Festival Sinema Australia Indonesia 2018 Sajikan Film Multi Genre

Festival Sinema Australia Indonesia sendiri adalah event berkualitas yang akan menampilkan bakat-bakat muda melalui kompetisi film pendek.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 18 Jan 2018, 19:02 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2018, 19:02 WIB
Kuasa Usaha Australia Allaster Cox foto bersama juri dan peserta FSAI 2018 (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)
Kuasa Usaha Australia Allaster Cox foto bersama juri dan peserta FSAI 2018 (Liputan6.com/Teddy Tri Setio Berty)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Australia kembali mengadakan Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI 2018), setelah sebelumnya festival tersebut pernah diadakan di tahun 2011, 2016 dan 2017.

Sama seperti tahun lalu, FSAI akan digelar di sejumlah kota besar di Indonesia, yakni Jakarta (25-28 Januari) di XXI Senayan City, Surabaya (26-28 Januari) di XXI Pakuwon Mall, Denpasar (26-28 Januari) di XXI Level 21 dan Makasar (27-28 Januari) di XXI Trans Studio.

Pada tahun ini pula, FSAI akan kembali mencari bakat-bakat muda insan perfilman melalui Kompetisi Film Pendek, di mana perlombaan untuk para pemula tersebut telah dibuka sejak Oktober 2017.

Festival Sinema Australia Indonesia sendiri adalah event berkualitas yang akan menampilkan bakat-bakat muda melalui kompetisi film pendek.

Menurut Kuasa Usaha Australia Allaster Cox, dirinya sangat senang menyambut FSAI 2018.

"Saya sangat senang menyambut event FSAI 2018. Terlebih festival film ini akan diadakan serentak di empat kota," ujar Allaster Cox saat menyampaikan sambutan di konferensi pers FSAI 2018 di XXI Senayan City, Jakarta pada Kamis (18/1/2018).

"Setelah sukses di tahun-tahun sebelumnya, kami sangat gembira untuk menghadirkan kembali film-film terkemuka dari kedua negara," tambahnya.

Allaster Cox juga menyampaikan bahwa festival film ini tak akan biasa-biasa saja. FSAI 2018 akan menawarkan kesempatan bagi penikmat film untuk merasakan film berbagai genre dan gaya dengan cerita yang beragam.

Ia pun menyoroti salah satu film unggulan dalam festival tersebut dengan judul "Ali's Wedding". Film tersebut mengisahkan tentang keberagaman budaya masyarakat di Australia.

"Film ini telah memenangkan banyak penghargaan. Tak hanya Ali's Wedding, sederat film seperti Red Dog: True Blue, Rip Tide dan OtherLife juga akan ditanyangkan," jelas Allaster Cox.

Dalam sambutanya, Allaster Cox juga menekankan bahwa pemenang kompetisi film pendek FSAI 2018 akan berkesempatan berangkat ke Melbourne Internasional Film Festival tahun ini.

 

Pemenang Kompetisi Film Pendek FSAI 2017

Pemenang Kompetisi FIlm Pendek FSAI 2017
Pemenang Kompetisi FIlm Pendek FSAI 2017 bersama panel juri (Liputan6.com/Citra Dewi)

Terdapat dua kategori pemenang dalam kompetisi Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2017. Dua kategori itu meliputi, pilihan penonton dan pilihan juri.

Film pendek berjudul 'Ibu dan Anak Perempuannya' karya Sutradara Happy Salma dan Yohanes Jendral Gatot Subroto terpilih menjadi pemenang pilihan penonton.

Film tersebut mengeksplorasi sebuah percakapan tentang kehidupan dan rahasia yang terjadi antara ibu dan anak perempuannya. Akting yang natural, framing, dan teknik pengambilan gambar long shot dinilai menjadi kekuatan dalam film 'Ibu dan Anak Perempuannya'.

"Ibu dan anak punya script writing yang bagus sekali, dia punya akting yang bagus juga. Walaupun secara teknis masih banyak kekurangannya, tapi dua hal tadi kita dikasih impact di bagian akhir," ujar salah satu juri yang merupakan sutradara muda asal Indonesia, Kamila Andini.

Sutradara peraih penghargaan asal Australia yang menjadi salah satu juri dalam Kompetisi Film Pendek FSAI 2017, Jennifer Parrott, juga mengaku kagum dengan film 'Ibu dan Anak Perempuannya'.

"Saya sangat kagum bahwa film itu diambil dalam sekali pengambilan, dan pengungkapan yang emosional di akhir film," kata Jenniffer.

Sementara itu, film pendek yang disutradari oleh Mahesa Desaga, 'Nunggu Teka', terpilih menjadi pemenang pilihan panel juri yang terdiri dari Thomas Caldwell, Jennifer Perrott, dan Kamila Andini.

Nunggu Teka

"Film itu memiliki kontrol tone yang luar biasa, kontrol yang jelas dalam penceritaannya, gambarnya diambil dengan indah, penampilannya sesuai, dan akhir filmnya yang sangat menyentuh," ujar Jenniffer Parrott, saat ditanya mengapa 'Nunggu Teka' dipilih menjadi pemenang.

Menurut Kamila Andini, 'Nunggu Teka' layak dipilih menjadi pemenang pilihan juri dalam Kompetisi Film Pendek FSAI 2017.

"Nunggu Teka konsisten sekali film directing-nya dari awal sampe akhir. Meski cuma di satu tempat, sutradaranya memikirkan suasana lainnya, konsisten, dan utuh," ujar Kamila yang ditemui Liputan6.com seusai pengumuman pemenang pada Minggu, 29 Januari 2017.

"Kita suka temanya, karena sangat universal buat dua juri lainnya yang kebetulan orang Australia. Film ini universal banget dan bisa direfleksikan di belahan dunia mana pun, tapi menjadi sangat otentik saat suasananya Lebaran. Jadi itu kenapa kita memilih 'Nunggu Teka'," imbuh Kamila Andini yang dikenal sebagai sutradara film 'Sendiri Diana Sendiri'.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya