ILO: Pengangguran Dunia Meningkat Lebih dari 200 Juta

Menurut laporan dari ILO, sektor publik yang lebih kuat adalah pondasi pertumbuhan, terciptanya lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Okt 2017, 11:00 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2017, 11:00 WIB
Guy Ryder, kiri, direktur jenderal Organisasi Perburuhan Internasional saat mendampingin Ivanka Trump, kanan, yang sedang membicarakan aksi untuk menghentikan kerja paksa, perbudakan modern dan perdagangan manusia di sela Sidang Umum PBB (AP)
Guy Ryder, kiri, direktur jenderal Organisasi Perburuhan Internasional saat mendampingin Ivanka Trump, kanan, yang sedang membicarakan aksi untuk menghentikan kerja paksa, perbudakan modern dan perdagangan manusia di sela Sidang Umum PBB (AP)

Liputan6.com, New York - Data terbatu dari Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO menyebut jumlah pengangguran dunia tahun ini mencapai lebih dari 201 juta, atau meningkat 3,4 juta dibandingkan 2016.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (11/10/2017), ILO mengatakan bahwa sektor swasta, terutama usaha kecil dan menengah, memainkan peran penting dalam menciptakan lapangan kerja yang layak di seluruh dunia.

Kajian ILO tentang "Prospek Lapangan Kerja dan Sosial 2017: Usaha dan Pekerjaan Berkelanjutan" menyebut, bisnis swasta menyumbang hampir 3 miliar pekerja -- atau 87 persen dari total lapangan kerja global.

Menurut laporan dari ILO, sektor publik yang lebih kuat adalah pondasi pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan.

Wakil Direktur Jenderal ILO Deborah Greenfield mengatakan, berinvestasi pada pekerja merupakan kunci keberlanjutan usaha. Dia juga mengatakan, memberikan pelatihan formal untuk pekerja tetap menghasilkan upah yang lebih tinggi, produktivitas yang lebih tinggi, dan biaya tenaga kerja yang lebih rendah.

Di samping itu, Greenfield juga mengatakan, pekerja sementara berada pada posisi yang kurang menguntungkan.

"Penggunaan tenaga kerja sementara dikaitkan dengan pemberian upah yang lebih rendah. Namun hal itu justru menimbulkan produktivitas yang lebih rendah tanpa mencapai keuntungan signifikan dalam biaya unit kerja," kata Greenfield.

Laporan tersebut juga menemukan, pelatihan di tempat kerja merupakan pendorong inovasi yang penting.

"Karena pekerja sementara waktu jarang mendapatkan pelatihan. Hal itu juga dapat mempengaruhi inovasi di perusahaan secara negatif," tambah Greenfield.

Laporan ILO mengatakan dalam beberapa kasus, inovasi telah menyebabkan perusahaan mempekerjakan lebih banyak pekerja sementara waktu, terutama perempuan.

Namun kajian itu mencatat, hal itu mungkin bermanfaat dalam jangka pendek. Sebaliknya, dalam jangka panjang, justru akan menekan upah, menyebabkan produktivitas rendah akibat ketidakstabilan pekerjaan sementara, dan kurangnya manfaat untuk pekerja.

Inovasi juga meningkatkan daya saing dan penciptaan lapangan kerja bagi perusahaan. Selain itu, perusahaan inovatif juga cenderung lebih produktif, mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja berpendidikan, menawarkan lebih banyak pelatihan, dan merekrut lebih banyak pekerja perempuan.

Jutaan Manusia Bakal Jadi Pengangguran Gara-Gara Robot

Sementara itu, ada sisi lain yang juga dikhawatirkan akan mengakibatkan banyak pengangguran di dunia, yakni tentang otomatisasi.

Banyak perdebatan muncul mengenai dampak otomatisasi terhadap lapangan pekerjaan di AS. Menggunakan sejumlah robot untuk menggantikan jutaan buruh manufaktur, dinilai murah, canggih dan lebih umum dalam sektor-sektor jasa yang lebih besar.

Bidang yang terjamah proses itu beragam, mulai dari transportasi sampai perbankan.

Seperti dikutip dari VOA, seorang pakar mengatakan, puluhan juta pekerjaan bisa terancam akibat keberadaan robot. Sementara pakar lain mengatakan, dampak otomatisasi sesungguhnya tidak seburuk itu.

Lima juta pekerjaan manufaktur di AS hilang dalam beberapa tahun ini. Walaupun sebagian politisi menyalahkan perdagangan, banyak ekonom mengatakan justru otomatisasi lah penyebab utama.

Alasannya, karena robot telah mengambil alih banyak tugas rutin yang sebelumnya dilakukan manusia.

Mobil dan truk swa-kemudi menunjukkan semakin meningkatnya dampak otomatisasi dalam sektor jasa yang jauh lebih besar.

Jutaan pekerjaan manusia terancam, menurut seorang pakar pada Fakultas Bisnis Darden di Universitas Virginia, Profesor Ed Hess.

"Ya, manusia mulai tergantikan, dan itu akan terus terjadi dalam jumlah lebih besar karena kita masih dalam tahap awal otomatisasi sektor jasa, dan itu akan meluas dan mendalam," ujar Hess seperti dikutip dari VOA News.

Hess mengatakan, pekerjaan di restoran cepat saji sangat rentan, karena perusahaan-perusahaan mendirikan kios-kios elektronik untuk mengambil pesanan restoran, meskipun McDonalds mengatakan para pekerja akan dialihkan ke tugas-tugas lain.

Hess menambahkan, riset menunjukkan bahwa hampir separuh pekerjaan di AS bisa diotomatisasi, termasuk pekerjaan ditoko-toko ritel, dokter yang memindai penyakit lewat x-ray, administrasi, bidang hukum, serta pekerjaan manajemen tingkat menengah.

Perbankan merupakan contoh utama otomatisasi, namun tidak serta-merta mengakhiri pekerjaan manusia.

Anjungan Tunai Mandiri atau ATM pertama dipasang 50 tahun lalu dan bertambah menjadi 420.000 di AS saja. Tetapi sebuah analisis oleh Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa jumlah petugas teller manusia tidak berkurang. Bahkan naik sedikit.

"Saya rasa karena manusia yang biasanya menjalankan sebagian besar tugas-tugas jasa dan rutin bisa diganti dengan otomatisasi, maka fungsi manusia menjadi lebih berharga dalam layanan konsumen dan penjualan," ujar Sam Ditzion dari Tremont Capital Group melalui Skype.

Ditzion mengatakan otomatisasi bisa menakutkan, tapi perawatan dan operasi mesin-mesin ATM yang rumit menciptakan serangkaian pekerjaan baru bagi puluhan ribu orang.

Banyak pakar khawatir mengenai dampak meningkatnya kemampuan dan jumlah kendaraan swa-kemudi, kios yang dioperasikan komputer, dan berbagai jenis otomatisasi lainnya, termasuk hal lain yang lebih canggih seperti kecerdasan buatan.

Tapi dalam wawancara dengan Mike Allen dari Axios, Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin mengatakan, hal itu tak perlu dikhawatirkan sampai 50 atau 100 tahun ke depan.

"Terkait kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan akan mengambil alih pekerjaan Amerika, sepertinya kita masih jauh dari itu," ujar Mnuchin.

Tapi para pakar lain berargumen dampak otomatisasi oleh robot sudah mulai bermunculan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya