Liputan6.com, London - Krisis pasokan daging ayam yang melanda jaringan restoran cepat saji KFC di Inggris menjadi pemberitaan di berbagai belahan dunia.
Sebanyak lebih dari 70 persen total outlet tutup untuk sementara waktu, menimbulkan kepanikan bercampur candaan meluas di kalangan warga Inggris.
Dilansir dari Wired.com pada Kamis (22/2/2018), kelangkaan pasokan daging ayam bermula pada 16 Februari lalu. Sejak itu, KFC memutuskan menutup sementara beberapa outletnya di sebagian besar wilayah Britania Raya.
Advertisement
Baca Juga
Kelangkaan itu terjadi beberapa waktu setelah KFC Inggris resmi memindahkan wewenang distribusi bahan bakunya ke DHL.
Alasan KFC Inggris memilih DHL adalah untuk efisiensi, karena perusahaan pengangkut logistik asal Belanda itu memiliki sistem gudang terpusat di kawasan segi panjang emas yang sangat strategis.
Kawasan segi panjang emas merupakan sebuah simpul fiktif yang dibentuk oleh empat buah kota di tengah pulau Inggris, yakni Milton Keynes, Rugby, Daventry, dan Northampton.
Pendistribusian terpusat dari simpul fiktif ini disebut mampu mengirimkan barang ke berbagai penjuru Inggris tidak lebih dari satu malam.
"Menggunakan satu lokasi pusat distribusi tentu membutuhkan suatu sistem integrasi yang kompleks. Jika suatu saat rusak, maka akan memicu kerugian besar, seperti pada krisis KFC contohnya," ujar Samir Dani, profesor ilmu manajemen logistik dan distribusi barang pada Sekolah Bisnis Universitas Huddersfield.
Menurut Dani, dalam sistem distribusi terpusat, seperti yang dilakukan oleh KFC Inggris, terdapat sejumlah elemen yang harus disinkronisasikan, seperti jumlah permintaan, otomatisasi fasilitas penyaluran di gudang, dan perancangan perangkat lunak khusus yang mendukungnya.
Simak video unik tentang ayam goreng rasa keringat gadis berikut:
Krisis KFC Lebih Besar dari yang Dikira
Sementara itu, Profesor Richard Wilding, guru besar pada Sekolah Bisnis Cranfield di Inggris, mengatakan bahwa rata-rata jaringan restoran dan retail mengalami gangguan distribusi sebanyak 10 persen per tahunnya.
"Biasanya ini (gangguan distribus) tidak akan berdampak banyak, mungkin (terjadi) pada beberapa outlet. Namun berbeda pada krisis KFC, di mana dampaknya bukan hanya tertuju pada distribusi akhir, melainkan juga pada komunitas peternak ayam, penyimpanan, dan lain sebagainya," jelas Wilding.
Wilding juga menggaris bawahi fokus publik terhadap krisis KFC, yakni tidak lebih dari hilangnya stok ayam goreng di pasaran.
Padahal, ada banyak perspektif di baliknya, seperti bagaimana nasib sekitar 500 rekan peternak, kualitas daging ayam yang tertahan, jam kerja petugas distribusi, dan masih banyak lainnya.
"Kunci permasalahannya adalah kompetisi bisnis tidak lagi antar perusahaan, melainkan juga mengenai jaringan distribusi yang menyokongnya," jelas Wilding.
Advertisement