Badai Pasir Tak Halangi Pertempuran ISIS Vs Pasukan Dukungan AS di Suriah Timur

Pasukan pejuang yang didukung AS dilaporkan terlibat pertempuran dahsyat dengan ISIS di Suriah Timur pada Kamis, 11 Oktober 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Okt 2018, 09:31 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 09:31 WIB
Operasi angkatan bersenjata pemerintah Suriah di benteng terakhir ISIS di Deir ez-Zor (AFP)
Operasi angkatan bersenjata pemerintah Suriah di benteng terakhir ISIS di Deir ez-Zor (AFP)

Liputan6.com, Damaskus - Beberapa laporan mengatakan bahwa telah terjadi pertempuran hebat di Suriah Timur, di mana melibatkan ISIS dengan pasukan sayap kanan yang didukung Amerika Serikat (AS). 

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dukungan AS menyatakan pertempuran hari Kamis bertujuan merebut desa Sousah, yang menjadi salah satu basis terakhir ISIS saat ini.

Namun, sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia pada Jumat (12/10/2018), pertempuran tersebut sempat terhalang oleh badai pasir yang menyebabkan jarak pandang terbatas untuk beberapa saat.

Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris menyatakan pertempuran sebenarnya dimulai pada Rabu 10 Oktober, ketika ISIS melancarkan serangan ofensif terhadap kelompok oposisi dari pihak demokrasi Suriah. Konflik tersebut menewaskan 10 orang anggota oposis, dan memicu luka pada 35 lainnya. 

Lembaga tersebut menyatakan 18 anggota ISIS yang bersenjata telah tewas sementara kantor berita terkait ISIS, Aamaq, melaporkan 18 anggota SDF jadi korban.

Sousah adalah daerah kantong terakhir yang dikuasai ISIS di Suriah yang berusaha direbut SDF sejak bulan lalu. 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Simak video pilihan berikut: 

Turki Bersikeras Bertahan di Suriah

Dukungan Warga Turki untuk Tentaranya yang Perangi Kurdi di Suriah
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi hormat saat berbicara kepada pendukungnya di Kocaeli, Turki, Sabtu (27/1). Turki terus memperkuat kehadiran militernya di Suriah untuk menumpas milisi Kurdi, YPG. (Kayhan Ozer/Pool Photo via AP)

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya tidak akan meninggalkan Suriah, sampai diadakannya pemilihan umum. 

"Setiap kali rakyat Suriah mengadakan pemilihan, kami akan menyerahkan sepenuhnya kepada mereka," kata Erdogan di forum TRT World di Istanbul, Kamis, 4 Oktober.

Dikutip dari Al Jazeera pada Jumat pekan lalu, Turki mengirim pasukan ke Suriah pada Agustus 2016 untuk membersihkan wilayah perbatasan selatan, yang dikuasai oleh pasukan pemberontak sempalan ISIS.

Selain itu, Turki juga meluncurkan operasi militer lainnya awal tahun ini, yang menyasar Kota Afrin di wilayah utara Suriah. Tujuannya adalah untuk menyingkirkan para pejuang Kurdi, yang berafiliasi dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang.

Presiden Erdogan diketahui sependapat dengan mitranya dari Rusia, Vladimir Putin, untuk membentuk "zona demiliterisasi" antara pejuang pemberontak dan pemerintah di Suriah utara.

Zona itu, yang dirancang memiliki diameter luas antara 15 hingga 20 kilometer, akan menjadi area pantau terhadap kelompok-kelompok yang dianggap radikal oleh Moskow, yang didesal menarik diri dari daerah itu selambat-lambatnya pada 15 Oktober.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya