Gurun Pasir dengan Kandungan Metana Ditemukan di Pluto

Penemuan di Pluto ini menujukkan kemungkinan adanya kehidupan dinamis pada kondisi fisiknya yang misterius.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 02 Jun 2018, 07:36 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2018, 07:36 WIB
Visual tentang eksistensi bukit pasir di Pluto (NASA)
Visual tentang eksistensi bukit pasir di Pluto (NASA)

Liputan6.com, Washington DC - Para ilmuwan mengatakan mereka telah menemukan bukti bukit pasir dari metana beku di Pluto.

Menurut laporan ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal Science, atmosfer Pluto sebelumnya diyakini terlalu tipis untuk menciptakan fitur serupa di gurun di Bumi.

Namun, sebuah temuan unik yang berasal dari analisis gambar, telah berhasil dikirim kembali oleh misi New Horizons NASA, yang terbang ke area dekat Pluto sejak Juli 2015.

Setelah perjalanan panjang melintasi Tata Surya yang memakan waktu hampir satu dekade, New Horizons melaju dengan kecepatan 58.536 km per jam, untuk mengumpulkan data pengamatan saat mengorbit Pluto.

Dalam studi tersebut, sebagaimana dikutip dari BBC pada Jumat (1/6/2018), para peneliti menjelaskan bagaimana mereka mempelajari gambar dataran yang dikenal sebagai Sputnik Planitia, yang bagian-bagiannya ditutupi dengan apa yang tampak seperti ladang pasir.

Dataran terkait diketahui membentang di dekat pegunungan es setinggi lima kilometer.

Para ilmuwan menyimpulkan bahwa bukit-bukit pasir berjarak 0,4-1 kilometer itu terdiri dari partikel es metana berdiameter antara 200 hingga 300 mikrometer, atau kira-kira seukuran butiran pasir.

Penulis utama makalah ini adalah Dr Matt Telfer, seorang ahli geografi fisik di University of Plymouth, Inggris. Dia mengatakan: "Kita tidak bisa melihat butir-butiran tunggal (pasir), tetapi kita mampu mengidentifikasi bukit-bukit pasir, dan mencirikan parameter fisik dasar mereka, serta kepadatan atmosfer yang telah terbentuk di bawah mereka.”

"Dan kita dapat mengukur beberapa hal dasar seperti seberapa jauh jaraknya, dan memiliki perkiraan setidaknya dari kecepatan angin yang membentuk mereka," lanjutnya.

Untuk dapat terbentuk, bukit pasir membutuhkan atmosfer yang cukup rapat untuk memungkinkan transportasi angin, dan mekanisme yang mengangkat partikel dari tanah.

Jika dilihat sekilas, sulit menyadari bahwa Pluto memiliki seluruh elemen pembentuk gurun pasir tersebut.

Namun Dr Telfer dan rekan-rekannya menghitung bahwa bukit pasir mungkin berada di salah satu wilayah paling berangin di Pluto, dengan kecepatan angin mencapai 10 meter per detik, yang cukup untuk menjaga partikel bergerak.

Angin dihasilkan saat udara mengalir turun dari gunung tetangga, dan juga sebagai sublimasi bahan beku, atau langsung berubah menjadi gas.

Mereka percaya bahwa bukit pasir terdiri dari butiran metana, dan mungkin juga nitrogen, yang sumbernya berasal dari tumpukan salju di pegunungan.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

Eksistensi Bukit Pasir

Tak Hanya Manusia, Pluto Juga Punya `Hati`
Bentuk corak permukaan yang hadir di planet tersebut menyerupai hati (NASA)

Kini, Pluto bergabung dengan Bumi, Mars, Venus, Titan (satelit alami Saturnus), dan bahkan komet 67P, sebagai bagian dari tata surya yang memiliki gurun pasir luas.

Profesor Monica Grady dari Open University mengatakan bahwa penemuan itu menimbulkan pertanyaan menarik tentang apakah ada bukit pasir di sistem bintang lain.

"Itu membuat sadar bahwa Anda harus membuka pikiran terhadap gagasan tentang benda-benda di planet yang berbeda, dan terbentuk dengan caranya sendiri," kata Profesor Grady.

"Apa yang dilakukannya adalah menuntun Anda untuk berpikir tentang apa yang ada di luar Tata Surya, karena kita tidak dapat melihat permukaan mereka saat ini, tetapi kemudian kita mungkin akan melihat hal-hal yang menjadi akrab di masa depan, seperti kita akan melihat bukit pasir di luar Bumi," lanjutnya menjelaskan.

Wahana New Horizons kini tengah mendekati obyek lain di Sabuk Kuiper, yang dikenal sebagai 2014 MU69. Kendaraan ruang angkasa tanpa awak itu akan bangun dari fase “hibernasi” pada Minggu depan, dan dijadwalkan terbang kembali ke Bumi pada 1 Januri 2019.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya