Panglima TNI Ditolak Masuk ke AS Jadi Sorotan Dunia

Ternyata, insiden yang sarat kontroversi itu turut menjadi sorotan berbagai media internasional.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 23 Okt 2017, 18:11 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2017, 18:11 WIB
Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo meninjau Geladi Resik HUT ke-72 TNI di Cilegon, Banten, Selasa (3/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia mendadak sontak dibuat terkejut dengan berita yang muncul pada 22 Oktober kemarin. Otoritas Amerika Serikat dilaporkan menolak kedatangan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang hendak berkunjung ke Negeri Paman Sam.

Kunjungan Jenderal Gatot ke AS adalah untuk memenuhi undangan Jenderal Joseph Dunford, Panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, untuk hadir dalam acara Chiefs of Defense Conference on Countering Violent Extremism di Washington DC yang diadakan pada 23- 24 Oktober 2017.

Berbagai pejabat, baik dari Indonesia dan Tanah Air, sudah memberikan keterangan terkait peristiwa itu.

Kedutaan Besar AS di Indonesia telah menyampaikan permohonan maaf kepada pemerintah RI, baik lisan dan tulisan, atas insiden tersebut.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, usai memanggil Wakil Duta Besar AS di Indonesia untuk memberi penjelasan mengatakan, isu tersebut telah selesai dan Jenderal Gatot sudah dibolehkan untuk datang ke Washington.

Namun, Retno menambahkan, "Kami masih ingin mendengar penjelasan detail dari Amerika Serikat, mengapa insiden tersebut dapat terjadi."

Tak hanya di Tanah Air yang terkejut dengan kabar tersebut, ternyata, insiden yang sarat kontroversi itu turut menjadi sorotan berbagai media di dunia.

Media politik ternama asal Amerika Serikat, The Washington Post (23/10/2017) mengangkat berita itu dengan judul, "US diplomat apologizes after Indonesia general denied entry."

"Meski telah meminta maaf, Wadubes AS untuk Indonesia Erin McKee tak memberikan penjelasan mengapa Jenderal Gatot Nurmantyo dilarang datang ke Amerika Serikat. Meski begitu, McKee mengatakan bahwa insiden tersebut sudah diselesaikan," tulis The Washington Post.

Agensi berita berbasis di London, Reuters, mengangkat artikel berjudul, "Indonesia seeks answer to why US blocked military chief's travel."

"Hingga hari Senin, 23 Oktober, Indonesia masih menunggu penjelasan detail, mengapa Amerika Serikat mencekal Panglima Jenderal TNI untuk bepergian ke AS, meski memiliki visa dan undangan resmi. Meski begitu, Indonesia telah menerima permintaan maaf resmi dari AS," tulis Reuters.

Sementara itu, media AS lainnya, CNN, mengangkat berita dengan judul, "US officials apologize after Indonesian military chief denied entry to US."

"Nurmantyo dan istri hendak terbang menggunakan maskapai Emirates di Jakarta menuju Washington pada Sabtu malam. Namun, beberapa saat sebelum lepas landas, Nurmantyo dan delegasi menerima imbauan dari US Customs and Border Protection bahwa mereka tidak boleh masuk ke AS," jelas CNN dalam badan beritanya.

Media Jerman, Deutsche-Welle, memasang judul, "Washington denies entry to Indonesian general Gatot Nurmantyo, invited by US military."

"Indonesia menuntut penjelasan dari Amerika Serikat setelah panglima militernya dilarang memasuki wilayah AS akhir pekan lalu," tulis DW.

Sedangkan media Australia, Sydney Morning Herald, memasang judul, "US refuses to divulge why Indonesian military chief Gatot Nurmantyo denied entry."

Media Negeri Kanguru lain, ABC News.net.au, mengangkat berita berjudul, "Indonesian military chief General Gatot Nurmantyo denied entry to US."

"Insiden diplomatik tengah menghangat antara AS dan Indonesia, usai Panglima TNI dicekal berangkat ke AS saat sudah berada di dalam pesawat," papar ABC. 

Sementara itu, media yang didanai pemerintah Amerika Serikat, VOA, menulis artikel dengan judul, "US Apologize After Indonesian General Denied Entry."

Laman elektronik surat kabar Singapura, The Strait Times, memasang artikel berjudul, "Indonesia summons US envoy after military chief is denied entry."

Dan media Rusia, Russia Today menulis, "Indonesian military chief invited to US, then barred from entering at last minute."

Sudah Selesai, namun Menunggu Penjelasan

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, memanggil Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk RI, Erin Elizabeth Mckee, guna membahas larangan terhadap Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang hendak ke AS.

Pemanggilan dan pertemuan itu berlangsung di kantor Kementerian Luar Negeri RI, Senin pagi, 23 Oktober 2017.

Usai pertemuan, Retno menjelaskan, pemerintah AS tak lagi memberikan pembatasan dalam bentuk apa pun terhadap Jenderal Gatot.

"Sekarang mereka berusaha untuk menyelesaikan masalah. Sekarang, dari pihak Kedutaan AS, saya telah mendapatkan informasi bahwa tidak ada lagi pembatasan dalam bentuk apa pun bagi Jenderal Gatot untuk berkunjung ke AS," kata Retno di gedung Kemlu RI, Jakarta 23 Oktober 2017.

Meski begitu, Retno kembali menegaskan bahwa Indonesia tetap menunggu penjelasan detail dari Negeri Paman Sam.

"Tetapi saya sampaikan, bahwa itu saja tidak cukup. Kami tetap memerlukan penjelasan kenapa peristiwa itu sampai terjadi."

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Wadubes AS untuk RI, Erin McKee, menjelaskan, "Kami sangat menyesal atas ketidaknyamanan yang muncul akibat insiden tersebut. Kami meminta maaf. Saya meminta maaf kepada mereka, termasuk Menteri Retno pagi ini."

McKee juga menjelaskan, peristiwa penolakan keberangkatan itu sudah selesai dan pemerintah AS berkenan untuk menyambut kedatangan Jenderal Gatot yang hendak berkunjung ke Negeri Paman Sam memenuhi undangan dari Jenderal Dunford.

"Jenderal Gatot diundang ke AS atas undangan Jenderal Dunford. Atas itu, Jenderal Gatot kini sudah bisa datang ke AS tanpa halangan. AS menyambut partisipasi Jenderal Gatot dalam konferensi undangan Jenderal Dunford. Sudah tidak ada isu tentang (penolakan) kedatangannya ke AS, kami menerima dia," katanya.

Sejauh ini, pihak Kedubes AS juga tengah mendalami sebab-musabab insiden tersebut.

"Kedubes AS berusaha keras untuk memahami insiden tersebut. Kami berharap hal ini tidak akan terjadi lagi. Kami juga bersedia untuk memfasilitasi komunikasi antara Jenderal Gatot dan Jenderal Dunford."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya