Liputan6.com, Jakarta - Publik Tanah Air masih dilanda duka terkait jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 di Teluk Karawang, Senin 29 Oktober.
Namun, sebagaimana tragedi yang menyita perhatian luas, jatuhnya Lion Air JT 610 juga memicu kekhwatiran pada khalayak tentang keamanan berpergian via udara.
Dikutip dari Express.co.uk pada Selasa (30/10/2018), ketakutan akan terbang --biasa dissebut aerofobia-- dapat menghalangi keinginan seseorang untuk pergi lokasi lain di luar tempat tinggalnya.
Advertisement
Meskipun perjalanan udara jauh lebih aman daripada jenis kendaraan lainnya, berdasarkan pengamatan para ahli transportasi, masih banyak orang kerap merasa khawatir tentang kemungkinan pesawat yang mereka naiki terjatuh.
Baca Juga
Menurut Christopher Paul Jones, seorang terapis psikologi kenamaan asal Inggris, ada beberapa ketakutan publik tentang penerbangan, faktanya tidak lebih dari sekadar mitos.
Dia mendebat beberapa mitos penerbangan umum dalam upaya untuk meredakan pikiran buruk, dengan menyatakan: "Setelah Anda melihat fobia terbang dengan cara yang rasional, dan menyadari bahwa sebenarnya sebagian besar dari apa yang kami yakini dapat dikaitkandengan mitos, mungkin ini waktunya untuk berpikir melawan rasa takut tersebut."
Terlepas dari masih belum selesainya pencarian penuh terkait tragedi jatuhnya Lion Air JT 610, Jones mengajak kita untuk menelisik kembali berbagai ketakutan yang mendorong kita enggan untuk berpergian lewat udara.
Berikut adalah lima fakta di balik mitos paling buruk tentang perjalanan udara.
Simak video pilihan berikut:
Mitos 1: Terbang Itu Tidak Aman
Jones menjelaskan bahwa "kemungkinan mengalami kecelakaan ketika terbang memiliki perbandingan satu dari sebelas juta kejadian. Ketika hal tersebut dibandingkan dengan satu dari 200 kecelakaan mobil, yang merupakan skala versi Lembaga Kesehatan Dunia (WHO), mungkin akan membuat seseorang mengubah perspektif tentang perjalanan udara.
Advertisement
Mitos 2: Kecelakaan Pesawat Sering Terjadi
Alasan kecelakaan pesawat bisa menjadi kepala berita adalah karena hal itu sangat jarang terjadi. Jatuhnya Lion Air JT 610 di Tanjung Karawang menjadi pemberitaan di sana-sini, tidak lain karena inisden tersebut hampir tidak mungkin terjadi.
"Ada 100.000 penerbangan per hari, pikirkan itu jika dibandingkan dengan berapa banyak kecelakaan Anda dengar di jalanan," kata Jones.
Mitos 3: Perusahaan Penerbangan Tidak Terpengaruh oleh Kecelakaan Pesawat
Beberapa penumpang mungkin berpikir bahwa perusahaan penerbangan tidak begitu peduli tentang keamanan dibandingkan keuntungan.
Jones membantah teori ini, karena ada jumlah biaya sangat besar yang ditanggung maskapai jika terjadi kecelakaan: "Pesawat yang Anda naiki bernilai sekitar Rp 1,9 triliun, dan kompensasi yang harus dibayarkan perusahaan penerbangan juga akan tinggi, sebagaimana yang diatur oleh lembaga aviasi dunia (IATA) dan regulasi di masing-masing negara."
Kecelakaan terburuk dalam sejarah penerbangan, yang terjadi pada 27 Maret 1977 di Bandara Tenerife, Spanyol, menelan biaya kerugian hingga US$ 110 juta, atau setara Rp 1,6 triliun.
Advertisement
Mitos 4: Petir Bisa Menjatuhkan Pesawat
Banyak yang meyakini bahwa pesawat akan jatuh jika tersambar petir. Kenyataannya, hal itu adalah isapan jempol.
Sejak era pesawat Douglas pada dekade 1960-an, pesawat sudah didesain sedemikian rupa untuk menyerap aliran listrik dari petir, atau kurang lebih berperan layaknya penghantar listrik.
Jones mengatakan: "Tidak ada catatan pesawat modern jatuh karena sambaran petir, karena telah didesain untuk menghantarkan listrik menjadi semacam dorongan keluar, sehingga tidak membayangkan jalannya penerbangan di ketinggian langit."
Mitos 6: Mesin Mati Pertanda Pesawat Akan Jatuh
Kegagalan mesin bisa menjadi kekhawatiran besar bagi penumpang awam, yang memicu ketakutan bahwa pesawat akan jatuh. Faktanya, pesawat masih bisa mendarat bahkan ketika dua mesin utamanya mati.
"Pesawat hanyalah kendaraan yang menggunakan mesin untuk terbang mengangkasa, dan masih memiliki kesempatan selamat dengan sistem pendaratan darurat, di lahan aman terdekat. Setiap pilot telah menjalani dengan ketat latihan untuk kejadian darurat seperti ini, mendarat tanpa mesin. Dan pilotmu akan menjalani latihan yang ketat untuk mendaratkan pesawat besar ini," jelas Jones panjang lebar.
Advertisement