Liputan6.com, Riyadh - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir mengatakan bahwa pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi adalah sebuah "kesalahan besar" dan bagian dari operasi yang sangat tidak bertanggung jawab.
"Orang-orang yang melakukan ini melakukan ini di luar lingkup otoritas mereka," katanya kepada jurnalis Fox News, Bret Baier pada hari Minggu 21 Oktober 2018, seperti dikutip dari CNN, Senin (22/10/2018).
"Jelas ada kesalahan besar yang dibuat, dan apa yang menambah kesalahan itu adalah upaya untuk mencoba menutupi. Itu tidak bisa diterima di pemerintahan mana pun."
Advertisement
Al-Jubeir mengatakan bahwa Arab Saudi mengambil tindakan untuk menyelidiki bagaimana Khashoggi meninggal dan meminta pertanggungjawaban terhadap mereka yang terlibat.
Baca Juga
"Kami bertekad untuk mengungkap setiap pelaku. Kami bertekad untuk mengetahui semua fakta dan kami bertekad untuk menghukum mereka yang bertanggungjawab atas pembunuhan ini," kata al-Jubeir.
Dalam kesempatan yang sama, al-Jubeir juga mengatakan bahwa petinggi Saudi tidak mengetahui 'operasi kriminal' tersebut.
"Bahkan kepemimpinan senior yang memimpin dinas intelijen tidak menyadari hal ini," kata al-Jubeir.
Ia juga mengatakan bahwa Putra Mahkota Mohammed bin Salman tidak terkait erat dengan orang-orang yang terlibat dalam operasi itu.
Al-Jubeir juga menambahkan bahwa Arab Saudi tidak tahu apa yang terjadi pada tubuh Khashoggi dan belum mendengar rekaman audio apa pun --sebagaimana diklaim ada oleh Turki-- dari dalam konsulat.
Ketika Bret Baier menanyakan soal kapan kasus Jamal Khashoggi akan rampung, al-Jubeir mengatakan, "Hal-hal seperti itu membutuhkan waktu.
Akhirnya, ia menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Jamal Khashoggi.
"Kami merasakan rasa sakit mereka. Dan saya berharap ini tidak terjadi dan saya berharap ini bisa dihindari. Sayangnya, kesalahan besar telah terjadi. Dan saya meyakinkan mereka, bahwa mereka yang terlibat akan bertanggungjawab untuk ini," ujar al-Jubeir.
Â
Simak video pilihan berikut:
2 Narasi Bertentangan: Pembunuhan Berencana Vs Tak Berencana?
Arab Saudi, dalam sebuah pernyataan Sabtu 20 Oktober pagi, akhirnya mengakui bahwa Khashoggi yang berusia 59 tahun telah meninggal di konsulat mereka di Istanbul. Mereka menyajikan penjelasan bahwa ia terbunuh dalam "perkelahian", namun, hal itu disambut dengan skeptisisme internasional dan tuduhan bahwa Saudi berusaha menutup-nutupi kasus itu guna membebaskan Pangeran Salman dari tanggung jawab langsung.
Negeri Petrodollar juga menambahkan bahwa 18 warga Saudi telah ditangkap dan beberapa pejabat tinggi intelijen dipecat terkait kasus itu.
Sebuah sumber dengan koneksi dekat ke Istana Kerajaan Saudi mengatakan kepada CNN bahwa Saudi menyimpulkan bahwa penyebab kematian Khashoggi adalah tewas akibat dicekik. Tetapi, para pejabat tidak memberikan bukti untuk mendukung kesimpulan.
"Perkelahian itu melibatkan beberapa pejabat Saudi di konsulat negara di Istanbul," menurut pernyataan sumber itu. Dikatakan juga olehnya bahwa para tersangka kemudian mencoba untuk menutupi insiden itu.
Namun, media pro-pemerintah dan pejabat Turki telah melaporkan narasi yang berbeda, dengan mengatakan bahwa satu regu Saudi terdiri dari 15 orang melakukan perjalanan dari negara mereka ke Turki untuk membunuh kolumnis The Washington Post itu. Setelahnya, mereka meninggalkan Turki beberapa jam kemudian dengan jet pribadi.
Pejabat Turki yang berbicara dalam kondisi anonim juga mengatakan bahwa jasad Khashoggi dimutilasi di Konsulat Saudi di Istanbul.
Mengelaborasi, sumber CNN mengatakan bahwa jasad tersebut kemudian diserahkan kepada 'kaki-tangan lokal di Istanbul' untuk ditutup-tutupi keberadaannya. Muncul kabar bahwa jasadnya mungkin dilarutkan dalam cairan asam, untuk menghilangkan bukti. Namun, keterangan itu belum dapat terverifikasi.
Penjelasan yang disajikan oleh Saudi dan Turki itu menunjukkan bahwa ada dua narasi yang bertentangan. Pertama adalah narasi yang dibentuk oleh Saudi, yang berusaha untuk menggambarkan bahwa pembunuhan Khashoggi dilakukan secara 'mendadak' akibat perkelahian 'yang tak terencana'.
Kedua adalah narasi yang disajikan oleh Turki, yang mendeskripsikan kejadian itu sebagai sebuah pembunuhan berencana, di mana sebuah tim bernggotakan 15 orang dikirim dari Saudi khusus untuk membunuh Khashoggi di konsulatnya di Istanbul, dan jasad almarhum sengaja dilenyapkan untuk menghilangkan bukti serta keterhubungan dengan para pelaku. Narasi itu juga mengindikasikan adanya keterlibatan figur top di monarki Saudi yang berperan dalam memberikan 'lampu hijau' bagi tim pembunuh tersebut.
Turki sendiri mengumumkan pada 21 Oktober bahwa mereka akan merilis hasil penyelidikan Khashoggi "hingga ke perinciannya" dan berharap bahwa hal itu akan memberikan kejelasan terhadap kasus yang telah diselimuti misteri, pernyataan yang saling bertentangan dan tuduhan yang mengejutkan.
"Semua ini perlu dijelaskan dalam semua perinciannya,"Â tambah Presiden Turki Recep Erdogan Minggu kemarin.
Advertisement