Seperti Ini Cara Kerja Torpedo 'Hari Kiamat' Milik Rusia

Sebuah video menampakkan cara kerja torpedo kiamat milik Rusia.

oleh Afra Augesti diperbarui 08 Mar 2018, 18:00 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2018, 18:00 WIB
Serangkaian Senjata Nuklir Terbaru Rusia Diuji Coba
Peluncuran rudal jelajah antarbenua bertenaga nuklir Rusia terbaru saat uji coba. Presiden Vladimir Putin mengklaim bahwa persenjataan mereka tidak dapat dicegat oleh musuh. (RU-RTR Russian Television via AP)

Liputan6.com, Moskow - Satu dari lima sistem senjata nuklir baru Presiden Rusia, Vladimir Putin, diresmikan pekan lalu. Senjata mematikan itu adalah sebuah torpedo hari kiamat (doomsday torpedo), yang diklaim bisa melintasi samudra dan menghasilkan daya ledak multimegaton atau daya ledak super tinggi.

Baru-baru ini, sebuah rekaman mengenai cara kerja sistem senjata tersebut beredar di platform pengunggah video. Banyak warganet yang mengira bahwa benda yang ditampilkan dalam video itu adalah doomsday torpedo, seperti dikutip dari Popular Mechanics, Rabu, 7 Maret 2018.

Objek tersebut kemudian diketahui bernama Kanyon atau Status-6. Rekaman mengenai Kanyon pertama kali bocor pada tahun 2015. Detailnya terdengar amat mengerikan, sehingga banyak yang meragukan keasliannya. Namun, pada Desember lalu, senjata tersebut muncul di Pentagon's Nuclear Posture Review.

Kanyon digambarkan sebagai kendaraan bawah laut otonom antarbenua dengan muatan hulu ledak termonuklir, berukuran sekitar 80 kaki, dan berbentuk torpedo. Kanyon menggunakan empat baling-baling untuk mencapai kecepatan hingga 100 knot atau 115 mph (meter per hour).

Kanyon dibawa oleh kapal selam induk Rusia dan bisa dilepas ribuan mil ke arah sasaran. Senjata ini bisa mengendalikan dirinya sendiri. Artinya, sekali diluncurkan, Kanyon tidak bergantung pada perintah tuannya. Begitu mengenai sasaran, torpedo tersebut langsung meledakkan hulu ledak termonuklirnya yang berkekuatan 100 megaton.

Kanyon digunakan untuk menyerang target yang berbasis di laut, seperti kapal selam induk, yang jaraknya bermil-mil. Meski kebanyakan kapal armada musuh memiliki alat pendeteksi anti-rudal, kecepatan tinggi Kanyon dan kemampuan untuk membunuh dari kejauhan disebut-sebut tak terbaca radar.

Contoh saja apabila Kanyon ditargetkan ke San Francisco Bay Area, tepatnya diledakkan di Golden Gate Bridge.

Sistem senjata ini diklaim mampu melenyapkan San Francisco, menewaskan 1,3 juta orang di California Utara dan melukai 1,1 juta lainnya. Kota tersebut juga akan diselimuti oleh awan berbahaya yang berasal dari radiasi ledakan, menyebar hingga timur Montana.

Kanyon mengandung isotop radioaktif berbahaya, sehingga juga disebut "salted bomb" atau bom garam. Pada masa mendatang, sistem ini dirancang Rusia untuk mengatasi pertahanan anti-rudal Amerika Serikat.

 

Saksikan videonya berikut ini:

Vladimir Putin Ungkap Senjata Nuklir Teranyar Rusia

Jelang Pemilihan Presiden Rusia, Kampanye Vladimir Putin Dihadiri 130 Ribu Orang
Kandidat presiden Rusia, Vladimir Putin memberikan pidato dalam kampanye pencalonannya di stadion Luzhniki di Moskow (3/3). Putin telah menjabat sebagai Presiden Rusia selama 3 periode, yakni 2000-2004, 2004-2008, dan 2012-2018. (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Presiden Vladimir Putin telah mengungkap sejumlah senjata nuklir pemusnah massal terbaru milik Rusia -- mengonfirmasi laporan yang sudah beredar di kalangan negara dan media Barat selama beberapa waktu terakhir.

Hal itu ia ungkap saat menyampaikan pidato State of the Nation di hadapan Parlemen Rusia pada 1 Maret 2018.

Dalam pidatonya, Putin menggarisbawahi bahwa Rusia tengah mengembangkan dua sistem peluncur rudal nuklir yang ia klaim mampu membuat misil yang dilesatkan mengecoh sistem pertahanan produksi Amerika Serikat. Demikian seperti dikutip dari BBC, Jumat, 2 Maret 2018.

Satu sistem peluncur yang Putin ungkap sesungguhnya telah dirumorkan eksis sejak masa Uni Soviet. Sistem itu dikabarkan mampu meluncurkan torpedo jarak jauh berhulu ledak nuklir.

Kini, Putin telah membenarkan eksistensi teknologi tersebut.

Menambahkan penjelasannya, Putin mengatakan, "Karena memiliki jarak jangkau yang tak terbatas, maka rudal itu mampu bermanuver sesuai yang dibutuhkan."

Sementara yang lainnya, seperti yang dideskripsikan oleh Presiden Rusia, adalah sebuah sistem peluncur rudal kendali berkecepatan hipersonik.

Melanjutkan pemaparannya tentang rudal hipersonik itu, Putin mengatakan, "Membuatnya tak mampu dikalahkan. Kecepatannya hipersonik."

"Rudal itu mampu terbang rendah, sulit dideteksi, daya jangkau yang tak terbatas, dan lintasan terbang yang sulit diprediksi. Mampu mengecoh dan melewati barisan sistem pertahanan pencegat misil, serta tak terkalahkan," tambahnya.

Salah satu di antara sistem itu, lanjut Putin, juga dapat diinstalasi pada kapal selam Rusia -- membuat Moskow memiliki opsi baru untuk meluncurkan rudal nuklir jarak jauh via laut.

Presiden Putin juga mengungkap bahwa Rusia tengah mengembangkan kapal selam drone super cepat yang mampu menembakkan rudal -- sebuah teknologi yang telah mencuat dan beredar sejak beberapa bulan terakhir.

 

Menjangkau Amerika Serikat

Jelang Pemilihan Presiden Rusia, Kampanye Vladimir Putin Dihadiri 130 Ribu Orang
Kandidat presiden Rusia, Vladimir Putin memberikan pidato dalam sebuah kampanye pencalonannya di stadion Luzhniki di Moskow (3/3). Puluhan ribu pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin berkumpul untuk mengikuti kampanye. (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Saat mendeskripsikan rangkaian persenjataan terbaru itu, sebuah video turut menyertai penjelasan Putin.

Pada salah satu adegannya, video itu mengilustrasikan bahwa sistem peluncur rudal nuklir baru milik Negeri Beruang Merah mampu menjangkau Florida, Amerika Serikat -- sebuah pesan yang secara gamblang tampak mengimbau agar Negeri Paman Sam "berhati-hati" dalam menyikapi Rusia.

"Rusia masih merupakan negara dengan potensi nuklir terhebat di dunia. Namun, tidak ada yang mendengarkan kami. Sekarang, dengarkan kami," kata sang Presiden Rusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya