Liputan6.com, Wiltshire - Seorang pria Rusia yang diketahui pernah bekerja sebagai mata-mata untuk Inggris, ditemukan tak sadarkan diri di bangku sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury pada 4 Maret 2018.
Pria tersebut, Sergei Skripal, ditemukan bersama seorang perempuan berusia 33 tahun yang turut pingsan.
Advertisement
Dikutip dari CNN, Rabu (7/3/2018), belakangan diketahui, perempuan tersebut adalah anak perempuannya, Yulia Skripal. Yulia yang tinggal di Rusia, sedang mengunjungi ayahnya yang mendapat perllindungan di Inggris.
Kolonel Skripal yang merupakan pensiunan petugas intelijen militer Rusia, dijatuhi hukuman penjara selama 13 tahun oleh Rusia pada 2006 karena telah melakukan mata-mata untuk Inggris.
Baca Juga
Ia didakwa telah menyerahkan sejumlah identitas agen mata-mata Rusia yang bekerja di Eropa kepada Badan Intelijen Inggris, MI6.
Ia adalah satu dari empat tahanan yang dibebaskan oleh Moskow dalam pertukaran dengan 10 mata-mata Amerika Serikat pada 2010. Skirpal, kemudian diberi perlindungan di Inggris.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kasus Diambil Alih Polisi Kontraterorisme
Meski tidak disebut sebagai kasus terorisme, kasus tersebut telah diambil alih oleh polisi kontraterorisme Inggris karena sejumlah hal-hal yang tidak biasa.
Sergei dan Yulia diketahui tidak mengalami luka fisik yang terlihat usai menjadi korban serangan misterius.
Sejumlah foto yang diambil dari tempat kejadian pada Senin, 5 Maret 2018, memperlihatkan penyidik dengan mengenakan pakaian anti-kontaminasi. Namun, pihak berwenang menolak menyebut nama subtansi yang digunakan.
Menurut keterangan polisi, sejumlah petugas layanan darurat segera dirawat setelahnya. Salah satu dari mereka masih berada di rumah sakit.
Â
Advertisement
Penuturan Saksi Mata
Seorang saksi mata, Freya Church, menjelaskan detik-detik kejadian sebelum Sergei dan perempuan yang menemaninya dilarikan ke rumah sakit.
"Di bangku itu ada laki-laki tua dan perempuan yang lebih muda. Perempuan itu bersandar kepadanya, sepertinya ia telah pingsan," ujar Church. "Ia (Skripal) melakukan beberapa gerakan tangan aneh, melihat ke langit..."
"Mereka melakukan gerakan aneh, bahkan saya tidak tahu bagaimana cara menolongnya," jelas Church.
Insiden tersebut mengingatkan akan kematian pembelot Rusia Alexander Litvinenko pada 2006. Ia meninggal di Hotel Mayfair, London, pada 2006 setelah minum teh yang dicampur zat radioaktif.
Sebuah penyelidikan menyimpulkan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan dengan persetujuan Presiden Rusia, Vladimir Putin.