Liputan6.com, Sydney - Warga Sydney, Australia tengah dibuat terpesona setelah sebuah meteor 'raksasa' melesat di langit pada Sabtu 4 Agustus 2018 malam waktu setempat.
Seperti dikutip dari News.com.au, Minggu (5/8/2018), meteor itu dilaporkan terbang melintasi negara bagian New South Wales sekitar pukul 18.30 kemarin malam. Tetapi hanya berlangsung selama beberapa detik.
Baca Juga
Pengguna media sosial yang tercengang dengan penampakan benda angkasa itu menggambarkan telah melihat sebentuk bola putih terang dengan ekor berwarna biru dan hijau. Beberapa mengatakan mereka melihat perubahan cahaya dari oranye terang ke hijau.
Advertisement
Just found out that the incredible bright flare or rogue firework I saw last night turned out to be the #SydneyMeteor. My astronomy career continues! Amazing
— Melissa Field (@melissajfield) August 4, 2018
OK WHO SAW THE GIANT AMAZING #METEOR OVER #SYDNEY TONIGHT. Brightest white ball with a white blue and green tail, then it split in two 😍
— Tessa Rex (@ms_tessa_rex) August 4, 2018
The meteor over Sydney this evening was mind blowing. A fireball with an elongated tail, appearing out of thin air, moving horizontally across the skyline at a stately pace and then disappearing into nothing. Surreal & I still have a sense of disbelief but privilege.
— Sarosh Batliwalla (@sarosh_bat) August 4, 2018
Dalam video yang diperoleh oleh Nine News, salah satu pasangan mengklaim merekam pertunjukkan cahaya mengesankan dari meteor itu saat tengah mengemudi.
"Apa itu?" seru salah satunya.
"Itu adalah meteorit."
"Ya Tuhan, aku melihatnya. Saya melihatnya. Wow!"
Sydneysiders were left starstruck when a massive meteor dashed across the sky. #9News pic.twitter.com/4xYyOlat8r
— Nine News Sydney (@9NewsSyd) August 4, 2018
Meskipun terlalu dini untuk mengatakan di mana meteor itu terjatuh, para ahli mengatakan diperkirakan berada di sekitar Cooma, selatan Canberra.
Saksikan juga video berikut ini:
Meteor Jatuh Dekat Pangkalan Militer AS
Sebelumnya, meteor atau batu angkasa dilaporkan menabrak Bumi dan meledak dengan kekuatan sebesar 2,1 kiloton pada Juli 2018.
Jet Propulsion Laboratory milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengonfirmasi bahwa sebuah objek dengan ukuran yang belum dipastikan melaju dengan kecepatan 24,4 kilometer per detik menabrak Bumi dan meledak di langit Greenland.
Titik tubrukan dengan Bumi diperkirakan hanya berjarak 43 kilometer di atas instrumen radar peringatan dini rudal di Thule Air Base, pada 25 Juli 2018.
Direktur Nuclear Information Project for the Federation of American Scientist, Hans Kristensen menginformasikan soal meteor jatuh itu di akun Twitter-nya.
Namun, seperti dikutip dari News.com.au, Sabtu 4 Agustus 2018, pihak Angkatan Udara AS sama sekali tak melaporkan kejadian jatuhnya meteor. Bahkan hingga berita ini diturunkan, tak ada keterangan apapun yang disampaikan yang merujuk pada insiden itu.
Kristensen berpendapat, adalah hal yang menghawatirkan bahwa tak ada satupun peringatan yang dikeluarkan pemerintah AS terkait insiden tersebut.
"Jika meteor itu masuk pada sudut yang lebih tegak lurus, kekuatan tubrukannya secara signifikan akan lebih besar," kata dia dalam tulisannya di Business Insider.
Meteor explodes with 2.1 kilotons force 43 km above missile early warning radar at Thule Air Base. https://t.co/qGvhRDXyfKHT @Casillic We’re still here, so they correctly concluded it was not a Russian first strike. There are nearly 2,000 nukes on alert, ready to launch. pic.twitter.com/q01oJfRUp4
— Hans Kristensen (@nukestrat) August 1, 2018
Kristensen mengambil contoh Meteor Chelyabinsk, batu angkasa berdiameter hampir 20 meter, yang tanpa peringatan, meledak di langit Rusia pada 15 Februari 2013.
Ukurannya sebesar rumah, lebih terang dari Matahari, jika dilihat dari Bumi dalam jarak hingga 100 kilometer.
Sekitar 1.500 orang terluka akibat terkena pecahan kaca, juga efek lain, yang timbul dari dampak tubrukan meteor.
"Insiden Chelyabinsk menarik perhatian luas, soal perlunya deteksi asteroid yang lebih besar, sebelum batu angkasa itu menabrak planet kita," kata Pejabat Pertahanan NASA, Lindley Johnson.
Pasca-insiden Chelyabinsk, jejaring peringatan asteroid internasional atau International Asteroid Warning Network didirikan, untuk membantu pemerintah mendeteksi dan merespon objek dekat Bumi atau Near Earth Objects.
Peristiwa batu angkasa memasuki atmosfer Bumi sejatinya bukan hal langka.
Menurut Hans Kristensen, sebuah meteor bergesekan dengan Bumi setiap 13 hari, setidaknya dalam periode 20 tahun. Kebanyakan pecah dan terbakar saat kontak dengan atmosfer Bumi dan tak memicu bahaya bagi penduduknya.
Advertisement