Liputan6.com, Washington DC - Keluarga dari seorang korban tewas dalam kecelakaan Ethiopian Airlines ET302, mengajukan gugatan pada Kamis, 4 April 2019. Mereka menuntut perusahaan Boeing dan Rosemount Aerospace, pembuat suku cadang dari 737 MAX.
Rosemount dicatut karena perusahaan itu memproduksi sensor yang keliru mengaktifkan sistem MCAS dalam insiden ET302.
Tuntutan yang dimaksud diajukan ke pengadilan federal AS di Chicago oleh keluarga Samya Stumo, penumpang yang menghembuskan terakhir dalam perjalanan dinasnya ketika Boeing 737 MAXÂ jatuh pada 10 Maret lalu.
Advertisement
Baca Juga
Keluarga Stumo mengatakan perusahaan hanya berfokus pada keuntungan, bukan keselamatan penumpang, sebagaimana dikutip dari News18 pada Jumat (5/4/2019).
"Mereka yang membuat dan menjual pesawat ini tidak memperlakukan Samya Stumo sebagaimana memperlakukan anak perempuan mereka sendiri, kata Nadia Milleron, ibu korban.
Mereka juga mengatakan, Administrasi Penerbangan Federal AS harus bertanggung jawab atas sertifikasi yang diterbitkan bagi Boeing 737 MAX.
Mengingat kecelakaan itu adalah kedua kalinya pasca-jatuhnya Lion Air JT610 di Indonesia, keluarga mengatakan insiden ET302 seharusnya tidak terjadi.
"Orang-orang yang meninggal di Indonesia ... kematian mereka seharusnya tidak sia-sia," lanjut Milleron.
Saat ini, keluarga telah menyewa seorang pengacara. Sayangnya, para ahli hukum berpendapat, pejabat dan lembaga kebal dari tuntutan hukum perdata.
Tidak berhenti dengan jalur hukum, Raplph Nader, paman Stumo telah menyerukan boikot Boeing 737 MAX pada hari yang sama. Ia menginginkan jet itu lebih dari sekedar dikandangkan sementara waktu.
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Boeing Minta Maaf
Sementara itu, pada hari yang sama, CEOÂ Boeing Dennis A Muilenburg meminta maaf atas hilangnya total 338 nyawa dalam dua kecelakaan nahas yang melibatkan 737 MAX 8, yakni Lion Air JT610 pada Oktober 2018Â Ethiopian Airlines ET302 pada Maret lalu.
"Kami, Boeing, meminta maaf atas hilangnya nyawa dalam kecelakaan 737 baru-baru ini dan dengan giat berfokus pada keselamatan untuk menjamin agar tragedi seperti ini tidak pernah terjadi lagi," kata Muilenburg lewat akun Twitter @BoeingCEO tertanggal 4 April 2019. Meski demikian, pemohonan maaf yang dimaksud tidak secara langsung diberikan kepada keluarga Samya Stumo yang telah mendaftarkan kasus ini kepada pengadilan federal AS.
Unggahan itu juga disertai video di mana Muilenburg menyampaikan permohonan maaf secara lisan.
Â
"Tragedi ini membebani pikiran dan perasaan kami. Kami berbelasungkawa pada keluarga korban penumpang dan awak di pesawat Lion Air 610 dan Ethiopian Airlines 302."
"Kami semua merasakan bela sungkawa dan ikut merasakan duka mereka yang ditinggalkan orang-orang tercinta."
"Detail lengkap mengenai apa yang terjadi pada dua kecelakaan ini akan dirilis oleh pemerintah setempat dalam laporan final mereka."
"Tapi, dengan dirilisnya laporan awal dari penyelidikan kecelakaan Ethiopian Airlines 302, tampaknya pada dua penerbangan (termasuk JT 610, red), perangkat Maneuvering Characteritics Augmentation System (MCAS) teraktivasi saat merespons informasi Angle of Attack (AOA) yang keliru."
"Sejarah sejumlah industri penerbangan menunjukkan bahwa kecelakaan terjadi akibat faktor berantai, dan inilah yang terjadi lagi. Dan kami tahu kami bisa menunjukkan salah satu mata rantainya dalam dua kecelakaan itu."
"Seperti yang telah dikatakan para pilot kepada kami, 'aktivasi keliru dari fungsi MCAS bisa menambah beban pada lingkungan kerja yang penuh dengan tekanan."
"Ini menjadi tanggung jawab kami untuk mengeliminasi risiko tersebut."
"Kami memilikinya dan kami tahu cara melakukannya."
--CEO Boeing, Dennis A Muilenburg--
Â
Advertisement