
Sebelumnya, Selandia Baru dan Kaledonia Baru dikelompokkan dengan Australia yang disebut dengan Australasia.
Kapal Stephen Pekar dijadwalkan akan melanjutkan ekspedisi di sekitar Selandia Baru, Australia, dan Antartika tahun depan.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement