Liputan6.com, Harare - Presiden Zimbabwe Robert Mugabe (93) secara mengejutkan memberhentikan Emmerson Mnangagwa dari posisinya sebagai Wakil Presiden. Langkah ini disebut upaya untuk memuluskan istri Mugabe, Grace, menggantikannya sebagai kepala negara.
Mnangagwa yang mendapat dukungan kuat dari militer dipandang merupakan rival utama Nyonya Mugabe dalam pertarungan internal terkait siapa kelak yang akan menduduki kursi presiden.
"Wakil Presiden secara konsisten dan terus menerus menunjukan ketidaksetiaan, tidak hormat, ketidakjujuran dan tidak dapat diandalkan," demikian pernyataan Menteri Informasi Zimbabwe Simon Khaya Moyo pada hari Senin waktu setempat saat menjelaskan alasan dibalik pemecatan Mnangagwa seperti dikutip dari The New York Times pada Selasa (7/11/2017).
Advertisement
Ia menambahkan, "Sudah sangat jelas bahwa tindakannya dalam menjalankan tugas-tugasnya tidak sesuai dengan tanggung jawab resminya."
Baca Juga
Kritik lain terhadap Mnangagwa menyebutkan bahwa ia berencana untuk memimpin lembaga kunci dan membentuk institusi paralel di dalam partai yang berkuasa, ZANU-PF.
"Jika ia ingin membentuk partai dengan para pendukungnya, silakan saja. Kita tidak bisa bernaung di bawah satu partai di mana kita saling menyakiti satu sama lain. Saya tidak suka itu!," tegas Mugabe yang merupakan kepala negara tertua di dunia saat berpidato di Bulawayo Sabtu lalu.
Lebih lanjut Mugabe mengatakan bahwa partainya akan "memutuskan lebih banyak hal" dalam kongres yang akan berlangsung pada Desember 2017. "Saya harus mengatakannya di sini karena saya merasa terganggu."
Grace Mugabe diketahui memimpin sebuah faksi bernama Generasi 40. Sementara Mnangagwa yang berusia 75 tahun adalah seorang veteran perjuangan kemerdekaan Zimbabwe.
Sejak negara itu merdeka, Mnangagwa telah menduduki berbagai pos penting di antaranya Menteri Keamanan Negara, Menteri Kehakiman, Menteri Perumahan Pedesaan dan Pertahanan bahkan ia juga sempat menjabat sebagai Ketua Parlemen.
Dengan tersingkirnya Mnangagwa, Grace diprediksi akan ditunjuk menjadi Wapres dalam kongres partai.
Reputasi Mugabe
Menurut Stephen Chan, seorang profesor politik di School of Oriental and African Studies di the University of London, Mnangagwa selama ini terlalu "menganggap remeh" kekuatan Mugabe.
"Ini telah dibangun cukup lama dan pihak Mnangagwa mencoba untuk menampik serangan. Mereka melakukan beberapa kesalahan dan meremehkan kekuatan Grace Mugabe dan Generasi 40," ungkap Chan.
Ia melanjutkan, "Mengandalkan fondasi dukungan militernya, pada akhirnya tidak cukup untuk mencegah Presiden Mugabe agar tidak melawannya."
Chan menuturkan bahwa langkah selanjutnya adalah melihat apakah Mnangagwa akan diusir dari partai.
Rashweat Mkundu, seorang mantan direktur Media Institute of Southern Africa, menjelaskan bahwa langkah Mugabe tersebut merupakan "sebuah akhir dari ZANU-PF". Menurutnya ZANU-PF kini resmi menjadi kendaraan bagi presiden dan keluarganya.
"Mugabe harus mengawasi rival di segala sisi dan masa depan Zimbabwe jauh lebih tidak pasti dengan risiko keamanan yang lebih tinggi dibanding sebelumnya," tutur Mkundu.
Mugabe dijuluki "Crocodile" atau "Buaya" menyusul reputasi atas kekejaman politiknya. Sebelumnya, Mugabe telah lebih dulu menyingkirkan Mnangagwa sebagai pejabat teras ZANU-PF karena ia dituding terang-terangan mengincar jabatan Wapres.
Joice Mujuru yang merupakan rival Mnangagwa saat itu akhirnya diangkat sebagai Wapres dan merupakan calon favorit untuk menggantikan Mugabe.
Namun, pada tahun 2014, Nyonya Mujuru pun "dibersihkan". Ia dituding merencanakan kudeta, melakukan sihir dan mengenakan rok mini. Belakangan, Mnangagwa diangkat untuk menggantikannya.
Kini, Mujur memimpin oposisi, yakni Partai Rakyat Nasional.
Advertisement