Liputan6.com, Mitrovica - Politisi Kosovo dari kelompok etnis minoritas, Oliver Ivanovic, dilaporkan tewas ditembak di luar markas partainya pada hari di mana Serbia dan Kosovo tengah memulai pembicaraan mengenai normalisasi hubungan -- usai keduanya mengalami perpecahan selama satu tahun terakhir.
Ivanovic ditembak enam kali oleh penyerang yang tidak dikenal di Kota Mitrovica, pada Selasa 16 Januari 2018. Demikian seperti dikutip dari The Guardian (17/1/2018).
Penembak juga diketahui menggunakan mobil untuk menghampiri sasaran tembaknya.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Serbia Aleksandar Vučić mengadakan pertemuan dewan keamanan nasional pada siang hari waktu setempat dan akan membuat sebuah pernyataan menyusul pembunuhan itu.
Sementara itu, pembunuhan tersebut justru menghentikan dialog normalisasi hubungan tersebut.
Perundingan itu dijadwalkan digelar di Brussels dan akan dimulai pada hari Selasa. Namun delegasi Serbia mengundurkan diri setelah kabar pembunuhan tersebut.
Sumber pemerintah Belgrade juga mengatakan bahwa delegasi perundingan normalisasi hubungan Serbia - Kosovo juga ditarik oleh pemerintah masing-masing usai pembunuhan itu dan peristiwa lain yang terkait.
Seperti misalnya, ancaman pengerahan militer yang diutarakan oleh Juru Bicara Parlemen Kosovo, Kadri Veseli baru-baru ini sebagai bentuk respons atas pelaksanaan perundingan normalisasi itu.
"Apa pun yang terjadi, kemungkinan pembunuhan itu akan digunakan untuk tujuan politik ... dan pengalih perhatian dari ketegangan politik yang semakin meningkat di Serbia dan Kosovo," kata James Ker-Lindsay, seorang spesialis Eropa tenggara di St Mary's University di London.
Kiprah Ambivalen Oliver Ivanovic
Pada tahun 2016, Ivanović sendiri terbukti bersalah melakukan kejahatan perang oleh panel hakim internasional yang memimpin Pengadilan Kosovo.
Dia dinyatakan bersalah karena memerintahkan militer untuk melakukan kejahatan perang terhadap penduduk sipil pada Perang Kosovo 1999 -- yang kemudian berhasil diakhiri oleh pengeboman ekstensif dari operasi militer NATO.
Akan tetapi, tuntutan terhadap Ivanovic dibatalkan dan kasus tersebut dikirim kembali untuk persidangan ulang.
Kekerasan telah berkobar beberapa kali di Kosovo sejak perang berakhir. Dan, penangkapan Ivanovic pada tahun 2014 menyebabkan demonstrasi besar yang digelar oleh etnis Serbia di Kosovo, dan keberatan kuat dari Belgrade.
Ivanović sendiri mengaku tidak bersalah, dengan mengatakan bahwa tuntutan itu bermotif politik.
Ivanović telah memperingatkan tentang lingkungan keamanan di Kosovo, meminta sikap yang lebih aktif oleh misi hukum Uni Eropa dan pasukan penjaga perdamaian NATO di Kosovo, Eulex, dan Kfor.
Seruan itu diutarakan setelah salah satu kendaraan Ivanovic dibakar di luar rumahnya pada bulan Juli menjelang pemilihan lokal.
"Ivanović moderat pragmatis, ingin sekali bisa menemukan kompromi yang akan memperbaiki kehidupan semua orang di Mitrovica, baik utara dan selatan yang didominasi Albania," kata seorang diplomat barat, yang meminta tidak disebutkan namanya.
"Tapi dia ternoda oleh dakwaan kejahatan perang. Ia juga menghadapi tantangan besar untuk menangani kelompok kriminal terorganisir di utara Kosovo, termasuk di Belgrade."
Advertisement
Memperumit Hubungan Serbia dan Kosovo
Kematiannya diprediksi akan memperumit hubungan antara Serbia dan Kosovo -- yang sebelumnya memang telah bermasalah -- setelah Serbia memandang Kosovo sebagai provinsi separatis.
Peristiwa penembakan itu juga menimbulkan pertanyaan mengenai peran misi penjaga perdamaian dan peraturan perundang-undangan internasional di kawasan tersebut. Para kritikus menganggap kedua entitas misi itu cenderung menutup mata terhadap aktivitas kejahatan terorganisir yang marak -- serta semakin memperburuk situasi di kawasan.
Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 2008, dan diakui sebagai negara merdeka oleh lebih dari 100 negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.
Pada tahun 2013, Uni Eropa meluncurkan babak baru dialog antara Serbia dan Kosovo -- dimana Serbia mencalonkan diri untuk keanggotaan UE. Etnis Serbia adalah minoritas kecil namun signifikan di negara Serbia -- dimana penduduk mayoritasnya adalah etnis Albania.
Rusia dan Serbia, serta beberapa negara anggota UE, tidak mengakui kemerdekaan Kosovo dan bukan anggota PBB.
Kosovo utara -- yang didominasi Serbia -- tetap di bawah pengaruh signifikan dari Belgrade, dan diplomat internasional justru dilaporkan mengabaikan gagasan mengenai partisi.
Ketegangan mengenai Kosovo juga sudah meningkat saat pemerintah Pristina menolak gagasan mengenai pembentukan pengadilan kejahatan perang yang mencoba untuk mengadili pelanggaran yang dilakukan oleh etnik Albania -- yang juga diduga masuk ke dalam anggota elite politik.