Liputan6.com, Damaskus - Tentara Israel mengatakan pada hari Jumat (21/3) bahwa mereka telah menyerang dua pangkalan militer di Suriah tengah, termasuk satu di Palmyra, setelah pemantau perang melaporkan bahwa pangkalan udara di kota itu telah menjadi sasaran.
Sejak pemberontak yang dipimpin Islamis menggulingkan pemimpin kuat Bashar al-Assad pada Desember 2024, Israel telah melancarkan ratusan serangan di lokasi militer di Suriah, dengan mengatakan bahwa mereka ingin mencegah senjata jatuh ke tangan otoritas baru yang dianggapnya sebagai militan.
Baca Juga
"Beberapa saat yang lalu, IDF menyerang kemampuan strategis militer yang masih berada di pangkalan militer Suriah di Tadmur dan T4," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, mengacu pada pangkalan di Palmyra dan 50 kilometer (30 mil) lainnya di sebelah barat kota seperti dikutip dari AFP, Sabtu (22/3/2025).
Advertisement
Sebelumnya, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris mengatakan "pesawat tempur Israel menargetkan bandara militer Palmyra".
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menuntut demiliterisasi Suriah selatan dan mengatakan negaranya tidak akan menoleransi kehadiran pasukan dari otoritas baru di selatan ibu kota Damaskus.
Pemberontak Suriah termasuk mereka yang pernah membentuk cabang Al Qaeda di Suriah, meskipun pemerintah baru telah berusaha menjauhkan diri dari masa lalunya.
Kementerian luar negeri Suriah menuduh Israel melancarkan kampanye melawan "stabilitas negara".
Insiden ini menambah daftar panjang serangan udara Israel di Suriah dalam beberapa tahun terakhir. Sejak pemberontakan yang dipimpin oleh kelompok Islamis menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad, Israel telah melancarkan ratusan serangan terhadap lokasi militer di Suriah. Alasan yang selalu dikemukakan Israel adalah mencegah senjata jatuh ke tangan kelompok-kelompok ekstremis. Namun, serangan-serangan ini seringkali menimbulkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur sipil.