Liputan6.com, Naga - Beberapa hari setelah badai terkuat tahun 2018, Topan Mangkhut, menyapu bagian utara Pulau Cebu, Filipina, tanah longsor terjadi. Menewaskan sejumlah warga.
Seperti dikutip dari Channel News, Kamis (20/9/2018), bencana tanah longsor yang dipicu oleh Topan Mangkhut itu mengubur sedikitnya 10 rumah dan menewaskan tiga orang di Filipina tengah.
Guyuran hujan di musim angin muson itu membuat warga semakin menderita, karena menyebabkan lereng curam longsor.
Advertisement
Pekerja darurat dengan helm kuning bergegas ke tempat kejadian bencana baru di kota Tina-an di pulau wisata populer Cebu. Tim penyelamat kemudian berjibaku dengan waktu menggali tanah longsor untuk mencari orang yang tertimbun.
Petugas penyelamat menggali puing-puing dan lumpur tebal di lokasi longsor usai Topan Mangkhut menerjang beberapa hari sebelumnya. Korban yang selamat dibawa dengan ambulans dan yang meninggal ditempatkan di bangku gereja setempat.
"Kami telah menemukan tiga jasad. Yang lain menderita luka ringan dan kami telah membawa mereka ke rumah sakit," kata jurubicara pertahanan sipil Julius Regner.
"Upaya penyelamatan berlanjut. Ada sekitar 10-15 rumah atau rumah di daerah itu.
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Â
Bencana Langka
Pejabat Pertahanan Sipil di wilayah itu mengatakan tanah longsor cukup langka terjadi di Cebu, pulau yang memanjang dengan perbukitan rendah.
Upaya penyelamatan pada hari Kamis terus berlangsung, mencari korban di daerah pertambangan Itogon di utara pegunungan Filipina, yang merupakan daerah paling parah terkena topan.
Sebagian besar dari 81 korban tewas dalam badai itu meninggal dalam longsor di sekitar Cordillera, yang mencakup Itogon dan kota-kota pertambangan lainnya di wilayah yang dikenal untuk penambangan emas.
Topan Mangkhut juga membanjiri ladang di bagian utara pertanian negara itu, dan menghancurkan rumah-rumah ketika menerjang pada akhir pekan.
Itogon adalah salah satu pusat penambangan tertua di negara itu, dengan kegiatan panning emas yang terkenal.
Ribuan orang dari seluruh negeri masih berduyun-duyun ke kota dataran tinggi mencari keberuntungan mereka di pertambangan yang sebagian besar tak resmi, yang kerap memicu kecelakaan mematikan secara berkala.
Advertisement