Bentrok Pecah di Tengah Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza, 3 Pria Palestina Tewas

Tiga pria Palestina tewas dan sekitar 130 orang terluka usai bentrokan terbaru antara penduduk Palestina dengan tentara Israel yang pecah di Jalur Gaza.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 12 Agu 2018, 17:09 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2018, 17:09 WIB
Lagi, Tentara Israel Tembak Mati Paramedis Palestina
Pelayat membawa jasad paramedis Palestina Abdullah al-Qutati di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (11/8). Pemuda 21 tahun itu meninggal setelah ditembak tentara Israel. (AP Photo/Khalil Hamra)

Liputan6.com, Gaza - Tiga pria Palestina tewas dan sekitar 130 orang terluka menyusul bentrokan terbaru antara penduduk Palestina dengan tentara Israel yang pecah di Jalur Gaza, Jumat 10 Agustus lalu --pihak kementerian kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan pada Sabtu 11 Agustus 2018.

Satu dari tiga korban tewas adalah seorang relawan paramedis bernama Abdullah Al Qatati (21), kata pihak kementerian kesehatan Gaza, yang menyebut bahwa pemuda itu meninggal akibat luka tembak di kepala. Demikian seperti dikutip dari media Uni Emirat Arab The National, Minggu (12/8/2018).

Seorang pria lain (40), tewas akibat luka tembak yang dideritanya, yang diduga berasal dari senapan tentara perbatasan Israel di Rafah, Gaza. Sempat mendapat perawatan pada Jumat 10 Agustus, pria itu mengembuskan napas terakhir pada Sabtu 11 Agustus.

Pihak kementerian juga mengklaim bahwa sekitar 131 orang terluka akibat bentrokan terbaru itu, dengan sekitar 85 di antaranya tertembak peluru tajam tentara Israel.

Peristiwa itu terjadi di tengah berbagai laporan mengenai gencatan senjata antara Hamas (organisasi militan sekaligus penguasa de facto Gaza) dengan Israel, yang menurut kabar, berlaku sejak Kamis 9 Agustus tengah malam. Gencatan senjata itu sendiri berlaku berkat langkah diplomatik Mesir dan komunita internasional, yang berupaya meredam konflik Hamas-Israel yang meruncing sejak Maret 2018.

Prakarsa gencatan senjata itu juga muncul setelah rangkaian aksi balas-membalas serangan udara terbaru yang dilakukan oleh Hamas dan Israel pada Selasa hingga Rabu, 7-8 Agustus 2018 --menewaskan tiga orang, termasuk seorang anak dan ibu hamil.

Kendati demikian, pihak Israel menyanggah telah menyepakati gencata senjata dengan pihak Hamas yang dimediasi oleh Mesir. Demikian seperti dikutip dari Haaretz.

Pelayat membawa jasad paramedis Palestina Abdullah al-Qutati di Rafah, Jalur Gaza, Sabtu (11/8). Abdullah al-Qutati ditembak tentara Israel saat bertugas dalam demo Great March of Return. (SAID KHATIB/AFP)

Akan tetapi, sejak Kamis hingga akhir pekan ini, tak ada laporan mengenai serangan udara yang dilancarkan oleh Hamas maupun Israel --walaupun ada beberapa kabar mengenai drone Israeli Defense Forces (IDF) yang terbang di wilayah Gaza demi menyisir potensi "ancaman", menurut pihak IDF.

Meski tak ada serangan udara, demonstrasi rutin warga Gaza di perbatasan Israel tetap digelar. Menurut kabar, hal itu dilaksanakan sebagai bentuk protes atas serangan misil Israel pada Rabu malam lalu.

Mereka yang meninggal dalam demonstrasi Jumat lalu menjadikan angka orang Palestina yang tewas bertambah hingga setidaknya 168 jiwa. Sebagian besar tewas akibat bentrokan berdarah 'The Great March of Return' yang rutin digelar di perbatasan Gaza-Israel pada Jumat setiap pekan sejak Maret 2018. Sementara sisanya, tewas akibat serangan udara Israel.

 

Simak video pilihan berikut:

Balita dan Ibu Hamil Jadi Korban Tewas Bombardir Hamas-Israel

Israel Serang Gaza Pasca Dihujani Roket
Kepulan asap terlihat membumbung dari Gaza City menyusul serangan udara Israel, Rabu (8/8). Sirene dibunyikan di beberapa daerah dekat perbatasan dengan Gaza, memperingatkan warga untuk mencari tempat perlindungan segera. (MAHMUD HAMS/AFP)

Israel melancarkan gelombang besar serangan udara ke wilayah Gaza yang ditempati warga Palestina, Kamis 9 Agustus 2018 waktu setempat --sebuah langkah balasan terhadap rangkaian serangan ratusan roket dari Gaza ke wilayah Israel pada Rabu 8 Agustus malam waktu setempat.

Militer Israel mengklaim, pihaknya menargetkan lebih dari 140 "situs" Hamas --militan Palestina sekaligus penguasa de facto Gaza. Termasuk, kompleks militer dan lokasi pembuatan senjata Hamas.

Namun, serangan itu mengakibatkan setidaknya tiga warga sipil Palestina di Jalur Gaza tewas, termasuk seorang balita dan ibu hamil, kata otoritas di Gaza, seperti dikutip dari The Egypt Independent.

Mereka tewas setelah terdampak serangan udara Israel di Jafarawi, Gaza tengah.

Sementara itu, empat orang lainnya terluka, termasuk seorang wanita Thailand berusia 30 tahun. Mereka yang terluka dibawa ke rumah sakit di Israel.

Serangan itu juga menimbulkan korban di pihak Hamas. Satu orang tewas dan 12 lainnya terluka akibat serangan Israel.

Gumpalan asap dan bola api bisa dilihat di Jalur Gaza saat serangan Israel terjadi.

Israeli Defense Force menjustifikasi serangan itu sebagai "upaya untuk mengamankan keselamatan warga Israel dan mewaspadai berbagai skenario."

Kepulan asap terlihat membumbung dari Gaza City menyusul serangan udara oleh Israel, Rabu (8/8). Israel mengatakan serangan di Gaza tidak ditargetkan ke warga sipil namun, kepada 100 target yang terkait kelompok Hamas. (MAHMUD HAMS/AFP)

Langkah Israel menyerang Gaza tadi pagi merupakan aksi balasan atas rangkaian serangan ratusan roket dari Gaza ke wilayah Israel pada Rabu 8 Agustus malam waktu setempat.

Sebagian besar roket, yang ditembakkan oleh militan Hamas, mendarat di daerah terbuka.

Tapi, dua di antaranya menghantam kota Sderot Israel di dekat Jalur Gaza dan sirene terdengar sepanjang malam, memicu warga mengevakuasi diri ke tempat perlindungan antibom.

Israel menyebut, serangan roket Hamas terjadi dari Rabu hingga Kamis. Dua puluh lima dari total roket tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, menurut laporan Israeli Defense Force (IDF).

Televisi Israel menyiarkan gambar rumah dan mobil yang rusak akibat roket Hamas di Sderot.

Hamas sendiri mengaku bertanggung jawab atas roket-roket itu.

Itu adalah aksi balas-membalas serangan yang terparah sejak Juli, di tengah upaya para pejabat PBB dan Mesir untuk mendorong gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas.

Berbulan-bulan ketegangan akibat protes dan bentrokan di sepanjang perbatasan Gaza, telah menimbulkan kekhawatiran akan perang keempat antara Israel dengan Hamas Palestina --yang mana konflik bersenjata terbuka terjadi terakhir kali pada 2008.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya