Liputan6.com, Ankara - Pemerintah Turki membuka 65 titik perbelanjaan di Istanbul dan Ankara yang menjajakan sayur dengan harga lebih murah. Hal itu menanggapi inflasi yang baru-baru ini telah menyusahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok, mengingat harga makanan dan minuman naik hingga 31 persen dari tahun sebelumnya.
Untuk mendapatkan sayur setengah harga, warga Turki harus mengantre. Di titik distribusi Sihhiye, Ankara, pembeli harus rela menunggu lama untuk sayuran yang dibatasi hanya beberapa kilogram, dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (13/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Saya tidak tahu bagaimana bahagianya orang-orang yang rela antre setengah atau satu jam untuk beberapa kilo terong," kata Can Selcuki dari Istanbul Economics Research.
Kebijakan sayur murah ini disinyalir berkaitan dengan pemilihan daerah 31 Maret mendatang. Partai Keadilan dan Pembangunan atau Adalet ve Kalkinma Partisi (AKP) yang tengah memerintah disinyalir berkepentingan untuk mempertahankan kekuasaannya di berbagai daerah di Turki, di tengah inflasi ekonomi yang tinggi.
Seorang pegawai negeri sipil berharap harga makanan dapat segera menjadi normal, terlepas apakah program sembako murah berkaitan atau tidak dengan kampanye politik.
"Saya tidak ingin mengantri seperti ini setiap hari tapi saya pikir itu adalah sesuatu yang baik," katanya. "Apakah itu berlanjut setelah pemilihan, saya tidak tahu. Semua orang mengatakan mereka akan memberikan harga rendah untuk memenangkan suara dan kemudian semuanya akan kembali seperti semula dan harga akan terus meningkat. Insya Allah, itu tidak akan terjadi."
Simak pula video berikut:
Inflasi, Erdogan Salahkan Teroris
Baru-baru ini, Erdogan menyalahkan teroris atas harga bahan makanan pokok yang melambung tinggi. Dalam sebuah pernyataan pada Senin 11 Januari 2019, Erdogan mengatakan inflasi disebabkan oleh "serangan teroris" yang bermain di Turki secara sembunyi-sembunyi.
Presiden Turki itu juga menyebut bahwa upaya menjaga harga makanan sama dengan perjuangan 34 tahun melawan Kurdi yang diklaim separatis.
Handan Kececi (49), salah seorang warga memberikan tanggapan terkait "terorisme pangan" yang disebut Erdogan.
"Saya tidak tahu apakah ini terorisme pangan tetapi harga di pasar terlalu mahal untuk saya akhir-akhir ini," kata Kececi.
"Antrian tidak nyaman untuk durasi yang lama tapi apa yang bisa saya lakukan? Setidaknya pemerintah membantu kami dengan harga tinggi," lanjutnya.
Sementara Erdogan menjadikan inflasi sebagai bagian dari "keamanan tingkat tinggi", masyarakat percaya bahwa harga yang melambung dikarenakan tengkulak yang mengejar untung.
Pemerintah nasional Turki telah melakukan inspeksi di toko-toko untuk menstabilkan harga. Pekan lalu, kementerian perdagangan telah memberlakukan denda bagi 88 perusahaan, dengan total 2 juta lira (sekira Rp 5,35 miliar).
"Pemerintah merasa kenaikan harga pangan baru-baru ini bukan salah satu dari buatan pasar sendiri, tetapi satu yang dipicu oleh aktor asing atau lainnya," kata Selcuki.
"Saya percaya alasan sebenarnya di balik kenaikan itu adalah masalah struktural di sektor pertanian kita. Apakah orang-orang mereka mencoba menggunakan ini untuk keuntungan mereka dan menghasilkan uang? Tentu saja, tetapi skalanya kecil," pungkasnya.
Advertisement