Liputan6.com, Jakarta - Kasus penyakit ginjal di Singapura terus meningkat dan menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Data terbaru mengungkapkan bahwa lebih dari setengah juta orang di Negeri Singa mengidap gagal ginjal.
Angka ini mencuat dalam wawancara di Channel News Asia (CNA) pada 13 Maret 2025, bertepatan dengan Hari Ginjal Sedunia. Dalam laporan tersebut, Singapura disebut menempati peringkat keempat di dunia dalam tingkat gagal ginjal, meskipun jumlah penduduknya relatif kecil.
Advertisement
Baca Juga
Penyebab Penyakit Ginjal di Singapura
Menurut Asisten Profesor Yeo See Cheng, kepala departemen kedokteran ginjal di Rumah Sakit Tan Tock Seng, fungsi ginjal akan menurun secara alami seiring bertambahnya usia. Selain itu, meningkatnya prevalensi penyakit kronis seperti diabetes dan tekanan darah tinggi menjadi faktor utama penyebab gagal ginjal.
Advertisement
Gaya hidup masyarakat Singapura yang cenderung berlebihan juga berkontribusi terhadap peningkatan penyakit ginjal. Pola makan yang kurang sehat dan kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor pemicu.
Asupan natrium yang tinggi, meskipun masyarakat semakin sadar untuk mengurangi gula dan garam, tetap menjadi masalah karena natrium tersembunyi dalam berbagai makanan olahan, saus, dan bumbu.
"Orang-orang di Singapura mengonsumsi lebih dari dua kali lipat asupan natrium yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," tambahnya. Ini menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya angka gagal ginjal di Singapura.
Â
Statistik Penyakit Ginjal di Singapura
Data dari The Straits Times pada Agustus 2024 menyebutkan bahwa Survei Kesehatan Populasi Nasional 2022 menemukan peningkatan jumlah penderita penyakit ginjal kronis. Dari 9 persen pada dua tahun sebelumnya, kini angka tersebut meningkat menjadi 14 persen pada kelompok usia 18 hingga 74 tahun.
Secara global, satu dari 10 orang diperkirakan menderita penyakit ginjal. Bahkan, menurut prediksi para ahli dari National Healthcare Group dan National University of Singapore, jumlah penderita penyakit ginjal kronis di Singapura diperkirakan akan mencapai hampir 900.000 orang pada tahun 2035.
Selain itu, laporan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS mencatat bahwa Singapura memiliki angka penyakit ginjal kronis tahap lima tertinggi ketiga di dunia, setelah Taiwan dan Amerika Serikat.
Advertisement
Penyakit Ginjal Kronis Tahap Lima Tertinggi Ketiga di Dunia
Menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Singapura memiliki insiden penyakit ginjal kronis tahap lima tertinggi ketiga, setelah Taiwan dan Amerika Serikat.
Sebagian besar pengidap penyakit ginjal akan mengalami tahap awal penyakit ini. Tahap satu dan dua dianggap ringan, dengan ginjal yang masih berfungsi cukup normal. "Kebanyakan pasien dengan penyakit ginjal kronis stadium satu dan dua tidak memiliki gejala apapun," jelas Yeo.
Sementara itu, penyakit ginjal stadium akhir adalah kondisi ketika ginjal hampir tidak berfungsi atau gagal berfungsi sama sekali.
Pasien dengan diabetes, tekanan darah tinggi, kelebihan berat badan, dan yang merokok adalah kelompok berisiko tinggi terkena penyakit ginjal.
Â
Tren Cuci Darah di Singapura
Jumlah orang yang mengalami gagal ginjal di Singapura telah meningkat hingga 40 persen selama dekade terakhir. Di antara pasien yang memulai dialisis pada tahun 2022, tiga dari lima adalah laki-laki.
Di Singapura, untuk setiap satu juta orang Melayu, 459 memerlukan dialisis pada tahun 2022, dibandingkan dengan 150 per juta untuk orang Tionghoa, dan 183 untuk penduduk India.
Gagal ginjal, atau penyakit ginjal kronis tahap kelima, terjadi ketika ginjal kehilangan kemampuannya untuk berfungsi, yang mengakibatkan penumpukan produk limbah dan cairan dalam tubuh.
Ini terjadi ketika pasien dirawat dengan hemodialisis, proses di mana darah seseorang dikeluarkan, dibersihkan, dan dikembalikan ke tubuh.
Ada juga dialisis peritoneal, di mana orang dapat mengelola pengobatan mereka sendiri di rumah karena memberikan pasien lebih banyak kebebasan dan mempertahankan lebih banyak kendali atas rejimen pengobatan mereka.
Yeo, mengatakan, dokter umum atau dokter poliklinik dapat membantu menyaring individu untuk mengetahui risiko penyakit ginjal.
Penyakit ginjal tahap awal dapat dideteksi melalui tes darah dan perubahan gaya hidup dapat memperbaiki kondisi setelah penyakit ginjal kronis terdeteksi sejak dini.
Advertisement
