Paus Mati Terdampar di Filipina, Perut Dipenuhi Sampah Plastik 40 Kilogram

Perut penuh dengan sampah plastik seberat 40 kilogram membuat seekor paus mati terdampar di pesisir Filipina.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 18 Mar 2019, 18:52 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2019, 18:52 WIB
Ilmuwan melihat lembaran sampah plastik yang berhasil dikeluarkan dari seekor paus terdampar di Filipina (AP Photo)
Ilmuwan melihat lembaran sampah plastik yang berhasil dikeluarkan dari seekor paus terdampar di Filipina (AP Photo)

Liputan6.com, Davao City - Seekor paus muda yang terdampar di Filipina, mati karena "kejutan lambung (gastric shock)" setelah menelan 40 kilogram sampah plastik.

Ahli biologi kelautan dan sukarelawan dari D’Bone Collector Museum di Kota Davao di pulau Mindanao, Filipina, terkejut menemukan penyebab kematian brutal pada paus paruh bengkok muda, yang hanyut ke pantai pada hari Sabtu.

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di halaman Facebook mereka, pihak museum mengatakan mereka menemukan "40 kilogram kantong plastik, termasuk 16 karung beras, 4 tas perkebunan, dan beberapa tas belanja" di perut paus setelah dilakukan otopsi, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Senin (18/3/2019).

Gambar dari otopsi menunjukkan tumpukan sampah yang tak berujung diekstraksi dari organ dalam paus, yang dikatakan telah mati karena "kejutan lambung" setelah menelan semua plastik.

Ahli biologi dari museum terkait, yang melakukan otopsi, mengatakan temuan itu adalah "bukti limbah plastik terbanyak yang pernah ditemukan di dalam paus".

"Itu menjijikkan," tambah mereka. "Pemerintah harus mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang terus memperlakukan saluran air dan laut sebagai tempat sampah.

 

Simak video pilihan berikut:

Asia Tenggara Paling Banyak Membuang Sampah Plastik ke Laut

Sampah Plastik
Seorang pria memancing di pantai Laut Tengah di Beirut, Lebanon di antara berbagai sampah plastik. (AP)

Sebuah laporan oleh Ocean Conservancy pada 2017 lalu menyebut bahwa penggunaan sampah plastik sekali pakai merajalela di Asia Tenggara.

Bersama dengan China, negara-negara di kawasan tersebut, seperti Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam telah membuang lebih banyak plastik ke laut daripada gabungan seluruh dunia.

Ahli biologi kelautan Darrell Blatchley, yang juga memiliki wewenang di D’Bone Collector Museum, mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir mereka telah memeriksa banyak paus dan lumba-lumba yang mati, di mana 57 di antaranya kehilangan nyawa karena akumulasi sampah dan plastik di perut mereka.

Pada Juni tahun lalu, seekor paus ditemukan mati terdampar di pesisir Thailand selatan, di mana menelan lebih dari 80 kantong plastik, yang beratnya mencapai 8 kilogram.

Sejak itu, para ahli biologi laut memperkirakan sekitar 300 hewan laut termasuk paus pilot, penyu, dan lumba-lumba, semakin terancam punah, akibat seringnya ditemukan kematian akibat menelan plastik, terutama di kawasan Asia Pasifik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya