Korban Kebakaran Hutan Capai 106 Orang, Mendagri Portugal Mundur

Rakyat Portugal mengkritik pemerintah yang dianggap gagal mencegah kebakaran mematikan mengingat korban tewas lebih dari 100 orang.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Okt 2017, 12:03 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2017, 12:03 WIB
20170618-Sisa-sisa Kebakaran Hutan Terburuk di Portugal-AP
Bangkai mobil yang hangus di tengah jalan antara Castanheira de Pera dan Figueiro dos Vinhos, Portugal, Minggu (18/6). Ratusan mobil pemadam kebakaran dikerahkan guna mengatasi kobaran api yang telah menyebar di berbagai area itu (AP Photo/Armando Franca)

Liputan6.com, Lisbon - Menteri Dalam Negeri Portugal Constanca Urbano de Sousa mengundurkan diri di tengah kritik terkait penanganan pemerintah atas kebakaran hutan mematikan yang telah menewaskan lebih dari 100 orang dalam empat bulan terakhir.

Perempuan berusia 50 tahun itu telah menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada Perdana Menteri Antonio Costa pada Rabu waktu setempat.

"Setelah musim panas ini, tidak ada yang sama seperti sebelumnya," ujar Costa, yang pada awalnya menolak permintaan de Sousa untuk mundur, meski di lain sisi ia mengakui adanya "kesalahan serius" dalam penanganan masalah kebakaran hutan ini. Demikian seperti dikutip dari The Guardian pada Kamis (19/10/2017).

"Jika Anda ingin saya minta maaf, maka saya minta maaf," imbuhnya saat berbicara di hadapan parlemen.

Pada hari Rabu pemerintah mengumumkan bahwa sosok de Sousa akan digantikan oleh Wakil Perdana Menteri Eduardo Cabita. Tidak disebutkan apakah hal ini akan berlaku permanen atau sementara.

Sebelumnya, dilaporkan pada hari Minggu, serangkaian kebakaran hutan Portugal mematikan terjadi di tengah dan utara negara tersebut, di mana insiden itu menewaskan 42 orang dan melukai 71 lainnya.

Kebakaran besar serupa terjadi pada bulan Juni di dekat wilayah Pedrogao Grande. Korban tewas kala itu mencapai 64 orang, sementara 250 lainnya terluka.

Menurut pemantau Eropa, secara keseluruhan, sekitar 280 ribu hektare hutan di wilayah pedalaman Pinhal, Portugal tengah, rusak akibat kebakaran. Profesor Rui Amaro Alves dari Castelo Branco Polytechnic Institute menyatakan bahwa musibah itu telah memicu eksodus.

Dengan banyaknya orang yang telah meninggalkan rumah-rumah mereka, banyak lahan terbengkalai. Kondisi ini diperparah dengan kekeringan.

 

Kemarahan Rakyat

Pasca-tragedi pada bulan Juni, pemerintah menuai kritik tajam karena dianggap gagal mengembangkan strategi yang koheren untuk menangani kebakaran hutan. Dan insiden serupa yang baru-baru ini terjadi mempertajam pandangan akan ketidakmampuan pemerintah.

Dan pada Selasa malam waktu setempat, di bawah hujan lebat, ratusan orang berkumpul di Lisbon. Mereka mengekspresikan kemarahan atas kegagalan pemerintah seraya meneriakkan "Memalukan!" dan "Mundur!".

"Lebih dari 100 orang tewas dan tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab... Kami butuh jawaban!," ujar seorang pendemo.

Sementara itu, pada hari Senin, pemerintah berjanji untuk mencegah terjadinya tragedi baru dengan melakukan "reformasi mendasar" dalam pengelolaan hutan dan pemadaman kebakaran.

Namun, pertentangan politik terlihat sehari kemudian setelah Presiden Marcelo Rebelo de Sousa yang merupakan seorang konservatif mengatakan bahwa pemerintah sosialis harus "menanggung semua konsekuensi dari tragedi ini".

Portugal pada hari Selasa memulai tiga hari berkabung nasional untuk para korban.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya