FSAI 2018 Putar 'Other Life' tentang Kontroversi Dimensi Ketujuh

Sebuah film yang berkisah tentang eksperimen dimensi ketujuh untuk memanipulasi takdir.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 27 Jan 2018, 03:10 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2018, 03:10 WIB
Cuplikan film Other Life, sebuah film fiksi ilmiah produksi Australia - AP
Cuplikan film Other Life, sebuah film fiksi ilmiah produksi Australia - AP

Liputan6.com, Jakarta - Bagi khalayak awam, perdebatan tentang dimensi ketujuh kerap berada pada garis ambiguitas antara mitos dan imajinasi.

Disebut mitos karena tidak mampu memberikan bukti nyata, dan berujung pada desas-desus yang tidak sama antara penutur satu dengan penutur lainnya. Adapun dianggap imajinasi karena masih ada celah untuk menelisiknya melalui medium sains, seperti yang terlihat pada upaya penelitian teori permulaan (inception).

Ambiguitas dimensi ketujuh inilah yang berusaha digambarkan dalam film Other Life karya Ben C. Lucas, sebuah film yang menggambarkan kontroversi dalam mewujudkan eksistensi dimensi ketujuh sebagai alat bantu pengendali memori.

Diadaptasi dari novel fiksi ilmiah berjudul Solitaire karya Kelley Eskridge, film ini mengisahkan tentang ambisi Ren Amari (Jessica De Gouw) megembangkan rekayasa teknologi nano. Hal itu bertujuan untuk hadirkan realita virtual yang mampu mendorong penciptaan memori pada otak manusia.

Film Australia ini diputar di Indonesia dalam Festival Film Australia Indonesia 2018 yang berlangsung dari tanggal 25-28 Januari 2018. 

Melalui upaya penciptaan memori tersebut, Ren berharap dapat membangunkan adiknya, Jared Amari (Liam Graham), dari koma pasca-kecelakaan fatal saat berselancar di pantai.

Formula biologi yang diciptakannya berhasil hadirkan dimensi ketujuh yang bisa disisipi oleh opsi emosi, guna mengendalikan pilihan memori yang berdampak pada fakta realitas. Harapannya adalah agar Jared memilih memori 'bertahan' (survival), yang dengan demikian memicu otaknya mengirim sinyal untuk bangun dari koma.

Namun upaya tersebut bukan tanpa rintangan. Ren harus mempertaruhkan ideologinya dengan kesepakatan bisnis yang ia buat bersama seorang wirausahawan teknologi, Sam. Keduanya membangun perusahaan startup bernama Other Life untuk mengembangkan eksperimen Ren secara komersil.

Keduanya memiliki perbedaan visi. Sam berorientasi profit, sedangkan Ren bersikap idealis. Hingga pada akhirnya, konflik tidak dihindarkan.

Menariknya, mereka berkonflik dengan cara yang tidak biasa, yakni melalui cuci otak atas mitos dimensi ketujuh. Permainan emosi melalui alur maju mundur menciptakan teka-teki bagi penonton. Tidak jelas siapa yang salah, semua memiliki alibi kuat.

Begitupun pada akhir cerita, dimensi ketujuh dihadirkan sebagai sebagai kesimpulan yang menggantung, meskipun penonton tahu bahwa takdir Tuhan tidak bisa ditolak. Namun, muncul pertanyaan tentang opsi memori apa yang dipilih Jared di realita virtual yang diciptakan kakaknya, dan mengapa hal itu mampu mengubah jalinan cerita yang 'diciptakan' oleh Ren.

 

 

Pemerintah Australia Dukung Industri Film

Kuasa Usaha Australia Allaster Cox, bersama produser dan sutradara film (iStock)
Kuasa Usaha Australia Allaster Cox, bersama produser dan sutradara film (iStock)

Other Life merupakan satu dari sedikit film fiksi ilmiah produksi Australia. Naskah cerita film ini sejatinya sempat dilirik oleh salah satu rumah produksi besar di Hollywood. Namun sayangnya lirikan tersebut tidak berbuah manis.

Butuh waktu sangat lama antre menuju tahapan pra produksi, sehingga sang sutradara dan dua penulis naskah lainnya memilih menarik film tersebut, dan memproduksinya secara mandiri di Australia.

Beruntung pemerintah Australia, melalui lembaga film Screenwest, memberikan bantuan dana untuk memproduksi karya sinema tersebut.

Dijelaskan oleh Aidan O’Bryan, produser film terkait, rancangan biaya produksi Other Life tidak sebesar film-film fiksi ilmiah produksi Hollywood. Namun, mengingat iklim industri perfilman Australia yang masih dalam kategori berkembang, persoalan dana kerap menjadi dana.

"Adanya dukungan dari pemerintah, membuat kami bersemangat untuk menciptakan karya sinema dengan sudut pandang lokal, dan tidak selalu berkiblat pada Hollywood," ujar Aidan dalam sesi tanya jawab pada pemutaran film Other Life di Jakarta, Jumat, 26 Januari 2018.

Ia menjelaskan bahwa sesaat setelah mendapat dukungan tersebut, produksi film pun segera berjalan, dan tidak membutuhkan waktu lama hingga mencapai tahap pra produksi. Tidak lebih dari 3 bulan, film Other Life rampung dikerjakan. Lokasi pengambilan gambar film itu dipusatkan di kota Perth, Sydney, dan California.

Film Other Life merupakan salah satu tayangan film pada ajang Festival Sinema Australia Indonesia 2018, yang diadakan pada tanggal 25-28 Januari 2018 di empat kota besar di Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.

Terdapat beberapa film Indonesia yang turut diputar di ajang ini, yaitu di antaranya Melbourne Rewind dan Marlina: Pembunuh dalam Empat Babak. Selain itu, diadakan pula kompetisi film pendek yang penjuriannya dikepalai oleh sineas tanah air Kamila Andini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya