Liputan6.com, Islamabad - Sebuah serangan bom menghantam pelaksanaan pemilu di Pakistan, Rabu 25 Juli 2018 siang waktu setempat, setidaknya 31 orang tewas dan lebih dari 30 lainnya terluka.
Ledakan itu terjadi di pinggir Quetta, ibu kota Provinsi Balochistan. Demikian seperti dikutip dari CNN, Rabu (25/7/2018).
Penyebab ledakan itu belum diketahui, kata inspektur polisi kota Quetta, Naseeb Ullah.
Advertisement
Saksi mata, seorang penjaga toko bernama Akber Khan, mengatakan bahwa ledakan itu terjadi ketika warga berdatangan ke tempat pemungutan suara (TPS) setempat.
"Tak sampai satu-dua langkah setelah saya keluar dari TPS, ledakan itu terjadi," kata Akber.
"Kami segera tiarap ke tanah. Kebanyakan orang mulai berlari. Setelah 10 menit, ketika kekacauan sudah berakhir, kami mulai menolong yang terluka. Kami membawa mereka ke kendaraan pribadi karena ambulans belum tiba."
ISIS telah mengklaim bertanggungjawab atas serangan itu. Namun, sejumlah media belum dapat secara independen memverifikasi klaim tersebut.
Baca Juga
Insiden berdarah lain terjadi di provinsi Khyber Pakhtunkhwa. Satu orang terbunuh dan tiga orang terluka usai terjadinya pertempuran kecil di luar tempat pemungutan suara antara pendukung Imran Khan dari PTI dan Partai Nasional Awami yang berbasis di wilayah itu.
Imran Khan, pemimpin partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) mengutuk ledakan di Quetta, mengatakan dalam tweet bahwa dirinya "sedih dengan hilangnya nyawa tak berdosa," menambahkan bahwa "musuh (Pakistan) berusaha untuk mengganggu proses demokrasi kita ... Pakistan harus mengalahkan teroris, keluar dari kekuatan, dan tetap memberikan suara mereka."
Shahbaz Sharif, pemimpin partai Pakistan Muslim League-Nawaz (PML-N) turut mengutuk serangan tersebut.
"Sangat sedih atas tewasnya orang-orang yang tak bersalah, termasuk petugas polisi ... turut berbelasungkawa mendalam kepada keluarga yang berduka," kata Shahbaz melalui Twitter.
Hampir setengah juta personel polisi dikerahkan untuk melindungi tempat pemungutan suara saat pemilu Pakistan berlangsung. Isu keamanan telah menjadi sesuatu yang diantisipasi dan merupakan suatu permasalahan pelik, menyusul beragam serangan dan bom bunuh diri pada sejumlah kampanye jelang pemilu.
Â
Simak video pilihan berikut:
Pemilu Pakistan 2018
Puluhan juta warga Pakistan diperkirakan datang ke bilik suara dalam Pemilu 2018 yang digelar hari ini--sebuah pesta rakyat yang digadang-gadang menjadi tonggak perubahan bagi negara di Asia Selatan tersebut.
Seperti dilansir CNN, Rabu 25 Juli 2018, berbagai polling telah memprediksi persaingan ketat antara dua kubu utama.
Persaingan itu melibatkan partai Tehreek-e-Insaf Justice Party (PTI) yang dipimpin eks atlet kriket Imran Khan, dengan partai Pakistan Muslim-League-Nawaz (PML-N) yang dipimpin oleh Shabahz Sharif, adik mantan perdana menteri Nawaz Sharif--yang saat ini berstatus sebagai terdakwa kasus korupsi dan mendekam di penjara.
Di samping kedua kubu tersebut, ada kubu ketiga yang digadang-gadang sebagai kuda hitam, yakni partai Pakistan People's Party (PPP) yang dipimpin Bilawal Bhutto Zardari.
Dengan sistem pemerintahan parlementer, pemilu Pakistan 2018 merupakan ajang bagi sekitar 3.459 kandidat parlemen yang mewakili 100 partai politik untuk memperebutkan total 272 kursi di Majelis Nasional Pakistan.
Dari total 272 kursi, enam puluh kursi disisihkan untuk perempuan dan 10 di antaranya untuk kelompok agama minoritas, termasuk Hindu.
Setelah seluruh kursi parlemen terisi, para wakil rakyat tersebut akan melaksanakan konsolidasi dan pemilihan perdana menteri. Kuat diprediksi, pemimpin partai yang memenangi suara mayoritas pada pemilu akan menjadi perdana menteri baru Pakistan.
Advertisement