Liputan6.com, New York - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan pada Kamis 27 September, bahwa ia akan menerima dengan senang hati kunjungan Komisaris Tinggi Dewan Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet, ke negara kaya minyak di Amerika Selatan itu.
Presiden Maduro mengatakan sikap terbuka tersebut setelah Bachelet mendesak Caracas mengizinkan penyelidikan internasional atas kondisi hak asasi di Venezuela, demikian sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Jumat (28/9/2018).
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, Venezuela sedang bergelut menghadapi krisis politik dan ekonomi, yang membuat jutaan rakyatnya terlantar akibat beban biaya hidup yang semakin tidak terjangkau.
Kondisi tersebut menjadi sorotan Majelis Umum PBB pekan ini, khususnya tentang rekam jejak sang presiden di bidang hak asasi manusia.
Sebelumnya, pada Rabu 26 September, lima negara Amerika Selatan bersama Kanada meminta Mahkamah Internasional (ICC) menyelidiki pemerintahan Maduro atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan, karena menggunakan kekerasan dalam menumpas lawan-lawan politiknya.
Presiden Maduro menolak kritik terhadap pemerintahnya di Venezuela. Ia menuding hal tersebut sebagai upaya propaganda, untuk memusuhi dan menyiapkan kemungkinan intervensi asing terhadap negara yang dipimpinnya.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Datang Mendadak ke Sidang Umum PBB
Sebelumnya, Presiden Nicolas Maduro muncul secara tidak terduga di Sidang Umum PBB pada Rabu 26 September. Dia "menyampaikan pembelaan" terhadap tuduhan kejahatan kemanusiaan, yang membuat Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan tindakan militer.
Kunjungan mengejutkan itu terjadi setelah Maduro mengancam akan melewatkan agenda Sidang Umum PBB. Dia khawatir bisa dibunuh karena negara kaya minyak tersebut dilanda krisis ekonomi yang brutal, hingga memicu tekanan internasional agar dirinya mundur dari kursi kepresidenan.
Dalam pidato yang sebagian besar mengkritik kebijakan AS, Presiden Maduro berbicara melebihi waktu yang ditentukan.
Dikutip dari Time.com, pemimpin Venezuela itu mengatakan bahwa AS "ingin terus memberikan perintah kepada dunia seolah-olah itu adalah miliknya sendiri."
"Dari pidato ini, sebuah ancaman dikeluarkan kemarin kepada pemerintah dunia bahwa perintah dan kebijakan AS harus diikuti, atau negara-negara lain akan menderita akibatnya," kata Maduro.
Advertisement