Pemuda 31 Tahun yang Anti-Islam Ini Akan Memimpin Austria?

Nama Sebastian Kurz mengguncang dunia. Kemenangan partainya menunjukkan perubahan pada lanskap politik Austria.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 16 Okt 2017, 13:21 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2017, 13:21 WIB
Sebastian Kurz, politikus muda berusia 31 tahun yang digadang-gadang akan memimpin Austria
Sebastian Kurz, politikus muda berusia 31 tahun yang digadang-gadang akan memimpin Austria (AP Photo/Matthias Schrader)

Liputan6.com, Vienna - Partai Rakyat Austria (ÖVP) pimpinan Sebastian Kurz (31) diproyeksikan akan finis pada urutan pertama dalam pemilihan parlemen. Data exit polls tersebut sekaligus menunjukkan adanya pergeseran spektrum politik yang jelas ke arah kanan.

Sebuah proyeksi oleh SORA menunjukkan ÖVP meraih 31,6 persen suara. Meski diprediksi unggul, namun partai pimpinan Kurz masih jauh dari perolehan suara mayoritas dan harus membentuk koalisi.

Jika kemenangan ÖVP disahkan, maka jalan Kurz menuju kursi Kanselir dipastikan mulus dan ia akan dinobatkan sebagai pemimpin termuda di dunia.

Seperti dikutip dari Al Jazeera pada Senin (16/10/2017) Partai Demokrat Sosial (SPÖ) berada di urutan kedua dengan perolehan 26,9 persen, sementara di posisi ketiga adalah Partai Kebebasan (FPÖ) dengan raihan suara 26,0 persen.

Proyeksi lain yang dirilis oleh ARGE Wahlen, SPÖ unggul 0,5 persen dari FPÖ.

Kurz yang berbicara setelah pengumuman jajak pendapat awal mengatakan bahwa ia akan memperjuangkan gaya politik baru di Austria.

"Hari ini para pemilih, pria dan wanita di negara ini, memberi kami mandat yang besar," ujar Kurz di hadapan para pendukungnya.

"Kita harus menyadari kesempatan ini, para wanita dan pria meletakkan harapan mereka pada gerakan ini. Kami akan menggunakan seluruh kekuatan dan berjuang untuk mewujudkan perubahan di negara ini."

"Ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menghadirkan sebuah gaya baru, sebuah budaya politik baru di negara ini," imbuhnya.

Dalam sebuah wawancara eksklusifnya dengan Wochenblick, Kurz mengemukakan "arah" yang akan ia ambil ke depannya.

"Kita sekarang berjuang atas konsekuensi dari beberapa kesalahan yang kita buat 30 hingga 40 tahun lalu, ketika imigrasi tak terkendali dimulai," ungkap Kurz seperti dikutip dari Haaretz.

Bila terpilih sebagai Kanselir, Kurz pun berjanji akan memerangi "komunitas paralel", istilahnya untuk menyebut muslim di Austria, sama halnya dengan melawan "Islam Politik".

Para kritikus berpendapat bahwa Kurz yang manifestonya menyerukan pajak yang lebih rendah dan tindakan yang lebih keras terhadap Islam, berhasil meraih kemenangan dengan merangkul sebuah agenda memecah belah yang didiktekan sayap kanan.

Mengutip dari The Guardian, 55 persen pemilih ÖVP mengklaim mereka memilih partai itu karena kebijakan imigrasi dan integrasi.

Namun, pada hari Minggu waktu setempat, Kurz berulang kali menolak untuk mengungkap rencana kemenangannya. Ia menegaskan ingin menunggu hasil akhir penghitungan surat suara.

"Mari kita berikan waktu hingga beberapa hari kemudian. Lalu kita akan lihat hasilnya seperti apa," terang Kurz kepada ORF.

Sementara itu, pemimpin FPÖ Heinz-Christian Strache mengatakan proyeksi hasil pemilu menunjukkan bahwa partainya yang sayap kanan telah masuk hingga ke pusat masyarakat. "Kami mendominasi perdebatan politik".

Mengguncang Ranah Politik Austria

Pemilu Austria digelar satu tahun lebih awal dari yang diperkirakan, menyusul keputusan pemerintahan yang terdiri dari koalisi ÖVP dan SPÖ pada Mei lalu.

Kurz sendiri berjanji akan mengguncang politik Austria. Sosoknya dinilai membangun popularitas dengan mengadopsi banyak gagasan FPÖ, membuat pemilu kali ini ditentukan oleh sejumlah isu yang "dimainkan" oleh kelompok kanan jauh. Seperti misalnya isu seputar imigrasi yang jauh lebih ketat dan peran Islam di masyarakat Austria.

Dilansir The Guardian, FPÖ merupakan sebuah partai sayap kanan yang didirikan pasca-Perang Dunia II oleh mantan pejabat Nazi dan anggota SS.

"Apa yang mendominasi berita utama adalah upaya untuk mencoba dan mengubah cara muslim diintegrasikan ke dalam masyarakat di sini," tutur David Chater, koresponden Al Jazeera.

"Tampaknya debat ini dikendalikan oleh kanan tengah dan kanan jauh," tambahnya.

Koalisi antara ÖVP dan SPÖ diduga kuat tidak akan berlanjut mengingat perpecahan yang memicu hancurnya kerja sama mereka pada Mei lalu.

"Rasanya cukup jelas, jika kemenangannya (Kurz) benar, maka kita akan melihat koalisi antara ÖVP dan FPÖ yang dibentuk kembali di bawah Kurz. Mereka akan mengendalikan pemerintah di parlemen dan itu akan mengubah peta politik Austria," jelas Chater.

Sosok Kurz lahir dan besar di Wina. Sebelum pemilu, ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri termuda di Eropa. Ia ditunjuk pada 2013 saat usianya baru menginjak 27 tahun.

Kurz menempuh studi hukum di University of Vienna. Ia sempat duduk di kursi anggota dewan kota Vienna. Dikutip dari Independent, pria itu belum menikah dan saat ini tengah menjalin kasih dengan Susanne Thier, seorang karyawan di Kementerian Keuangan Austria.

ÖVP dinilai bernasib lebih baik sejak Kurz mengambil alih pucuk pimpinan partai tersebut terlepas ini dianggap sekadar "bulan madu" atau "asmara jangka panjang".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya