Kala Pangeran William Curhat Soal Kematian Ibunya pada Gadis 9 Tahun

Dalam kegiatan sosial di London, Pangeran William menemui seorang gadis yang bersedih karena mengaku telah kehilangan ayah kandungnya.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 28 Jul 2018, 19:40 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2018, 19:40 WIB
Pangeran William
Pangeran William (AP Files)

Liputan6.com, London - Pada Januari 2017, Pangeran William dan rombongan melakukan kunjungan ke badan amal bernama Child Bereavement di London, Inggris.

Dalam kegiatan sosial tersebut, ia menemui seorang gadis yang bersedih karena mengaku telah kehilangan ayah kandungnya.

Dikutip dari laman Voice of America, Sabtu (28/7/2018), gadis berusia sembilan tahun bernama Aoife itu bercerita pada Pangeran William tentang hidupnya yang terpuruk saat kehilangan ayah.

Namun saat sang gadis kecil bercerita, Pangeran William malah curhat balik. Suami dari Kate Middleton itu bercerita tentang kisahnya yang juga pernah kehilangan ibu.

"Apakah kamu tahu apa yang terjadi padaku? Saya juga kehilangan ibu di usia muda," ujar Pangeran William.

"Saya berusia 15 tahun kala itu. Sedangkan saudara laki-laki saya berusia 12 tahun. Kami masih remaja dan saya sangat marah dan sulit berbicara tentang kematiannya," tambah William.

Menurut calon pewaris takhta Kerjaaan Inggris itu, permasalahan ini sangat pribadi. Meski demikian, luka itu semakin lama sembuh dengan sendirinta.

Pangeran William merupakan salah satu dari anggota Kerajaan Inggris yang berkerja untuk kegiatan amal. Sang ibu juga secara aktif bekerja untuk sosial.

The Diana Award adalah sebuah badan amal yang bertujuan untuk mengingat soso Princess of Wales yang semasa hidupnya telah berkontribusi untuk banyak orang.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Putri Diana Tepis Mitos soal Penyakit Kusta

Putri Diana
Putri Diana terus menjadi perbincangan, barang peninggalannya pun dianggap sangat berharga (AP Photo)

Sejak menikahi pewaris takhta Inggris Pangeran Charles, Lady Diana menjalankan tugas resmi kerajaan. Ia kerap mendatangi sekolah, rumah sakit, dan juga melakukan kunjungan ke sejumlah negara di dunia.

Di balik tatapannya yang "malu-malu", Princess of Wales memancarkan pesonanya. Berbeda dengan kaum darah biru lainnya, Diana terlihat alami dan melebur dengan orang kebanyakan, bahkan dengan mereka yang terpinggirkan.

Seperti kunjungannya ke Indonesia pada November 1989 silam. Ia melakukan sebuah tindakan "terlarang".

Kala itu, Lady Di mengunjungi Rumah Sakit Sitanala di Banten, Indonesia. Tak menghiraukan imbauan dari para pejabat dan awak media, Princess of Wales nekat duduk di tempat tidur penderita kusta dan berjabatan tangan mereka.

Diana bahkan tak ragu menyentuh perban yang membungkus luka para pasien. Seperti dikutip dari BBC, tindakannya tersebut menuai pujian. Sebab, Diana membantu menepis mitos dan kabar bohong yang terlanjur menyebar soal penyakit kusta.

Mitos dalam masyarakat menyebutkan, orang-orang yang menderita penyakit ini terkena kutukan. Karena itu, pasien kerap dijauhi dan dikucilkan.

Merasa tertegun melihat aksi tersebut, sebuah organisasi yang berfokus untuk mengobati pengidap kusta, The Leprosy Mission, meminta Diana untuk menjadi pelindung atau patron.

Princess of Wales pun menerima tawaran tersebut dan menjadi patron untuk The Leprosy Mission sejak tahun 1990 hingga kematiannya pada 1997.

Sebagai seorang patron, Diana mengunjungi sejumlah rumah sakit khusus kusta yang didirikan The Leprosy Mission di India, Nepal, dan Zimbabwe. Ia juga menjadi tuan rumah dan menghadiri sejumlah acara terkait di London dan Hong Kong.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya